Pada 18 Juni 2024, Presiden Rusia, Vladimir Putin mengunjungi Pyongyang, Korea Utara (Korut) untuk bertemu pemimpin Korut, Kim Jong Un. Kunjungan ini menandai penguatan hubungan bilateral kedua negara, karena dilakukan pertama kalinya setelah 24 tahun, serta menghasilkan perjanjian kemitraan strategis komprehensif.
Perjanjian ini menyatakan komitmen untuk saling memberikan bantuan militer, sehingga Korut dan Rusia dapat saling mengirimkan bantuan militer secepatnya tanpa penundaan apabila negaranya diserang oleh negara lain (Purnama, 2024). Perjanjian tersebut dapat dinilai bentuk pakta pertahanan atau aliansi militer antara Rusia dan Korut.
Terkait perjanjian militer dua negara tersebut, China melalui juru bicara Menteri Luar Negeri China, Lin Jian, merespons bahwa kerja sama Rusia dan Korut adalah urusan antara dua negara berdaulat, China tidak ikut campur terkait hal itu (Bisnis, 2024).
China memang tidak memiliki masalah serius dengan Rusia. Tetapi Korut adalah sekutu tradisional China, Korut dan China telah memiliki perjanjian pertahanan sejak 1960-an dan China merupakan negara mitra dagang terbesar bagi Korut (Reuters, 2024). Maka pakta pertahanan antara Rusia dengan Korut merupakan ancaman tersirat bagi keamanan China dan ancaman stabilitas kawasan Asia Pasifik apabila terjadi perang terbuka, karena Korut memiliki 30 senjata nuklir (ICANW, 2024).
Sejak Kim Jon Un berkuasa pada tahun 2011 hingga 2023, Korut telah melakukan uji coba rudal sebanyak 220 kali dengan jangkauan rudal semakin menjauh, di antaranya rudal balistik antar benua (ICBM) (Arms Control Centers, 2023), adapun uji coba nuklir dilakukan pada tahun 2013, 2016 dan 2017 (CSIS, 2023).
Tindakan provokasi militer yang dilakukan oleh rezim Kim merupakan bentuk deterrence (upaya pertahanan) bagi Korut dari ancaman musuhnya yaitu Amerika Serikat (AS), serta sekutu terdekat AS di Asia Timur yaitu Jepang dan Korea Selatan. Apalagi AS memiliki 5.044 senjata nuklir dengan jumlah terbesar kedua di dunia setelah Rusia (ICANW, 2024).
AS juga sering melakukan latihan militer bersama dengan Korsel untuk mengancam keamanan Korut, latihan terbaru dilakukan pada Maret 2024 (Christiastuti, 2024), kemudian pada Juni 2024 latihan militer bersama antara militer AS, Korsel dan Jepang (AFP, 2024).
Berdasarkan fakta tersebut, sejatinya China khawatir akan pecahnya ancaman perang nuklir antara Korut yang dibantu Rusia dengan AS dan sekutunya di masa depan, ancaman ini sudah tentu membahayakan keamanan China. Mengingat hubungan bilateral China dengan Korut sangat dekat, maka China berpeluang menjadi aktor negara yang dapat melakukan upaya pencegahan perang antara Korut dengan AS serta sekutunya.
Kerangka Teoritis
Dalam menganalisis peluang China tersebut, digunakan konsep Rational Actor Models (RAM) dan kepentingan nasional. Menurut Alex Mintz, RAM adalah salah satu konsep kebijakan luar negeri dengan menekankan pilihan-pilihan rasional dalam mencapai kepentingan nasional yang bersifat obyektif (Mintz & Derouen, 2010).
Adapun kepentingan nasional adalah unsur-unsur kebutuhan negara yang bersifat vital antara lain kepentingan keamanan dan ekonomi (Yani, 2006). Berdasarkan kedua konsep tersebut, China berpeluang melakukan upaya pencegahan perang nuklir antara Korut dengan AS demi menjaga keamanan nasional dan kepentingan ekonominya, daripada hanya do nothing. Berikut upaya-upaya upaya-upaya yang dapat dilakukan China demi mencapai tujuan tersebut:
Mendukung Rezim Kim di Korut
China harus mendukung rezim Kim sebagai pemerintah resmi Korut yang dipimpin Kim Jong Un. Sebab jika China tidak mendukung rezim Kim, maka konsekuensinya Korut akan lebih dekat ke Rusia, bahkan Korut tidak dekat lagi dengan China, hingga China tidak dapat lagi memengaruhi Korut untuk memantau program nuklirnya, dan terjadinya perang nuklir kian terbuka.
Dengan mendukung rezim Kim, China berpeluang mendapatkan akses terkait perkembangan program nuklir Korut, bahkan menurut Min Yong Lee, Profesor tamu Sookmyung Women's University, Seoul, bahwa China memegang kunci menghentikan uji coba nuklir Korut yang ketujuh, karena pendanaan nuklir Korut dari pekerja Korut di luar negeri mayoritas berada di China (The Diplomat, 2023). Sehingga mendukung rezim Kim adalah bagian upaya China dalam mencegah perang nuklir.
Mempererat diplomasi antara China dengan Korea Utara
Sejak Presiden Kim Jong Un berkuasa di Korut pada tahun 2011, pertemuan antara Presiden Kim dengan Presiden China, Xi Jin Ping telah dilakukan sebanyak lima kali. Kim bertemu Xi di China pada tahun 2018 sebanyak empat kali, sedangkan Xi bertemu Kim di Pyongyang satu kali pada tahun 2019 yang menandai kunjungan pertama sejak 14 tahun dari pemimpin China sebelumnya (Strait Times, 2019).
Pertemuan antar kepala negara China dan Korut merupakan hal penting, karena kian mempererat ikatan diplomasi keduanya. Korut akan selalu menganggap China menjadi mitra terpenting bukan hanya perdagangan, tapi juga politik. Maka China dapat menjaga pengaruhnya terkait program nuklir Korut yang berdampak pada pencegahan perang nuklir.
Memperkuat perdagangan antara China dan Korut
China adalah mitra dagang terbesar bagi Korut (CFR, 2024). Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Badan Administrasi Umum dan Kepabeanan China (GAC), pada tahun 2023 total volume perdagangan China dengan Korut adalah sebesar 2,3 miliar dolar AS, naik signifikan dari 1 miliar dolar AS pada tahun 2022. Ini menandakan China adalah mitra dagang terbesar bagi Korut selama tahun 2023 (Sokolin, 2024).
Dengan besarnya perdagangan kedua negara tersebut, maka Korut dalam perdagangan bilateralnya sangat bergantung dengan China. Dengan bergantungnya Korut terhadap China di bidang perdagangan, maka China dapat menggunakan instrumen perdagangan untuk memantau program nuklir Korut, sehingga perang nuklir dapat dihindarkan.
Memberikan bantuan luar negeri terhadap Korut
Dalam satu dekade, China telah memberikan bantuan luar negeri terhadap rezim Kim Jong Un. Bantuan tersebut berupa pangan dan energi, sebab Korut menghadapi bencana alam berupa kekeringan dan banjir yang terjadi berulang kali (CFR, 2024).
Bantuan China sangatlah penting saat tidak ada bantuan luar negeri ke Korut akibat sanksi internasional. Instrumen bantuan luar negeri kian memperkuat China dalam memengaruhi Korut terkait program nuklirnya demi mencegah perang.
Tidak Mendukung Sanksi Terhadap Korut dan Mendukung Pencabutan Sanksi Terhadap Korut
Meskipun pada tahun 2017 China bersama Rusia memberikan sanksi terhadap Korut akibat uji coba nuklir keenam dan yang terbesar (BBC, 2017). Tetapi Beijing perlahan mengubah kebijakannya dengan tidak mendukung sanksi terhadap Korut.
Pada tahun 2022, China bersama dengan Rusia memveto resolusi sanksi dalam sidang Dewan Keamanan PBB (DK PBB) atas uji coba rudal balistik baru dengan alasan kemanusiaan (Lintar, 2022). Bahkan pada tahun 2021, China dan Rusia mendukung pencabutan sanksi terhadap Korut dalam sidang DK PBB dengan tujuan meningkatkan mata pencaharian bagi rakyat sipil Korut (Haryanto, 2021).
Upaya China dengan tidak mendukung sanksi dan mendukung pencabutan sanksi terhadap Korut adalah bagian upaya China untuk menjaga keharmonisan dengan Korut, agar China dapat memantau perkembangan nuklir di Korut dengan pengaruhnya untuk mencegah perang nuklir. Sebab jika China terlalu keras terhadap Korut, maka hubungan China dengan Korut akan memburuk, China dapat kehilangan pengaruhnya terhadap Korut yang akan menyulitkan China dalam memantau program nuklir Korut. Sehingga perang nuklir dapat terjadi, ini tentu akan mengancam keamanan nasional dan ekonomi China.
Kesimpulan
China punya peluang melalui serangkaian upayanya dalam menjaga hubungan baik dengan Korut agar mampu memengaruhi Korut, khususnya memantau perkembangan nuklir Korut. Upaya China terhadap Korut tersebut bertujuan untuk mencegah perang nuklir, bukan bertujuan denuklirisasi Korut. Karena jika China memaksa denuklirisasi Korut, Korut tentu akan menolaknya dengan keras, bahkan akan memperburuk hubungannya dengan China, China akan gagal mencapai kepentingan nasionalnya.
