Dan efeknya sungguh luar biasa kurasa takut itu berkurang seperti menipis ketika saya menggumamkan lagu itu. Ingat saya sih Itu lagunya ndar boy genk dan Deni cak nan.
Segera aku kunci dari dalam pintu yang sebelah kiri dan keluar lewat pintu sebelah kanan untuk kemudian menggembok dan mengambil anak kunci gembok dan akan segera aku serahkan kepada Mbah kasturi sebagai juru kunci.
Saat itu aku mengenakan sarung kaos dan jaket Banser. Mungkin karena pakai jaket Banser itulah kemudian Mbak kasturi memintaku untuk mengunci pintu masuk makam Mbah Laisyidin.
Bukan karena alasan lain tapi karena aku Banser dan menggunakan jaket Banser.
Begitu selesai aku segera berjalan menuju bangunan aula makam kemangi. Orang-orang di sana menungguku. Untuk segera pulang. Dan begitu terlihat aku mereka pun dia bergumam berceloteh berkelakar berseloroh karena aku sudah berhasil dan berani untuk mengunci makam kemangi sendirian.
Begitu bergabung dengan jamaah aku pun segera menyalami dan berkata Alhamdulillah terima kasih atas bantuan doa sehingga saya sudah berhasil dan sukses sendirian mengunci makam kemangi makam Mbah laisyidin.
Diantaranya ada yang menertawakan tapi intinya mereka pun bahagia karena saya kembali bergabung dan bisa segera pulang untuk istirahat malam.
Segera kami naik ke mobil dan beranjak pulang. Di perjalanan hujan kembali turun deras lebih deras dari yang saat tadi berangkat. Jadilah jaket banjir saya basah kuyup Alhamdulillah HP dan dompet selama tidak basah tidak rusak.
Tadi kami sempat mengantarkan Mbah Kyai kasturi untuk masuk ke rumah beliau dan berucap terima kasih berpamitan dengan Mbah kasturi.
Ya tepat hampir jam 02.00 kami sampai ke tempat awal berkumpul di markas pengajian selosonan. Hujan masih belum reda. Terobos saja.
Pada suatu kesempatan saya pun bercerita bahwa di makam kemangi di makam Mbah laesidin, saat dapat tugas untuk mengunci pintu cungkup. Bahwa saya pernah punya pengalaman tidak sanggup berdoa tapi malah bergumam menyanyi.