Indonesia juga terkena gelombang dari negara yang memiliki tahun kemerdekaan yang sama ini. Arus korean wave juga mulai menggaungi pertelevisian di Indonesia dimulai dari penayangan drama-drama yang mencuri perhatian banyak penontonnya. Penonton dan penggemar dari drama-drama Korea ini tidak lain adalah kaum hawa. Penayangan drama-drama Korea yang mulai mencuri banyak perhatian kaum wanita saat itu adalah Drama Full House dan Winter Sonata. Diteruskan dengan kemunculan drama Boys Before Flowers pada tahun 2010 yang membuat melejit arus gelombang hallyu di Indonesia.
Tiga alasan drama korea memiliki daya tariknya.
1. Karakter
  Penggunaan karakter biasanya menggunakan aktor tampan dan aktris yang cantik. Namun terkadang dalam Drama Korea, aktor dan aktris ditampilkan secara sealami mungkin hingga mungkin terlihat buruk hanya untuk merepresentasikan sesuai dengan alur cerita dalam drama.
Â
2. Plot
  Jalan atau alur cerita di dalam Drama Korea terkadang tidak jauh berbeda dengan jalan cerita intrik lainnya, yakni sulitnya kehidupan percintaan antara orang kaya yang jatuh cinta dengan anak orang miskin. Namun, menariknya banyak terselip nilai-nilai kehidupan yang mudah dipahami penonton/khalayak. Bukan hanya itu, realitas juga terkadang diungkap di dalam cerita drama milik Korea ini. Seperti drama Korea berjudul "Pinocchio" yang menyuguhkan teori-teori media dalam pemberitaan media televisi.
Â
3. Teknik pengambilan gambar
  Gambar-gambar yang disuguhkan tidak kalah dibandingkan film-film produksi buatan Amerika. Drama buatan Korea Selatan (atau di Indonesia sama seperti dengan sinetron) ini menyuguhkan grafis berkualitas, lagu-lagu soundtrack yang sengaja diciptakan untuk disesuaikan dengan nyawa drama tersebut. Hingga penggunaan properti-properti yang tidak biasa. Seperti helikopter, mobil tank, kapal pesiar demi mendukungnya alur cerita agar dapat ditampilkan secara maksimal kepada penonton.
Â