Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Menaklukkan" Gunung Tursina (Mount Sinai) di Usia Senja (Bagian Ketiga-Selesai)

24 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2021   12:04 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idealnya rombongan peziarah harus sudah mulai turun pukul 06.30.   Selambat-lambatnya pukul 06.45.  Setelah usai menunaikan “Kebutuhan” Sholat Subuh dan melepaskan Euforia penaklukkan.  Semua orchestra keindahan alam Sang Kuasa mulai ditampilkan. Bak seorang Dirigent Orchestra memperkenalkan para musisi pendukung dengan alat musik ditangannya.  Satu demi satu keindahan alam itu bermunculan. Nyaris di sekeliling puncak gunung Tursina

Setiap detik berlalu, maka keindahan baru itu muncul di atas pucak Gunung Tursina.  Seolah seorang Qori bersuara indah membaca ayat-ayat suci Al Quran dari mushola kecil di sebelah kanannya dan  bagaikan menyanyikan Kidung indah penyanyi Gereja dari Kapel sebelah kiri sana. Syahdu.  Semua hanya bisa terekam dalam kalbu.

Orchestra Keindahan Alam Luar Biasa di Puncak Gunung Tursina (Dok. Pribadi)
Orchestra Keindahan Alam Luar Biasa di Puncak Gunung Tursina (Dok. Pribadi)
Alam di sana menampakan keindahan sesungguhnya.  Setiap detik.  Setiap waktu. Ini hanya satu titik debu keindahan Ciptaan Allah Azza wa Jalla di dunia fana. Tak kan pernah terbayangkan betapa luar biasa dahsyatnya keindahan surga yang di janjikan Nya bagi mereka yang meyakini Nya.  In syaa Allah, kita semua masuk di antara mereka, Allahuma aamiin, Ya Mujibassailin.

Sejatinya semua keindahan itu bermakna general.  Berlaku sama untuk semua yang hadir di atas puncak sana.  Tapi tidak bagi mereka yang hadir disana dengan Iman.  Dengan ketulusan dan keikhlasan.  Semua keindahan itu menjadi begitu dahsyat menggelora dalam dada.  Laksana para malaikat melukis satu demi satu  setiap titik keindahannya.  Detil tanpa cela.   Laksana titik dalam sebuah gambar.  Makin sedikit makin samar.  Makin padat makin nyata.  Itulah gambaran sesungguhnya.  Susah dicerna buat mereka yang tak terbiasa namun mudah dipahami buat mereka yang selalu dekat dengan Nya.

Panorama Indah Gunung Tursina (Dok. Pribadi)
Panorama Indah Gunung Tursina (Dok. Pribadi)
Dengan waktu ideal tersebut, semua kepuasan peserta dapat terwujud.  Tak ada wajah yang merengut. Apalagi kusut.  Semua Puas.  Semua Happy.  Ini salah satu kepuasan tersendiri yang sangat susah dicari.  Namun dalam kondisi-kondisi tertentu fleksibiltas program sangat dituntut. Anda tidak bisa memaksakan kehendak.  Walau mereka tidak “memberontak” tapi setidaknya mereka mencoba menjaga jarak.  Karenanya, Anda dituntut bijak.,

Langkah turun perlahan peziarah itu dimulai. Satu dua langkah lancer.   Yang kesekiannya pasti agak banyak tertahan.  Karena yang di depan rombongan berjalan sangat perlahan. Kecepatan kami bagaikan mereka yang  baru berlatih kendaraan di presneling 1 dengan tekanan gas yang sangat perlahan. 

Lima belas menit berlalu,  hanya selemparan batu yang baru kami tempuh.  Kapan sampainya nih!!!  Karenanya, pemimpin rombongan merubah strategi.  Mereka yang masih ”sedikit muda” ditempatkan dibagian depan dan yang sangat lamban berjalan ditempatkan di belakang. Upayanya berhasil. Laju kecepatan naik di presneling 2.  Lumayan!

Jalur Penurunan Gunung Tursina jauh lebih berat dari Pendakiannya (Dok. Pribadi)
Jalur Penurunan Gunung Tursina jauh lebih berat dari Pendakiannya (Dok. Pribadi)
Sejatinya, jalur menurun puncak Gunung Tursina (Mount Sinai) sangat mengkhawatirkan kalau tidak ingin disebut menakutkan.  Terjal menurun. Dengan jurang di kiri kanannya. Bebatuannya terkadang licin.  Baik karena struktur atau tertutup debu pasir. Kini mata mereka terbelalak. Besar bak kelereng bundar.  Inikah jalan yang dilaluinya tadi malam?  Mengerikan!

Banyak tanjakan terjal 45 derajat bahkan lebih yang tadi malam harus di daki kini harus dituruni. Berat rasa hati ini. Ngeri!  Kalau naik tadi hanya tenaga dan semangat ekstra.  Turunnya harus ditambah sabar dan doa.  Sementara dengkul tua ini semakin payah memikul derita. Untungnya mereka semua tak pernah mengeluh.  Luar biasa.

Dalam jalur penurunan Gunung Tursina, Pemimpin rombongan mendapat “Bonus”  Seorang ibu dengan berat 70 Kg terlepas dari pendamping naiknya.  Rupanya sang pendamping; yang juga peserta,  ingin sedikit bebas merdeka.  Toh misi telah terselesaikan. Ini hanya bagian penutupan pendakian. Laksana makan malam dia bebas memilih menu penutup yang idamankan.  Semua berjalan normal tanpa ikatan, tanpa beban.

Namun naluri kepemimpinan pimpinan rombongan melihat bahwa wanita ini akan ada banyak hambatan diperjalanan bila dilepas berjalan sendirian.  Dan tanggung jawab itu pun diambilnya. Dijadikan dirinya sebagai pendamping jalan. Memastikan bahwa tidak akan ada persoalan yang akan datang kemudian,  untuk semua yang beranjak pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun