Baru beberapa langkah, kami dikejutkan dengan banyaknya ceceran darah di tempat itu, bulu kuduk saya merinding, takut tapi masih penasaran. Bau amis sangat menyengat membuat saya ingin muntah tapi saya tahan. Kami terus berjalan. Selanjutnya, kami dapati dua buah ember besar yang awalnya saya pikir isinya air, tapi ternyata darah. Saya tambah ingin muntah. Kebetulan ada sebuah kantong plastic berukuran jumbo disamping ember, saya bilang kepada mereka bahwa saya tidak tahan dan saya ingin muntah. Merekapun menyuruh saya untuk muntah di kantong plastic tersebut. Saat saya membuka kantong plastiknya, alangkah terkejutnya saya mendapati isi di dalamnya. Sayapun langsung gemetar
“kenapa Jen, ada apa?”tanya Afgan yang melihat saya mulai mengeluarkan keringat dingin
“isi kantong plastic itu seperti bagian organ dalam gitu kayak lilitan perut gitu”
“jangan bercanda doong!!!”
“aku serius”
Mereka pun mengecek kantong plastic itu dan isinya benar-benar bagian organ dalam, tumpukan lilitan perut .
Uweeeeeeiiikkk....!!! kamipun muntah bersama di tempat itu.
kami terdiam sesaat, menatap satu sama lain.
“Terus gimana neh, lanjut nggak?” saya bertanya memecah keheningan
“Lanjut aja, selangkah lagi juga sudah sampek, kepalang tanggung neh, masak harus balik? muter lagi dong”.Jawab Afgan
Kami pun setuju dengannya. Dan ternyata benar, baru beberapa langkah, kami sudah sampai di depan di tempat TKP. Ternyata orang masih berkerumun sementara pelaku masih menusuk-nusuk dan membakar korbannya.