[Note : Nama tokoh Dandra diganti menjadi Diandra untuk membuat cerita lebih dramatis :)]
Naiyla sedang membuka hape androidnya, ketika sebuah notifikasi dari akun Path-nya berbunyi. Ada permintaan teman dari nama yang sepertinya tak asing baginya. Diandra_league. Cepat-cepat Naiyla buka akunnya dan menerima permintaan pertemanan.
Naiyla berselancar di halaman akun itu. Ini bener-bener Diandra. Dengan segera Naiyla mengirim pesan pribadi. Disaat yang sama ada pesan masuk.
"Naiyla..." bunyi pesan dari akun itu
"Diandra..." bunyi pesan dari Naiyla
Hati Naiyla berdesir. Sudah lama Naiyla tidak bertemu dan menghubungi Diandra, terutama setelah Naiyla sibuk mempersiapkan pernikahannya, hingga sekarang Naiyla pindah ke Bandung dan menetap sementara disana.
"Apa kabar?" itu kata pertama yang keluar dari benak Naiyla. Dia sepertinya sudah melupakan sahabatnya itu dan ada sedikit rasa bersalah di benak Naiyla.
"Kabar baik, bagaimana kabarmu?"
"Aku juga baik, seneng rasanya kamu menghubungiku" Naiyla mengungkapkan rasa senang yang aneh di dalam dadanya.
"Iya, kebetulan aku mengingatmu. Dan kebetulan juga aku memiliki kesempatan untuk menghubungimu"
"Terimakasih sudah mengingatku" balas Naiyla.
"Hanya itu saja yang ingin kau sampaikan?" telisik Naiyla yang berusaha mencari alasan, kenapa tiba-tiba Diandra menghubunginya.
"Iya, itu saja. Lain kali aku akan menghubungimu melalui akun ini. Aku pamit dulu" lanjut Diandra
"Owgh, oke. Aku menunggu kabarmu"
"Thanks Naiyla"
Naiyla tidak terlalu memberi perhatian pada sahabatnya itu, meskipun sesuatu yang aneh mengusik benaknya. Dilihat dari halaman akunnya, dia banyak sekali menulis kesedihan meski yang tersurat adalah wajah cerianya. Naiyla mengesampingkannya sambil lalu.
Di pagi hari, Naiyla terbangun karen mimpi yang datang. Jelas-jelas itu wajah Diandra, tapi kenapa disitu dibilang 'Bagas'.Â
Iseng-iseng Naiyla membuat status di akun path-nya.
'Ungkapkan saja kesedihan kita akan masa lalu, lalu amati, apakah kita masih berada disana, terisak-isak sedih atau marah membara. Jika masih merasakan hal yang sama, artinya kita belum move on.
Ulangi lagi, lalu sadari hingga cerita itu menjadi sekedar 'lakon' saja. Kadang, kita perlu sebuah goncangan yang mampu melepaskan kerak-kerak masa lalu yang menyumbat kebahagiaan kita'
Tiba-tiba, sebuah komen menyahut. Dari akun Diandra.
"Aku sudah tidak lagi sedih, aku sekarang sudah bisa mentertawakan masa laluku"
Curiga dengan jawaban Diandra, Naiyla mengirim pesan pribadi.
"Wajahmu muncul dimimpiku pagi ini. Kamu kenapa?"
"Ah, tidak apa-apa. Mungkin kamu merindukaku"
"Ya, aku merindukanmu, merindukan sahabatku yang hilang ditelan bumi"
"Kamu masih saja terlalu jujur seperti dulu Naiyla. Oiya, selamat ya atas pernikahanmu. Maaf terlambat menyampaikannya."
"Terimakasih, bagaimana kabar keluargamu?"
"Alhamdulillah sehat"
"Ibumu? Masih meneruskan menjahit?"
"Masih, tapi aku jarang menengoknya. Kesehatannya agak menurun. Aku agak khawatir"
"Kau harus sering-sering menengoknya"
"Seandainya diperbolehkan, aku ingin melakukannya"
"Siapa yang melarangmu?"
"Aku sudah lama tidak keluar kamar. Bahkan jarang sekali melihat matahari"
Naiyla terdiam, tidak melanjutkan obrolannya. Naiyla merasa Diandra menyembunyikan sesuatu. Di dalam khayalannya teringat drama Korea dari seorang agen rahasia. Seorang IT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H