Bimbingan konseling juga dapat dilakukan dalam setting kelompok. Ini bermanfaat agar anak tidak merasa sendirian dalam kesulitannya. Program yang dapat dilakukan antara lain:
a. Kelompok diskusi: Anak-anak dapat berbagi pengalaman dan saling mendukung.
b. Proyek ibadah bersama: Misalnya, membuat jurnal ibadah dengan hiasan kreatif.
c. Mentoring sebaya: Anak yang lebih senior dan konsisten dalam ibadah dapat menjadi mentor.
d. Kunjungan edukatif: Mengunjungi tempat ibadah dengan panduan yang menyenangkan.
5. Menyikapi dengan Bijak:
Penting bagi konselor, guru, dan orang tua untuk tidak bersikap menghakimi. Beberapa prinsip yang perlu diingat:
a. Hindari pemaksaan: Ini hanya akan membuat anak semakin menjauh dari ibadah.
b. Fokus pada proses, bukan hasil: Hargai setiap langkah kecil yang diambil anak.
c. Jadikan ibadah menyenangkan: Kaitkan dengan aktivitas yang disukai anak.
d. Berikan ruang untuk bertanya: Dorong anak mengekspresikan keraguan atau kebingungannya.
6. Mengatasi Stigma:
Terkadang, anak yang jarang beribadah bisa mendapat label negatif. Konselor perlu bekerja sama dengan komunitas sekolah untuk:
a. Mengedukasi tentang keberagaman dalam proses belajar beribadah.
b. Mencegah bullying atau pengucilan terhadap anak yang masih berjuang dengan ibadahnya.
c. Membangun budaya saling menghargai dan mendukung.
7. Pendekatan Holistik:
Ibadah tidak bisa dipisahkan dari aspek kehidupan lainnya. Konselor perlu memperhatikan:
a. Kesehatan fisik anak: Terkadang, masalah kesehatan bisa mempengaruhi kemampuan beribadah.
b. Kesejahteraan emosional: Anak yang bahagia dan merasa aman cenderung lebih terbuka pada pembelajaran spiritual.
c. Prestasi akademik: Membantu anak sukses di bidang lain bisa meningkatkan kepercayaan dirinya untuk juga belajar dalam hal ibadah.
8. Evaluasi Berkelanjutan: