Namun baru beberapa beat (segmen) Â yang dapat di sampaikan, kepala mendadak pusing oleh tawa mereka, Â "aduh apalagi yaaa, Â sementara waktu masih 3 menit lagi" dalam hati kecilnya.
Akhirnya ketemu juga materi yang akan di sampaikannya, namun bukan kata komedian yang disampaikan tapi puisi atau pantun jenaka, Â yang tetap saja membawa mereka terpingkal-pingkal.
"oh yaa, Â kakak punya puisi atau pantun tapi lupa judulnya" anak-anak seriusan mulai pada diam dan rata-rata mata menatap tajam ke saya sembari bibir-bibirnya pada siap senyum terbuka.
" Andaikan Mentari punya  Twiiter, ( mereka seriusan pada diem) " lantas ada yang follback,  dan mentari pun kan jawab " kita kopdar dulu ya", (meledak kecil tawa mereka) " dan mentari pun ngetwit @awanhitam : "Bro tolong kasih hujan" lantas @awanhitam pun membalas " Otw hujan bro", "Saya Kakthir,  Wassalammualaikum dan Salam Pramuka "
Akhirnya Closing Line berjalan mulus, Â sambil garuk-garuk kepala dan senyum-senyum sendiri, Â sementara anak-anak tertawa ngakak sampai saya duduk tenang di belakang juri.
Waahh... Â Tenyata, Â bercandaan yang berteori, itu lebih sulit daripada cerita bebas depan anak-anak saat latihan.Â
Namun untung saja, Â sedikit banyak sering nonton Bang Radit, Kak Panji, Â Cemen dan lain-lain, sehingga ke ingatan saat berdiri di depan, Â lebih bersyukur lagi, Â sedikit banyak sering ngarang puisi di Kompasiana, Â jadi tidak kekurangan bahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H