Mohon tunggu...
Goday311002
Goday311002 Mohon Tunggu... Penulis - Siswa

"Mengalah bukan berarti kalah, diam bukan berarti takut. Belajarlah mengalah sampai tak seorang pun bisa mengalahkanmu. Belajarlah merendah sampai tak seorangpun bisa merendahkanmu."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Tamu Tak Diduga

26 November 2019   15:54 Diperbarui: 6 Desember 2019   16:30 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja beranjak pergi ketika aku masuk rumah. Sebenarnya saat ini tidak ingin pulang karena perkuliahan belum selesai. Akan tetapi ayah memaksa. Katanya ada tamu penting.

Sedari tempat kost tadi, aku memikirkan siapa kira-kira tamu tak di duga itu. Apakah akan dijodohkan dengan pilihan ayah? Akankah dikenalkan dengan om-om gendut? Dan serangkaian pertanyaan lain berkeliaran di pikiranku. Sampai-sampai gang rumahku terlewat. Untungnya belum jauh.

"Cit, segera bersiap! Sebentar lagi Pak Ikhsan akan datang," perintah ayah tegas.

"Citra masih bingung. Sebenarnya ada apa, sih?"sahut citra.

"Pak Ikhsan akan melamarmu."jawab ayah.

"Hah? Bos Ayah? Tapi ...."citra merasa curiga dan penasaran apakah benar yang ada di pikirannya itu.

"Sudah cepat! Keburu datang orangnya."jawab ayah dengan lantang.

Ayahku itu orangnya sulit di bantah. Kalau debat tidak mau kalah. Suka tidak suka harus dilaksanakan perintahnya.

Padahal kemarin aku baru saja menerima biodata dari seorang kenalan di dunia maya. Rencananya hari ini akan ku sampaikan pada ayah.

***

Aku mengenakan pakaian rumahan dengan jilbab instan, tanpa polesan make-up sedikit pun. Ya, ini salah satu usahaku agar orang itu tidak merasa nyaman denganku.

Menurut informasi ayah, Pak Ikhsan sudah masuk komplek perumahan kami. Waktu seakan berjalan lambat. Debaran jantungku makin kencang ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumah.

Aku menggigit bawah bibir. Hatiku tidak tenang, takut jika duda tua itu memaksaku. Ingin rasanya aku lari, keluar dari rumah ini. Akan tetapi, itu tidak mungkin.

***

Pak Ikhsan disambut baik oleh ayah dan ibu. Mereka sangat memuliakan tamu. Apalagi sang bos tentunya.

Pak Ikhsan mengenakan batik nuansa biru. Ia masih terlihat gagah meski usianya tak lagi muda. Ketampanannya masih terlihat di wajahnya. Ah, tetapi usia kami terpaut jauh pastinya.

Aku meremas-remas tangan yang basah. Hanya menunduk tanpa berani melihat dia yang datang.

"Sebenarnya, kedatangan saya kemari, untuk melamar nak Citra."

"Maaf, Pak, tapi saya ti--,"

"Nah, itu datang orangnya." Pak Ikhsan memotong pembicaraanku ketika mendengar suara motor berhenti.

"Siapa?" tanyaku ingin tahu.

"Kenalin, ini Steveen, anak saya satu-satunya." Dengan bangga Pak Ikhsan memperkenalkan anaknya yang baru saja mengucapkan salam.

Aku sepertinya tidak asing dengan wajahnya apalagi namanya. Kucoba mengingat-ingat lagi.

Steveen mengenakan batik yang sama dengan ayahnya. Mereka sama-sama tampil rapi. Aku jadi menyesal berpakaian seadanya.

"Tadi, saya belum selesai. Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk melamar nak Citra untuk menjadi istri anak saya, Steveen Andaresta. Bagaimana?"

Wah, persangkaanku ternyata salah. Setelah tahu nama lengkapnya, aku baru ingat, dialah orang yang bertukar biodata denganku. Apakah dia tahu juga tentang siapa aku?

Aku tidak menjawab, mau bilang 'iya' tetapi malu. Jadi, aku hanya menunduk sambil mencuri pandang ke arahnya.

"Karena diamnya seorang gadis artinya setuju, kita langsung tentukan tanggal saja." Pak Ikhsan memutuskan.

"Baik, Pak." Ayahku menyetujui.

Selesai..

@goday311002

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun