Mendung tanpa udan, ketemu lan kelangan, opo iki sing diarani perjalanan... Hanya itu kata kalimat tembang yang bisa ku ucapkan saat harus menahan takut. Ini adalah pertama kali aku harus menutup pintu makam Mbah Laisyidin atau mbah kemangi.
Kenapa aku harus menutup pintu makam ceritanya begini. Kala itu jelang puasa Ramadan tahun 1443 Hijriyah tahun 2022. Bersama jamaah pengajian yang aku ikuti setiap malam Selasa kami mengadakan kegiatan ziarah ke waliyullah atau tempat-tempat yang di kultuskan untuk doa bersama.
Jamaah sepakat bahwa kegiatan ziarah kali itu adalah ke makam kemangi atau makam Mbah laisyidin. Yang terletak di pesisir Utara kabupaten Kendal tepatnya di pantai kemangi masuk wilayah desa Karangmalang Kecamatan kangkung kabupaten Kendal.
Bagi pembaca sekalian silakan bisa Googling cerita seputar makam kemangi Kendal. Banyak cerita-cerita mistis di tempat ini bahkan presenter kondang Tukul arwana dan spiritual lain ternyata banyak yang tidak berani sembarangan di tempat makam Mbah Laesyidin.
Keangkeran makam kemangi sudah kondang merah tahun 90 ke bawah pernah ada juru masak Yang diminta untuk memasak di kampung kemangi kampung gaib yang tidak bisa dilihat dengan mata.
Atau cerita seputar truk pembawa motor yang kemudian ada di jalan dekat makam kemangi mendadak ada di situ tanpa mereka tahu kapan lewat dan tidak ada bekas roda dan lewat jalan mana mereka tahu-tahu sudah ada di dekat makam kemangi.
Cerita warga seputar Karangmalang banyak orang yang tersesat di area situ. Karena konon para santri para pendekar pahlawan pejuang kemerdekaan menggunakan area pesisir Utara Kendal tepatnya di Karangmalang ini untuk menjadi gudang persenjataan atau tempat persembunyian sehingga para Kyai yang menjadi pimpinan para pejuang waktu itu memasang raja atau alat untuk membuat bingung musuh dan itu ditanam di sekitar kemangi.
Setelahnya ternyata tidak ada yang mencabut alat yang ditanam untuk membuat linglung pikun tersesat musuh yang masuk dan itu alat itu konon masih bekerja sampai sekarang sehingga banyak orang luar yang kemudian ketika masuk ke daerah kemangi mereka akan tersesat bahkan paling berat mengalami musibah, konon ceritanya begitu.
Dan satu cerita lagi bahwa konon almarhum dalang kondang maestro profesor wayang Indonesia yaitu Ki manteb Sudarsono pada era tahun 90-an pernah diminta untuk mendalang di kampung kemangi, kampung gaib kemangi. Ki mantep sadar bahwa itu bukan perkampungan lumrah tapi itu perkampungan kalau boleh saya sebut itu perkampungan jin dengan perjanjian bahwa dia berani mendalang maka dia dan rombongan niyaga, sinden, pengrawit dan alat yang dibawa semua harus dikembalikan dengan selamat.
Itu diantara cerita tentang kejadian mistis yang ada di kemangi. Dan mala mini aku ziarah kesini. Ke makam kemangi.
***
Pimpinan jamaah adalah Kyai yang menjadi pengasuh pengajian selosonan yaitu kyai nur Amin kacangan Sendang Kulon. Setelah semua hadir naik mobil bak terbuka kami berangkat dan menjemput juru kunci makam kemangi yaitu kyai kasturi.
Perjalanan kami lancar meskipun kemudian ketika sampai di kediaman Mbah Kyai kasturi hujan turun. Sehingga harus basah-basahan terpal yang dipakai untuk memayungi penumpang mobil bak terbuka tidak bisa sepenuhnya melindungi badan dari basah karena hujan.
Angin bertiup lumayan kencang dan hujan juga sedikit deras sehingga rombongan harus basah kuyup. Selain itu rombongan juga harus menyelamatkan menutupi sajian makanan yang masih terbungkus rapi supaya tidak kena air hujan maka kemudian sebagian terpal yang digunakan untuk berlindung dari hujan di atas mobil digunakan untuk menyelamatkan makanan berupa tumpeng sayur serta ingkung ayam. Serta tak ketinggalan lalap dan daun pisang yang akan digunakan untuk alas nanti setelah doa bersama dilaksanakan ada gembul Bu Jono atau makan bersama antara jamaah dan para Kyai.
Jam menunjukkan pukul 22.00 malam. Setelah melalui proses menunggu yang lumayan lama di dekat kediaman Mbah Kyai kasturi akhirnya hujan agak sedikit reda dan rombongan bisa berangkat ke makam kemangi.
Sampai di sana langsung ambil wudhu dan masuk ke area cungkup pemakaman. Suasana gelap malam dan suara makhluk yang hidup di malam hari menggema di sekitaran makam kemangi.
Suara burung malam suara jangkrik belalang dan beragam suara alam beriringan dengan gerimis yang turun membasah. Tahlil dan doa serta proses doa bersama di makam dipimpin oleh Kyai nur Amin dan Kyai kasturi. Singkat cerita sudah lewat tengah malam ziarah dan doa bersama selesai dilanjutkan untuk berkumpul di aula. Lebih tepatnya bangunan yang digunakan untuk tempat singgah bagi para peziarah di area depan makam kemangi.
Aliran listrik hanya lampu beberapa watt sehingga tidak mampu menerangi secara maksimal di ruang aula. Maka senter handphone dan senter baterai yang sengaja kami bawa dimaksimalkan fungsinya untuk menerangi jamaah.
Setelah semuanya berkumpul baru kemudian Kyai kasturi memberikan paparan yaitu sejarah makam kemangi dan sejarah Mbah laisyidin yang dimakamkan di makam kemangi.
Hampir 1 jam kami menyimak diskusi dan ngobrol tentang sejarah makam kemangi yang disampaikan oleh baik Kyai nur Amin maupun di kasturi.
Acara ditutup dengan doa dan makan tumpeng serta ingkung yang sudah disiapkan. Â Setelah makan-makan selesai masih dilanjutkan dengan duduk untuk mengobrol dan menikmati rokok menghisap si karet karena suasana juga masih gerimis.
Setelah dirasa sudah cukup dan waktunya untuk pulang. Â mendadak Mbah kasturi memanggil saya.
"Mas ini kuncinya tolong pintu makom ditutup"
Saya pun menjawab Nggih Mbah. Saya berjalan keluar setelah mengambil kunci yang diulurkan oleh Mbah kasturi. Di luar banyak jamaah yang sedang berdiri sambil menghisap rokok atau duduk sambil bercanda atau mereka yang baru saja selesai mencuci tangan mencuci kaki dan membereskan barang-barang membersihkan tempat kami tadi makan bersama.
Diantaranya ada yang yah iseng menakut-nakuti memperingatkan untuk hati-hati. Karena alasan itu kemudian saya kok berpikir mencari teman. Beberapa yang sengaja aku sebut nama dan ku aja tidak mau dengan alasan-alasan tertentu.
Aku ajak beberapa teman untuk menemani tapi ternyata nggak ada satupun yang mau. Entah takut entah nggak berani atau entah kenapa alasannya akhirnya saya pun berangkat sendiri menuju cukup makam.
Yo wis pancen Jatake dewekan kudu wani. Angkati dewe.
Berbekal senter dan menebalkan keberanian bisa melangkah menembus gerimis jam 01.00 hampir jam 01.00 malam di makam kemangi yang terkenal angker gawat dan terkenal wingit.
Awalnya sama sih membaca doa semampu saya Fatihah sholawat dan macam-macam bertujuan supaya keberanian meningkat bagaimanapun Ini pemakaman dan sangat terkenal di Kendal utamanya dan di daerah lokal seputaran Kendal bahwa makam kemangi makam yang penuh misteri kanker dan bingit yang seperti saya sebut.
Tanpa ragu saya melangkah melewati area pemakaman harus hati-hati menjinjing sarung yang aku kenakan karena becek basah dan banyak patok pemakaman supaya saya tidak jatuh karena terjebak terpeleset atau sarung nyantol pada patok atau batu nisan.
Nyala lampu di cungkup bangunan berukuran 4 X 4 m tampak redup. Â Atau kalau boleh disebut ya remang-remang. Pohon besar yang ada di samping Jungkook tampak hitam menambah aura menakutkan dan seram.
Pintu makam ada dua di sisi kiri dan sisi kanan dan rupanya sisi kiri menguncinya itu dari dalam maqom jadi harus masuk kemudian dikunci dari dalam lantas baru keluar lewat sisi kanan dan memasang gembok dan dikunci. Â Cara menguncinya harus begitu Jadi harus masuk ke makam dulu itu betul-betul membuat saya harus menebalkan keberanian di antara ketakutan dingin khawatir dan wis embuh banget.
Seperti kehilangan kemampuan untuk berdoa atau berdzikir karena apa ya takut. Iya saya pikir saya rasa saat itu saya pada kondisi psikologi yang disebut dengan takut.
Ketakutan yang muncul alami belalai didukung dengan gerimis dan remang-remang serta suasana makom yang seram itu. Maka saya pun pingin segera bergegas kalau kemudian lari tentu itu malah justru lebih berbahaya. Maka saya melangkah biasa dan karena tidak mampu berdoa mohon maaf tidak ada pilihan doa yang bisa keluar karena mungkin penguasaan rasa takut itu pada diri saya Saya hanya mampu bernyanyi.
Mendung tanpa hujan ketemu lan kelangan...
Iya itu yang berulang kali aku nyanyikan atau lebih tepatnya sih aku gumamkan. Aku bergumam menyanyikan lagi lagu itu bukan sholawat atau dzikir seperti tadi tapi
Mendung tanpa hujan.
Ketemu lan kelangan
Kabeh kuwi sing diarani perjalanan
Awak dewe Daud nduwe bayangan
Besok yen wes omah-omahan
Aku Moco koran sarungan
Kowe blonjo dasteran
Dan efeknya sungguh luar biasa kurasa takut itu berkurang seperti menipis ketika saya menggumamkan lagu itu. Ingat saya sih Itu lagunya ndar boy genk dan Deni cak nan.
Segera aku kunci dari dalam pintu yang sebelah kiri dan keluar lewat pintu sebelah kanan untuk kemudian menggembok dan mengambil anak kunci gembok dan akan segera aku serahkan kepada Mbah kasturi sebagai juru kunci.
Saat itu aku mengenakan sarung kaos dan jaket Banser. Mungkin karena pakai jaket Banser itulah kemudian Mbak kasturi memintaku untuk mengunci pintu masuk makam Mbah Laisyidin.
Bukan karena alasan lain tapi karena aku Banser dan menggunakan jaket Banser.
Begitu selesai aku segera berjalan menuju bangunan aula makam kemangi. Orang-orang di sana menungguku. Untuk segera pulang. Dan begitu terlihat aku mereka pun dia bergumam berceloteh berkelakar berseloroh karena aku sudah berhasil dan berani untuk mengunci makam kemangi sendirian.
Begitu bergabung dengan jamaah aku pun segera menyalami dan berkata Alhamdulillah terima kasih atas bantuan doa sehingga saya sudah berhasil dan sukses sendirian mengunci makam kemangi makam Mbah laisyidin.
Diantaranya ada yang menertawakan tapi intinya mereka pun bahagia karena saya kembali bergabung dan bisa segera pulang untuk istirahat malam.
Segera kami naik ke mobil dan beranjak pulang. Di perjalanan hujan kembali turun deras lebih deras dari yang saat tadi berangkat. Jadilah jaket banjir saya basah kuyup Alhamdulillah HP dan dompet selama tidak basah tidak rusak.
Tadi kami sempat mengantarkan Mbah Kyai kasturi untuk masuk ke rumah beliau dan berucap terima kasih berpamitan dengan Mbah kasturi.
Ya tepat hampir jam 02.00 kami sampai ke tempat awal berkumpul di markas pengajian selosonan. Hujan masih belum reda. Terobos saja.
Pada suatu kesempatan saya pun bercerita bahwa di makam kemangi di makam Mbah laesidin, saat dapat tugas untuk mengunci pintu cungkup. Bahwa saya pernah punya pengalaman tidak sanggup berdoa tapi malah bergumam menyanyi.
***
Kini akses jalan ke makam kemangi sudah diperbaiki dibangun sedemikian rupa karena itu juga Jalan utama untuk menuju pantai indah kemangi. Pantai yang kini menjadi andalan bagi desa Karangmalang karena mampu mendatangkan pelancong atau wisatawan lokal maupun daerah datang ke pantai Indah kemangi (PIK)
Jalan sudah diperlebar dikeraskan dan sudah diberi lampu penerang di sebagian. Sehingga perjalanan menggunakan motor maupun mobil relatif lebih lancar dan aman.
Rombongan ziarah bisa dengan mudah mencapai akses ke makam kemangi dan bagi yang mau ke pantai pun jalannya sudah bagus.
Tentu tidak sulit untuk datang ke makam kemangi berziarah atau ke pantai indah kemangi menikmati suasana pantai dan alam di pesisir Utara Kendal yang kebetulan harganya berdekatan.
Bisa mengambil akses dari pasar kangkung atau melalui MAP yang juga sudah lumayan bagus akan diberi petunjuk oleh Google map untuk sampai di pantai indah kemangi menikmati wahana wisata pantai di Kendal.
Selama bulan Ramadan atau bulan puasa pantai indah kemangi oleh pengelola ditutup total. Karena untuk menjaga kearifan lokal dan tidak ada warga yang datang berwisata di bulan puasa ternyata mereka tidak berpuasa maka atas kebijakan dari pengelola bulan Ramadan pantai indah kemangi tutup dan akan buka kembali lebaran.
Selama penutupan di PIK pengelola konon akan membangun dan memperbaiki sarana prasarana serta pengelolaan pantai agar saat dibuka lebaran nanti lebih elok lebih asri lebih bersih sehingga bisa meraup hasil dari datangnya pengunjung pantai yang lebih maksimal dan melimpah tentu saja.
Makam kemangi dengan aura mistis dan pantai indah kemangi yang asri sejuk sebagai tempat wisata berpadu dan harapanya menjadi paduan yang menarik.
Aaaah embuh Sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H