Mohon tunggu...
KyuZee (QZ)
KyuZee (QZ) Mohon Tunggu... -

Seorang pengangguran kelas kakap yang sedang belajar nulis. Suka traveling meski masih antar kota antar propinsi (bus kaleeee hahaha), suka humor meskipun sering garing hi..., berwajah cantik (kata emak itupun setelah disogok 100 rebu), I love to be me, to be my self (nginggris dikit ya hehe...) dan disini untuk sharing and learning. :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Fiksi) Pembunuhan Tragis Pasca Pertandingan Madura United vs Persija di Pamekasan

27 November 2016   12:38 Diperbarui: 27 November 2016   12:41 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Jum’at, 18 November 2016 saya memutuskan untuk mengunjungi sanak keluarga saya di  Pamekasan, salah satu kabupaten yang berada di pulau Madura. Rencananya saya seminggu tinggal disana sebelum bercengkrama kembali dengan macetnya ibu kota.  Saya merasa perlu berlibur, pergi sementara dari kota Jakarta yang akhir-akhir  ini sering banjir  bukan karena hujan tetapi karena  manusia yang membajirinya yang entah kiriman dari mana dan kabarnya tanggal 2 Desember  akan ada ‘banjir’ susulan lagi.

Tak mau dibuat pusing oleh semua kejadian di ibu kota, tanpa berpikir panjang saya langsung memesan tiket  pesawat jurusan Jakarta-Surabaya hari itu juga. Saya mengontak keluarga saya yang di Pamekasan dan mereka siap untuk menjemput saya di bandara Juanda, Surabaya.  Sekitar pukul 19.00 WIB, pesawat  take off dari bandara Soekarno-Hatta, Jakarta menuju Surabaya dan Alhamdulillah lebih kurang  satu jam kemudian, Alhamdulillah pesawat landing dengan selamat. Keluarga saya ternyata sudah menunggu saya di arrival gate.Dan tanpa berlama-lama kamipun langsung menuju Pamekasan.  Dan sepanjang perjalanan banyak hal yang kami obrolkan.

Jen, malam senin ikut aku yuk??” tanya Afgan,  sepupu saya

“ kemana Gan?”

“ nonton Madura United Vs Persija di stadion Pamekasan”

“emang sudah jadi stadionnya?”

“ iyalah.....  resmi di buka  hari ini, jadi sekarang Pamekasan sudah  punya stadion. Gimana? Ikut kan?”

“ oke deh tapi beliin ya tiketnya, hehe.. terus kalo aku dukung Persija, gak bakalan di bacok kan?”

“ kali ini kamu kudu dukung Madura, titik!”

“Aiiiiiiish....”

Dan setelah lebih kurang 3 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di tempat tujuan, kota Pamekasan.

****

Minggu, 20 November 2016, jam menunjukkan pukul 16.00 WIB alias pukul empat sore, saya bersama Afgan, juga beberapa temannya bersiap-siap pergi ke stadion Pamekasan untuk menonton pertandingan sepak bola antara Madura United Vs Persija seperti yang dikatakan Afgan Jum’a lalu. Kami memilih berangkat lebih awal karena tidak mau berdesakan saat pintu masuk dibuka. Rupanya sesampainya di stadion kami harus menunggu temannya Afgan yang lain, katanya biar kompak, saya memilih nurut saja. Setelah semuanya datang, kamipun masuk dan memilih tempat duduk yang pas untuk melihat pertandingan. Sekitar pukul 7 malam pertandingan dimulai, cukup berjalan seru, dan berakhir  1-0 untuk kemenangan tuan rumah Madura United.

 Entah saya harus bahagia atau sedih dengan hasil tersebut, cukup membingungkan bagi saya yang keturunan campuran Madura-Jakarta hehe. Sekitar pukul 9 malam WIB kami sudah keluar dari stadion dan berniat  untuk makan malam. Tapi tiba-tiba kami dikejutkan kabar bahwa ada pembunuhan tak jauh dari lokasi stadion, kabarnya korbannya  di mutilasi dulu kemudian dibakar. Saya yang mendengarnya cukup ketakutan tapi penasaran juga. Kami berinisiatif untuk melihat langsung ke lokasi kejadian.  Sesampainya disana, terlihat kerumunan masyarakat yang mungkin tak kalah penasarannya dari kami sampai-sampai kami tak bisa menembus kerumunan tersebut agar bisa melihat langsung apa yang terjadi di depan sana.

“Lewat belakang yuk!”Ajak salah seorang teman Afgan, katanya dia tahu ada jalan kecil di belakang rumah tempat kejadian perkara dan kami bisa melihatnya dari sana tanpa perlu berdesakan. Kamipun menyetujuinya.  Karena jalannya tidak cukup untuk mobil, kami terpaksa jalan kaki dan menitipkan mobil di rumah seorang warga yang tidak jauh dari TKP.