Dapat disimpulkan, tujuan China berupaya menggunakan pengaruhnya terhadap Korut, yaitu untuk mengontrol Korut agar tidak memperburuk stabilitas perdamaian di kawasan Asia Pasifik, seperti mencegah Korut melakukan uji coba rudal balistik antar benua dan termasuk mencegah uji coba nuklir. Sehingga keamanan dan ekonomi China terjamin, serta perang nuklir antara Korut dengan AS dapat dicegah.
***
REFERENSI
Buku
Mintz, Alex. dan Karl Derouen. 2010. Understanding Foreign Policy Making: Decision
Making. New York: Cambridge University Press.
Yani, Yanyan Mochamad. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Website
AFP. 2024. "Korea Utara Sebut Latihan Militer AS Jepang dan Korea Selatan Sebagai NATO Asia". Voaindonesia.com. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://www.voaindonesia.com/a/korea-utara-sebut-latihan-militer-as-jepang-dan-korea-selatan-sebagai-nato-asia-/7678505.html,
Arms Control Center. 2024. "Fact Sheet: North Korean Missile Test Activity". Armscontrolcenter.org. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://armscontrolcenter.org/fact-sheet-north-korea-missile-test-activity/,
BBC. 2017. "Sanksi Baru Buat Korea Utara dengan Dukungan China dan Rusia". BBC.com. Diakses pada 5 Agustus 2024. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-41225888,
Bisnis. 2024. "Rusia dan Korut Jalin Kemitraaan Strategis Begini Respons China". Tempo.co. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://kabar24.bisnis.com/read/20240621/19/1775831/rusia-dan-korut-jalin-kemitraan-strategis-begini-respons-china,
Christiastuti, Novi. 2024. "Korut Kecam Latihan Militer AS Korsel, AS Korsel Ingatkan Konsekuensi". Detik.com. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://news.detik.com/internasional/d-7226079/korut-kecam-latihan-militer-as-korsel-ingatkan-konsekuensi,
CFR. 2024. "China North Korea Relationship". Cfr.org. Diakses pada 4 Agustus 2024. https://www.cfr.org/backgrounder/china-north-korea-relationship,
CSIS. 2024. "North Korean Missile Launches & Nuclear Tests: 1984-Present". Missilethreat.csis.org. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://missilethreat.csis.org/north-korea-missile-launches-1984-present/,
Haryanto, Alexander. 2022. "China dan Rusia Minta Cabut Sanksi PBB Terhadap Korut Ada Apa". Republika.com. Diakses pada 5 Agustus 2024. https://tirto.id/china-dan-rusia-minta-cabut-sanksi-pbb-terhadap-korut-ada-apa-gkY4,
ICANW. 2024. "Which Countries Have Nuclear Weapons?". Icanw.org. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://www.icanw.org/nuclear_arsenals,
Purnama, Indra. 2024. "Detail Hasil Pembicaran Vladimir Putin dan Kim Jong Un di Korea Utara". Tempo.co. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://dunia.tempo.co/read/1882776/detail-hasil-pembicaraan-vladimir-putin-dan-kim-jong-un-di-korea-utara,
Reuters. 2024. "China Keeps Its Distance Russia North Korea Deepen Ties". Reuters.com. Diakses pada 3 Agustus 2024. https://www.reuters.com/world/china-keeps-its-distance-russia-north-korea-deepen-ties-2024-06-19/,
Satria, Lintar. 2022. "China dan Rusia Veto Sanksi Terhadap Korut". Republika.com. Diakses pada 5 Agustus 2024. https://internasional.republika.co.id/berita/rcj5nl368/china-dan-rusia-veto-sanksi-terhadap-korut?question-index=,
Sokolin, Anton. 2024. "North Korean Trade With China Doubles in 2023 to Highest Since Pandemic Began". Nknews.org. Diakses pada 4 Agustus 2024. https://www.nknews.org/2024/01/north-korean-trade-with-china-doubles-in-2023-to-highest-since-pandemic-began/,
Strait Times. 2024. "China Holds The Key to Halting North Koreas 7th Nuke Test". Thestraitstimes.com. Diakses pada 4 Agustus 2024. https://www.straitstimes.com/asia/east-asia/chinese-president-xi-jinping-and-north-korean-leader-kim-jong-un-hail-immortal-ties,
The Diplomat. 2024. "China Holds The Key to Halting North Koreas 7th Nuke Test". Thediplomat.com. Diakses pada 4 Agustus 2024. https://thediplomat.com/2023/08/china-holds-the-key-to-halting-north-koreas-7th-nuke-test/,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H