“buat apa menjaga benih yang membawa kehancuran, buat apa merawat benih yang hanya akan membuahkan airmata”
hati mengelak
“rasa ini terlalu indah meski menyakitkan”
akal meradang,
“keindahan yang menghancurkan, lihat dirimu!!!”
hatiku terdiam, menatap retak-retak tubuhnya pilu
“lihat...?!”
hati menangis, diam ta menjawab
aku memalingkan wajah, menatapku tajam
“aku mengerti” mengangguk
aku menatap langit, sendu
“tapi beri aku waktu...”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!