Kami harus memutar dulu untuk masuk lewat jalur belakang, jalannya sempit, gelap dan becek. Berbekal lampu HP, kamipun berjalan memutar sekitar 100 meter, dan akhirnya kami sampai juga di pintu belakang. Jarak dari pintu belakang ke pintu depan tempat kerumunan orang ternyata tidak sedekat yang saya kira, kurang lebih 50 meter, kami masih harus berjalan kaki untuk sampai ke depan. Untungnya disana kami tidak perlu lagi menggunakan HP sebagai alat penerang jalan. Sudah ada lampu yang cukup untuk menerangi jalan.

Pelan-pelan ya jalannya, ngendap kalau perlu”Imbau teman Afgan yang puny ide untuk lewat pintu belakang

emang kenapa?”

dengar-dengar sih Pelaku dah beberapa kali membunuh dan katanya dilakukan di belakang rumahnya, itu artinya di sekitar tempat ini, takutnya entar kita ketahuan terus dia bunuh kita belum lagi arwah-arwah yang bakalan ganggu kita”

“ngeri  aaaah,, pulang yuuuk!!! Aku ke Madura mo liburan, bukan serem-sereman gini, ini kan bukan sinetron atau film horror, ini kan nyata, jangan naku-nakutin dooong!”. Saya sekarang benar-benar ketakutan dan minta pulang

“masak anak Jakarta takut sama begituan”? Afgan meledek saya

ayo jalan! Gak papa- gak papa, tenang aja, ini kan rame-rame gak sendirian, ayo cepat ntar malah bubar lagi, keburu malem juga, yuk Jalan!” Afgan dengan tegas meminta kami khususnya saya untuk terus berjalan. Kami pun mengikutinya.

Baru beberapa langkah, kami dikejutkan dengan banyaknya ceceran darah di tempat itu, bulu kuduk saya merinding, takut tapi masih penasaran. Bau amis sangat menyengat membuat saya ingin muntah tapi saya tahan. Kami terus berjalan.  Selanjutnya, kami dapati dua buah ember besar yang awalnya saya pikir isinya air, tapi ternyata darah. Saya tambah ingin muntah. Kebetulan ada sebuah kantong plastic berukuran jumbo disamping ember, saya bilang kepada mereka bahwa saya tidak tahan dan saya ingin muntah. Merekapun menyuruh saya untuk muntah di  kantong plastic tersebut. Saat saya membuka kantong plastiknya, alangkah terkejutnya saya mendapati isi di dalamnya. Sayapun langsung gemetar

kenapa Jen, ada apa?”tanya Afgan yang melihat saya mulai mengeluarkan keringat dingin

“isi kantong plastic itu seperti bagian organ dalam gitu kayak lilitan perut gitu”

“jangan bercanda doong!!!”

“aku serius”

Mereka pun mengecek kantong plastic itu dan isinya benar-benar  bagian organ dalam, tumpukan lilitan perut . 

Uweeeeeeiiikkk....!!! kamipun muntah bersama di tempat itu.

kami terdiam sesaat, menatap satu sama lain.

Terus gimana neh, lanjut nggak?” saya bertanya memecah keheningan

Lanjut aja, selangkah lagi juga sudah sampek, kepalang tanggung neh, masak harus balik?  muter lagi dong”.Jawab Afgan

Kami pun setuju dengannya. Dan ternyata benar, baru beberapa langkah, kami sudah sampai di depan di tempat TKP. Ternyata orang masih berkerumun sementara pelaku masih menusuk-nusuk dan membakar korbannya.

Afgan yang memang pemberani mencoba mendekat ke arah pelaku, kami mencoba melarangnya  tapi dia tetap ngotot.

kalau kita semua diam, ini akan semakin lama dan dia juga nggak bakalan berhenti!”Belanya

Diapun berjalan tak pedulikan orang-orang yang meneriakinya

Saat dekat dengan si  pelaku, pelaku yang tengah sadis membakar korbannya langsung menatap ke wajah Afgan dengan tajam dan dengan bahasa Maduranya dia berkata

“Messen apah Cong, sate ajem, embik apah sapeh? (pesan apa nak, sate ayam, kambing apa sapi?)”

Afgan pun menanyai kami satu persatu tentang sate apa yang ingin kami makan.

Ah, akhirnya perjalanan kami selesai, Afgan pun memesan sate sesuai  selera kami. Kamipun lega, perjuangan untuk menikmati  sate Madura  akhirnya terbayar juga. Alhamdulillah. Ini benar-benar kisah nyata......nyata fiksinya! Hahahahahaha....

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan  tokoh, tempat atau kejadian ,semata hanya kebetulan belaka. :)

Keep smile dan stay calm!!!  :)

#dontstress #whysoserious

#makeyourselfhappybyyourownway

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun