Bila mengingat-ngingat kejadian beberapa bulan yang lalu, terkadang suka senyum-senyum sendiri,  bagaimana tidak senyum sendiri coba,  anak-anak /peserta didik saya  menggelar acara "Scout Up Comedy" pada sebuah perkemahan tingkat Kwartir Cabang Kota Cirebon,  pesertanya adalah masing-masing Sangga Pramuka Penegak dan Pandega di setiap pangkalanya,  wajib menampilkan komikanya,  model stand up comedy gitu,  seperti di televisi,  kata anak-anak bilang,  saat mengusulkan rencana kegiatan.
Sementara para jurinya 3 orang, Â di ambil dari Korp Pelatih atau anggota Pusdiklatcab, Â namun yang bikin gerogi adalah, Â saya selaku pembina putra mereka, Â mengusulkan agar dapat memberikan sambutan sekaligus membuka acara, Â yang harus di tutup dengan "oven mike" Scout Up Comedy selama 7 menit.
![Baca puisi komedi (doc.pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/16/img-20180316-132615-jpg-5aabbba0dd0fa81fa2507624.jpg?t=o&v=770)
Akhirnya session pembukaan di mulai, Â dan saya pun maju ke depan mewakili Kwatir Cabang membuka acara tersebut. Â Semua materi sambutan sudah di lalap habis berikut pemukulan mimbar tiga kali (tidak pakai gong seperti pejabat saja) Â dan tepuk Pramuka dua kali,sebagai pertanda dibukanya acara Scout Up Comedy.
Pada saat inilah keringat sebiji-biji jagung keluar dan berguguran ke lantai, Â materi comedy yang sudah di baca berulang-ulang, Â nyaris lenyap, Â karena saya kelamaan diam, Â namun diamnya saya menjadikan penonton tertawa, Â bingungkan? Â Dimana lucunya coba? Â atau tertawain kebingungannya, Â hanya mereka-mereka yang tahu sebabnya tertawa.
Setelah lama terdiam akhirnya kata meluncur tanpa senyum seperti biasanya, setelah mengucap salam sebagai awalan oven mike, Â tak lupa saya juga mempernalkan diri, Â karena yakin semua komika dari penjuru Kota Cirebon belum semuanya mengenal saya, Â
"Kenalkan nama gue.. Eeh maaf maksude nama Kakak," geerr...yang di depan baru segitu saja sudah pada ketawa, "nama pendeknya kakak adalah Kak Thirman, Â alias suka tidur tengah malam," penonton tertawa lagi, Â bahkan ada yang nyletuk, Â "lucu kak, Â lucu kak".
Saya hanya nyengir kuda, Â sembari bilang, Â "lucu dari hongkong, orang kakak baru saja ngenalin diri" jawabku demikian eh malah di tepukin tidak berhenti-henti sampai saya pun menyetopnya.
" stoooppp, Â kalau tepuknya kelamaan, Â terus kakak kapan stand up nya " eehh tambah keras ketawanya.
Akhirnya, saya mencoba menguasai panggung, Â biar tidak kelihatan kalau sedang demam panggung. Akhirnya setelah merenung cepat dan dan di benaknya langsung ingat Bang Radit yang di TV, Â dengan materi Act-out, Â andalan para komika ternama,
" Gue.. Ehhh Kakak baru beli handpond baru coy, kagak pake pencet-pencet seperti jaman muda kakak, tapi pakai layar touch screen pakai ludah, tuil-tuiill kalau kaga ngerti mah, " sambil ngeluarin Handphone jari dikasih ludah, Â kemudian di tempelkan pada layar handphone. Â Bocorlah tawa mereka terpingkal-pingkal.
Namun baru beberapa beat (segmen) Â yang dapat di sampaikan, kepala mendadak pusing oleh tawa mereka, Â "aduh apalagi yaaa, Â sementara waktu masih 3 menit lagi" dalam hati kecilnya.
Akhirnya ketemu juga materi yang akan di sampaikannya, namun bukan kata komedian yang disampaikan tapi puisi atau pantun jenaka, Â yang tetap saja membawa mereka terpingkal-pingkal.
"oh yaa, Â kakak punya puisi atau pantun tapi lupa judulnya" anak-anak seriusan mulai pada diam dan rata-rata mata menatap tajam ke saya sembari bibir-bibirnya pada siap senyum terbuka.
" Andaikan Mentari punya  Twiiter, ( mereka seriusan pada diem) " lantas ada yang follback,  dan mentari pun kan jawab " kita kopdar dulu ya", (meledak kecil tawa mereka) " dan mentari pun ngetwit @awanhitam : "Bro tolong kasih hujan" lantas @awanhitam pun membalas " Otw hujan bro", "Saya Kakthir,  Wassalammualaikum dan Salam Pramuka "
Akhirnya Closing Line berjalan mulus, Â sambil garuk-garuk kepala dan senyum-senyum sendiri, Â sementara anak-anak tertawa ngakak sampai saya duduk tenang di belakang juri.
Waahh... Â Tenyata, Â bercandaan yang berteori, itu lebih sulit daripada cerita bebas depan anak-anak saat latihan.Â
Namun untung saja, Â sedikit banyak sering nonton Bang Radit, Kak Panji, Â Cemen dan lain-lain, sehingga ke ingatan saat berdiri di depan, Â lebih bersyukur lagi, Â sedikit banyak sering ngarang puisi di Kompasiana, Â jadi tidak kekurangan bahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI