Mohon tunggu...
Kutu Kata
Kutu Kata Mohon Tunggu... -

No comment

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

PILKADUT

11 Juli 2012   01:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi-pagi sekali Paijo sudah bangun dari tidurnya. Terus mandi dan tidak lupa menggosok gigi. Serta keramas, buat Paijo keramas adalah sesuatu hal yang sakral, untuk menyambut hal-hal yang khusus saja Paijo baru mau keramas. Shampoo dirumahnya awet, sebotol shampoo bisa sampai setahun baru habis. Entah karena sakral atau Paijo memang pelit?.


Masih berbalut handuk. Paijo bersiul-siul didepan kaca. Paijo gembira menyambut datangnya hari. Karena hari ini adalah hari Pilkadut, hari Pemilihan Ketua Badut.

Walaupun bukan Paijo yang dicalonkan sebagai ketua tapi sebagai warga badut, Paijo menyambutnya dengan penuh antusias.


Baju batik lurik kesayangannya. Rambut klimis ala Urang Aring. Kumisnya ia rapikan persis pagar rumah di daerah menteng. Karena Paijo berharap, Ketua yang terpilih nanti akan membawa perubahan pada nasibnya. Hmm, sang ratu adil akan datang, Gusti Allah sudah berjanji. Begitu bisik hati Paijo.

*****


Sesampai dirumah Paitem. Paijo kesal melihat Paitem masih sarungan saja sambil memeluk "si gepeng" bantal guling setianya.


"Aku Golput aja, Mas. Lama-lama aku muak juga jadi badut!." Begitu alasan Paitem pada Paijo.


Karir badut Paitem memang tidak secemerlang Paijo. Paitem c.s. adalah badut-badut yang hanya menghibur anak-anak ketika ia merayakan Ulang Tahun.

Beda dengan Paijo c.s., ia biasa mangkal di Taman Mini.


"Sampeyan gak mau ada perubahan?." Tanya Paijo pada Paitem.

"Perubahan opo, Mas?. Memangnya kalau kita milih lantas nasib kita bisa berubah?. Dulu juga saya ikut nyoblos ya nasib saya tetap saja seperti ini."

"Pilkadut kali ini, Calon-calonnya apik-apik, Tem. Ada incumbent, ada perwakilan dari wong cilik, dan ada juga perwakilan dari non partai. Wah, pasti seru nih."

"Incumbent itu badut opo Mas?."

"Wah sampeyan kebanyakan meluk si gepeng sih, incumbent itu ketua badut yang lama."

"Mau jadi ketua lagi?. Kok gak bosan ya?. Mbo' ya kasih kesempatan pada yang lain, misalnya aku dicalonkan jadi ketua begitu, Mas."

"Sudahlah,Tem gak usah menghayal tugas kita sebagai warga badut adalah memilih ketua yang memang pantas dan layak jadi ketua. Bukan karena diiming-imingi uang recehan lantas kita milih dia."

"Aku sudah gak percaya lagi,Mas." Jawab Paitem lemas.

"Jadi sampeyan gak mau ikut nyoblos?."


Paitem cuma menggeleng-gelengkan kepalanya saja.


"Ma'af ya Mas..." Kata Paitem menyesal.

"Wis ora opo-opo, ora dipikirin. Sampeyan Golput itu adalah hak sampeyan. Karena memilih atau tidak memilih siapapun adalah hak bukan kewajiban."


Paijo pun pergi meninggalkan Paitem, pergi menuju ke tempat pencoblosan, pergi menuju ke perubahan nasibnya sesuai dengan yang ia yakini.


"Dut,badut,badut jaman sekarang.

Mong,omong,omong sembarang." Sambil berdendang Paijo menuju ke TPS.


Sampai didepan TPS, Paijo berfikir sebentar.

Siapa yang aku pilih?. Ada Pamerah yang bersemangat, Pakuning yang slow but sure, Pamutih yang kalem, Pajenong yang intelek. Hmm, bingung milihnya.

Bismillah, mudah-mudahan aku gak salah pilih lagi. Bisik hati Paijo. Dan yang terpilih nanti bukan badut bo'ongan. Hehehehe.


Mong, omong,omong,omong sembarang.

Di televisi, dikoran-koran.

Tingkah polahnya lebihi badut. Paijo asyik berdendang dalam hatinya sambil menunggu giliran nomornya dipanggil.


*****


Kutu Kata, PILKADUT, 11072012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun