PENDAHULUANÂ
Mulai tahun 2012, Indonesia sudah merasakan betul bahwa budaya local sebagai jati diri bangsa mulai terkikis habis di bumi Nusantara ini. Dan ini juga terasa ditatar Sunda, sehingga digaungkanlah revitalisasi budaya yang terkenal dengan nama: "Rebo Nyunda" di Jawa Barat. Rebo Nyunda ini bermaksud bahwa setiap hari Rabu seluruh warga di Jawa Barat akan melestarikan budaya Sunda minimlanya dengan berpakaian Sunda dan berbahasa Sunda di instansi pemerintahan dan Lembaga Pendidikan. Masa keemasan adalah masa yang paling menentukaan bagaimana kelak anak bersikap, pengetahuan dan keterampilan. Saat ini sagala kesiapan otak, otot dan hatinya disiapkan sebagai bekal ia melanjutkan kehidupannya di masa selanjutnya. Tidak salah jika Rebo Nyunda masuk pada bagian dari kurikulum PAUD sebagai muatan local. Hal ini dilakukan dengan harapan kelak mereka menjadi  generasi penerus bangsa yang mengakar adat budayanya sebagai jati diri yang kuat.  Budaya asing diserap sebagai penguat bagaimana akar budayanya dapat menjadi teladan bagi bangsa lain. Sehebat apaun teknologi yang dimilikinya tetap memiliki kekhasan akar budaya yang kuat. Dasar pemikiran ini akan menjadi kekuatan pembahasan teori kritis yang akan dibahas di tulisan ini.
Dengan Rebo Nyunda diharapkan guru PAUD akan mencoba melihat bagaimana melalui permainan tradisional Jawa Barat segala  lingkup perkembangan anak yang terstimulasi dengan memasukkan beragam tema yang terintegrasi pada akar permasalahan budaya leluhur yang agung terus terpelihara dan dapat menjadi potensi besar bangsa. Bagaimana anak tahu dan bangga bahwa leluhurnya di tatar Sunda ini telah memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa yang sekarang banyak digaungkan.  Bagaimana sejak dahulu nyantri, nyantika, nyunda, nyakola, dan nyatria telah menjadi budaya mendidik anak di tatar Sunda.  Kehebatan dan kecanggihan ilmu pengetahuan luar akan anak serap sebagai penyempurna kecepatan teknologi. Demikian juga dengan bagaimana model pembelajaran Ki Hadjar Dewantara, Dewi Sartika, Kartini dan pahlawan Pendidikan lainnya memiliki benang merah Pendidikan yang lebih sesuai dengan budaya Nusantara dapat digaungkan kembali. Jadikan model pembelajaran dari luar bumi Nusantara sebagai pembanding apakah memang belum terekspos atau belum ada. Sehingga bagaimana kelebihan setiap model Pendidikan dari pahlawan Pendidikan Indonesia di seluruh penjuru Nusantara yang membawa adat budaya setempat dapat  diramu dan disesuaikan sehingga  jadi kekuatan model Pendidikan Nusantara. (Yulindrasari & Djoehaeni, 2019)
Program Rebo Nyunda menjadi polemik di masayarakat Jawa Barat. Bukan hanya bagi suku pendatang tetapi juga bagi suku asli Sundanya sendiri. Hilangnya pembiasaan nilai budaya Sunda di suku Sundanya sendiri, menjadi beban saat digaungkannya kembali mencintai dan melestarikan budaya Sunda. Generasi masa kini keturunan Sunda sudah sangat banyak yang tidak mengenali nilai agung budaya Sunda. Yang banyak masih menempel adalah budaya Sunda yang tanpa tata krama dan nilai budaya agungnya.
Beragam upaya dilakukan pemerintahan di Provinsi Jawa Barat untuk melestarikan budaya leluhur tanah Sunda seperti pakaian dan bahasa. Melalui pakaian dan bahasa ini bukan hanya menjadi identitas Suku Sunda, tetapi juga merupakan nilai luhur terkait bagaimana adab berpakaian dan berbahasanya dapat di adopsi oleh siapapun di luar suku sunda.
