Diving di Pulau Iboih
Bersama Bang Adison, penyelaman perdana saya dimulai. Satu hal yang baru kusadari, rupanya wetsuit dan air tank ini berat sekali. Dua puluh menit sesi materi pengenalan alat-alat, teknik bernafas di bawah segara, antisipasi hal-hal yang mungkin terjadi: seperti diving mask berkabut, tenggorokan kering, air menyusup melalui snorkel, dan sebagainya.Â
Excited, tapi juga nervous. Beruntungnya Bang Adison sabar mengajari. Ditunjukannya bermacam kode dengan gerakan jari untuk berkomunikasiÂ
Sore itu, hanya ada saya dan tiga pengunjung lainnya yang akan menyelam. Maklum hari sudah beranjak senja. Satu meter, dua meter, lama-lama saya pun menikmati penyelaman pertama ini.Â
Bang Adison di depan saya, memimpin dan menunjukkan arah penyelaman. Beragam jenis ikan muncul, memamerkan motif tubuhnya yang tidak teratur. Di depan segerombolan ikan-ikan lain menyambut, seolah tahu kedatangan tamu yang nyalinya cukup ciut. Sesekali nafas ini tak beraturan, panik, tapi Bang Adison menenangkan.Â
Arus di bawah semakin deras, manakala penyelaman semakin dalam. Bang Adison menarik saya untuk sedikit lebih cepat. Tiba-tiba, hal tak terduga mengganggu penyelaman.Â
Saya memberikan kode kepada Bang Adison, ketika Bang Adison mempersilakan, barulah saya mempraktikkan. Bukan diving mask yang berkabut, bukan pula tenggorokan kering, tapi dahak membendung di pangkal tenggorokan.Â
Sedikit ragu untuk membuang, tapi jika tidak dilakukan, pasti akan mengganggu pernafasan. Berhasil! Saya berhasil melepas snorkel sebentar untuk membuang dahak yang kurang ajar.Â
Lanjut menyelam, Bang Adison membawa saya semakin dalam. Semakin banyak rupa-rupa binatang laut bermunculan. Agak kabur penglihatan, lantaran pasir di dasar ikut terbawa derasnya gelombang. Bintang laut terselip di antara terumbu karang, ikan nemo yang selalu dinanti, semacam belut besar yang bersembunyi, dan masih banyak lagi komplotan ikan yang berenang lincah ke sana kemari.