Mohon tunggu...
Kusnandar Putra
Kusnandar Putra Mohon Tunggu... lainnya -

Adalah seorang ayah | penulis | desainer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini 3 Ustadz yang Membuat Menangis Jamaah Sulawesi

16 Oktober 2014   14:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:48 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrohmaanirrohiim

Ini 3 Ustadz yang Menangis

“Jika kalian berdua mencapai Masjidil Haram, beritahukanlah kepada Allah akan kerinduanku..," nafasnya mulai sesenggukan saat membacakan kalimat ini.

Ia berhenti sejenak, lalu mengulang kembali, “Jika kalian berdua mencapai Masjidil Haram, beritahukanlah kepada Allah akan kerinduanku berjumpa dengan-Nya. Mintalah kalian berdua kepada-Nya agar mengumpulkan Saya dan Ibuku bersama Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,” tak kuasa ia melepaskan tangisan pada kalimat akhir ini. Nafasnya naik turun. Beliau tersedu-sedu.

Seluruh jamaah saat itu yang mendengarkan kisah ini, hampir tak ada yang tak menumpahkan air mata. Yah, itulah sosok al-Ustadz Dzulqarnain hafizhohulloh yang membacakan kisah perjalanan Syaikh Utsman Dabu rohimahulloh bersama 4 sahabatnya untuk berhaji dengan berjalan kaki. Yang mana, 3 orang dari mereka harus meninggal dalam perjalanan. Dan sebelum meninggalnya, ada yang memberikan wasiat kepada sahabatnya yang masih hidup. Kalimat di ataslah yang merupakan isi wasiat tersebut.

Beberapa pekan lalu, atau sebut saja momentum Idul Adha di Makassar, sungguh para asatidz memberikan pelajaran-pelajaran hikmah dan bernuansa sedih. Bayangkan saja, hari Jum'at (8 Dzulhijjah 1435 H), Ustadz Dzulqarnain dalam khutbahnya, beliau menangis mengisahkan kisah Syaikh Utsman Dabu.

Di tempat lain, di Masjid Nurul Bahri Makassar saat Idul Adha hari Ahad (10 Dzulhijjah 1435 H), Ustadz Khidir hafizhohulloh pun menangis dalam khutbahnya ketika memaparkan makna-makna ketakwaan.

Beberapa kilo dari Makassar, di Lapangan UD Sinar Alam Gowa tempat pelaksanaan sholat Idul Adha, Ustadz Sunusi Daris membuat para jamaah bersedih dalam khutbah beliau. Lantaran beliau memaparkan pelajaran berbakti pada orangtua dalam kisah Nabi Ibrohim alayhi salam.

Na'am, ini pelajaran mahal buat kita saat ini. Bahwa tangisan itu bukanlah tanda kelemahan, kekurangan, dan kepayahan. Namun, tangisan ialah tanda baik bagi seorang muslim yang mendengarkan kebaikan, teguran, dan nasehat. Mudah-mudahan itu merupakan sarana perubahan bagi yang mendengarkannya.

Lihatlah ini, sosok-sosok ustadz di atas, mereka pun menangis. Padahal kalau kita mau berfikir, mana mungkin ustadz menangis?

Inilah kewajaran. Inilah teladan bagi siapa yang mau memetik hikmah. Bahwa setiap orang berilmu, pasti punya hati yang lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun