Dukungan dan kritik terhadap pimpinan sudah mahfum terjadi. Â Berbeda dengan negara monarki
absolut. Di negara demokrasi seperti Indonesia, kebijakan seorang Presiden pun boleh dikritik.
Rocky Gerung bilang begini, "kritik berguna untuk menguji ketajaman moral seorang pemimpin. Jika seseorang pemimpin melempem saat dikritik berarti dia tidak cocok berada di negara demokrasi"
Yang unik, Pj Kepala Desa yang baru di Hendea itu bukan orang lain. Berbeda dengan penjabat sebelum-sebelum itu.
Beliau adalah orang Hendea itu sendiri. Satu tokoh yang kata-kata dan pendapatnya selalu terdengar bijak didalam rapat-rapat musyawarah desa.
Lalu kenapa harus mendepak hampir seluruh pegawai kantornya?
Kenapa hanya menyisahkan Bendahara dan Sekretaris Desa.
Begitupula dengan para perangkat yang diangkat dan diberhentikan itu. Mereka bukan orang lain. Bahkan masi sesama keluarga dekat. Bahkan keluarga Pj Kepala Desa juga.
Apakah ada aroma nepotisme disini? Saya tidak melihat itu.
Sebagai pimpinan, ia mempunyai wewenang untuk itu. Tanpa melihat siapa. Sebab pimpinan punya tanggung jawab melaksanakan  program dan kegiatan desa, pimpinan perlu mengangkat perangkat desa yang loyal dan mumpuni untuk mengawal Kepala Desa.
Perangkat yang diberhentikan bukan berarti tidak mampu. Mereka rata-rata telah lama mengabdi. Sudah menunjukan kinerja dan loyalitas  bertahun-tahun.
Tetapi sekali lagi, setiap pimpinan memiliki preverensi tersendiri. Yang tidak harus sama dengan pendahulunya.
Namun barangkali begini juga,