Kebiasaan dalam berpakaian dan berbahasan yang menunjuk kan adab dan kesopanan penghormatan dalam bersosialisasi menjadi budaya yang dipegang masyarakat suku Sunda yang asli menetap di wilayah Provinsi Jawa Barat. Seiring dengan perkembangan jaman, budaya sunda ini semakin tergerus jaman. Hilangnya sopan santun saat berpakaian dan berbahasa serta bersikap menjadi kekhawatiran para tetua di tatar Sunda ini. Â Generasi sekarang lebih bangga dengan identitas luar negeri, yang kadang tidak sesuai dengan budaya bangsanya. Sehingga bagaimana Rebo Nyunda diharapkan dapat mengembalikan bagaimana adat budaya Sunda positif dapat terus terlestarikan.
Untuk menanamkan kesadaran untuk mencintai budaya Sunda, maka Pemerintah Kota Bandung dilanjutkan kabupaten kota lainnya di Provinsi Jawa Barat telah membuat aturan dalam Program "Rebo Nyunda" dimana pada setiap hari Rabu masyarakat yang bekerja di pemerintahan dan peserta didik di provinsi Jawa Barat diwajibkan menggunakan pakaian tradisional serta berkomunikasi dalam Bahasa Sunda. Hal ini luar biasa menjadi percepatan bagaimana kembali nilai luhur berpakaian dan berbahasa sesuai dengan adab kesopanan yang membedakan tingkatan usia kembali jadi budaya yang memasyarakat. Bukan hanya khusus bagi masyarakat suku Sunda tetapi juga bagaimana berlaku bagi  seluruh warga masyarakat luar suku Sunda yang menetap di propinsi Jawa Barat. Hal ini dilakukan dengan harapan  seluruh masyarakat di luar suku Sundapun akan paham bagaimana budaya Sunda. Seperti kata pepatah "dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung". Hal ini berarti saat kita memasuki suatu wilayah maka kita akan mencoba memahami bagaimana budaya saat  berinteraksi dengan masyarakat aslinya .
Rebo nyunda bukan berarti tidak menghargai budaya masyarakat yang ada di lingkungan Jawa Barat yang berasal dari luar suku Sunda. Dari satu minggu yang terdiri tujuh hari, jika satu hari digunakan untuk mengenal budaya Sunda bukanlah hal yang berlebihan. Bagaimana masyarakat dengan beragam budaya dapat saling belajar mengenai nilai-nilai budaya tiap daerah. Saat pendatang yang merupakan kaum minoritas paham akan budaya setempat, ini  akan mempermudah dirinya memahami interaksi  antara sesama warganya. Perbedaan nilai budaya akan menjadi suatu potensi bagaimana saling berempati dan menghargai satu sama (Wijayanti et al., 2017)
Dalam pengenalan budaya Sunda ini menjadi bagian dari upaya bagaimana seseorang dapat diterima lebih mudah karena paham harus bagaimana dirinya bersikap dan berperilaku sesuai dengan perilaku dan budaya kebanyakan orang disekitarnya. Apalagi saat daerah itu adalah daerah Provinsi Jawa Barat yang suku aslinya Sunda tetapi akar budaya dengan nilai keagungannya sudah terkikis tidaklah salah jika setiap orang berupaya melestarikannya. Tanpa harus melihat suku asalnya, tetapi bagaimana setiap suku yang berbeda ini dapat saling bahu membahu melestarikan budaya leluhurnya. Karena jika dilihat walau sedikit berbeda karena letak geografis tapi seluruh  suku budaya di Indonesia mengajarkan warganya bagaimana menghargai suku budaya lain dan tempat dimana mereka tinggal.
Keberadaan teori kritis akan menjadi bagian bagaimana setiap orang dapat memahami suatu kebiakan dari sudut pandang positif tanpa dipengaruhi dari keegoan diri memahami kebijakan Rebo Nyunda, tentu akan menjadi bagian bagaimana setiap orang yang ada di tatar Sunda ini dapat mengikuti kebijakan dengan menyenangkan tanpa tekanan.