Column-column besar dan tinggi menjadi pilar-pilar utama ruang dalam. Â Setiap Column dibagian atasnya di hiasi ornament kembang, serta dilukis aneka wujud para dewa dan pesan-pesan lain dalam Hieroglyph Mesir. Â Â
Celling atasnya hampir tertutup rapat di bagian tengah dan terbuka di sisi kiri kanan hingga kebelakang membentuk huruf U. Â Ceiling diberi ornament bunga dan lainnya sehingga tampil menarik.
Awalnya celling kuil Adfu ini diberi warna dari bahan-bahan alam yang sebagian masih dapat kita lihat. Â Namun kerusakan akibat pembakaran kuil pada masa masuknya Kristen di Mesir mengakibatkan celling tertutup warna hitam jelaga asap.
Dibagian paling dalam ruang pemujaan terdapat ruang suci yang merupakan ruang pemujaan utama dewa Horus. Dindingnya dihiasi banyak lukisan para dewa dan tulisan hieroglyph Mesir kuno lainnya. Â
Kini kita masih bisa saksikan di dalamnya sebuah tandu untuk prosesi pemujaan dewa Horus.
Kuil Edfu termasuk kuil yang kondisi fisiknya masih tampak utuh seperti semula hasil restorasi kerja keras para ahli arkeologi, walaupun di beberapa bagian masih tampak belum utuh dan para ahli arkeologi masih mencari penemuan-penemuan baru untuk melengkapinya.
Setelah puas melihat kondisi kuil Edfu dan mendapat penjelasan lengkap tentangnya, kamipun meninggalkan kuil. Saat kami berjalan kearah gerbang utama, tiba-tiba terlihat bayangan burung terbang di atas kami. Â Seekor elang besar terbang melintas tak jauh dari kuil Edfu.
Sepertinya "Dewa Horus" datang memberi salam selamat jalan buat kami yang hendak pulang!
("Ah....itukan bisa-bisa kau saja Ucok"- {logat  Medan}  Jadi...macam mana bang?  "Itukan biasa..., ada burung elang terbang di atas kita.  Suka-suka dia terbang lah, kebetulan burung tuh terbang lewat atas Kuil Edfu.  Sudah terpengaruh orang Mesir kuno pula kau ini, Ucok".  Itulah kalau bahasa persepsi dan imajinasi masuk dalam ranah naskah redaksi.   Mohon dimaklumi ya Bang!  )