Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Antara Scout Up Comedy dan Baca Puisi

16 Maret 2018   19:56 Diperbarui: 16 Maret 2018   21:23 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila mengingat-ngingat kejadian beberapa bulan yang lalu, terkadang suka senyum-senyum sendiri,  bagaimana tidak senyum sendiri coba,  anak-anak /peserta didik saya   menggelar acara "Scout Up Comedy" pada sebuah perkemahan tingkat Kwartir Cabang Kota Cirebon,  pesertanya adalah masing-masing Sangga Pramuka Penegak dan Pandega di setiap pangkalanya,  wajib menampilkan komikanya,  model stand up comedy gitu,  seperti di televisi,  kata anak-anak bilang,  saat mengusulkan rencana kegiatan.

Sementara para jurinya 3 orang,  di ambil dari Korp Pelatih atau anggota Pusdiklatcab,  namun yang bikin gerogi adalah,  saya selaku pembina putra mereka,  mengusulkan agar dapat memberikan sambutan sekaligus membuka acara,  yang harus di tutup dengan "oven mike" Scout Up Comedy selama 7 menit.

Baca puisi komedi (doc.pribadi)
Baca puisi komedi (doc.pribadi)
Walau biasa bicara dan ngarang cerita bahkan suka bercandaan di depan anak-anak,  namun tatkala suruh oven mike di forum resmi dan saksikan puluhan peserta didik atau komika,  tetep saja ada rasa deg-degan,  apalagi di lihat juri yang merupakan rekan sejawat,  dan tentu saja para pembina Pramuka dari masing-masing pangkalan hadir.

Akhirnya session pembukaan di mulai,  dan saya pun maju ke depan mewakili Kwatir Cabang membuka acara tersebut.  Semua materi sambutan sudah di lalap habis berikut pemukulan mimbar tiga kali (tidak pakai gong seperti pejabat saja)  dan tepuk Pramuka dua kali,sebagai pertanda dibukanya acara Scout Up Comedy.

Pada saat inilah keringat sebiji-biji jagung keluar dan berguguran ke lantai,  materi comedy yang sudah di baca berulang-ulang,  nyaris lenyap,  karena saya kelamaan diam,  namun diamnya saya menjadikan penonton tertawa,  bingungkan?  Dimana lucunya coba?  atau tertawain kebingungannya,  hanya mereka-mereka yang tahu sebabnya tertawa.

Setelah lama terdiam akhirnya kata meluncur tanpa senyum seperti biasanya, setelah mengucap salam sebagai awalan oven mike,  tak lupa saya juga mempernalkan diri,  karena yakin semua komika dari penjuru Kota Cirebon belum semuanya mengenal saya,  

"Kenalkan nama gue.. Eeh maaf maksude nama Kakak," geerr...yang di depan baru segitu saja sudah pada ketawa, "nama pendeknya kakak adalah Kak Thirman,  alias suka tidur tengah malam," penonton tertawa lagi,  bahkan ada yang nyletuk,  "lucu kak,  lucu kak".

Saya hanya nyengir kuda,  sembari bilang,  "lucu dari hongkong, orang kakak baru saja ngenalin diri" jawabku demikian eh malah di tepukin tidak berhenti-henti sampai saya pun menyetopnya.

" stoooppp,  kalau tepuknya kelamaan,  terus kakak kapan stand up nya " eehh tambah keras ketawanya.

Akhirnya, saya mencoba menguasai panggung,  biar tidak kelihatan kalau sedang demam panggung. Akhirnya setelah merenung cepat dan dan di benaknya langsung ingat Bang Radit yang di TV,  dengan materi Act-out,  andalan para komika ternama,

" Gue.. Ehhh Kakak baru beli handpond baru coy, kagak pake pencet-pencet seperti jaman muda kakak, tapi pakai layar touch screen pakai ludah, tuil-tuiill kalau kaga ngerti mah, " sambil ngeluarin Handphone jari dikasih ludah,  kemudian di tempelkan pada layar handphone.  Bocorlah tawa mereka terpingkal-pingkal.

Namun baru beberapa beat (segmen)  yang dapat di sampaikan, kepala mendadak pusing oleh tawa mereka,  "aduh apalagi yaaa,  sementara waktu masih 3 menit lagi" dalam hati kecilnya.

Akhirnya ketemu juga materi yang akan di sampaikannya, namun bukan kata komedian yang disampaikan tapi puisi atau pantun jenaka,  yang tetap saja membawa mereka terpingkal-pingkal.

"oh yaa,  kakak punya puisi atau pantun tapi lupa judulnya" anak-anak seriusan mulai pada diam dan rata-rata mata menatap tajam ke saya sembari bibir-bibirnya pada siap senyum terbuka.

" Andaikan Mentari punya  Twiiter, ( mereka seriusan pada diem) " lantas ada yang follback,  dan mentari pun kan jawab " kita kopdar dulu ya", (meledak kecil tawa mereka) " dan mentari pun ngetwit @awanhitam : "Bro tolong kasih hujan" lantas @awanhitam pun membalas " Otw hujan bro", "Saya Kakthir,  Wassalammualaikum dan Salam Pramuka "

Akhirnya Closing Line berjalan mulus,  sambil garuk-garuk kepala dan senyum-senyum sendiri,  sementara anak-anak tertawa ngakak sampai saya duduk tenang di belakang juri.

Waahh...  Tenyata,  bercandaan yang berteori, itu lebih sulit daripada cerita bebas depan anak-anak saat latihan. 

Namun untung saja,  sedikit banyak sering nonton Bang Radit, Kak Panji,  Cemen dan lain-lain, sehingga ke ingatan saat berdiri di depan,  lebih bersyukur lagi,  sedikit banyak sering ngarang puisi di Kompasiana,  jadi tidak kekurangan bahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun