ATENSION DARI FASILITATOR SAYA PADA jurnal refleksi sebelumnya, "tentang "Penulisan di blog", saya ada cacatan kecil. Pertama, perlu dirapikan gaya paragrafnya. Kedua penggunan latar tulisan yang berganti-ganti agak menggangu pembaca. Ketiga, jika kita merangkum, maka sebaiknya menyertakan sumber.
Terima kasih atas pekerjaan minggu ini."
     Tadinya agak bingung saya menyikapinya karena saya masih kesulitan mengarangge atau mengatur tata letak dll halaman blogger, tapi tentunya ini akan menjadi dorongan dan motifasi agar saya memaksa diri saya untuk belajar bagaimana mengatur dan mengolah halaman blogger.
Terima kasih bapak masukan dan bimbingannya
BERIKUT ADALAH
JURNAL REFLEKSI MINGGUAN KE 12
buah duruian dipetik jangan
biarkan jatuh dengan sendirinya
susah dan senang bukan hambatan
akan tetap berjuang semampunya
             bila matang namanya tetap durian
             namun berbau tajam itu tandanya
             bila malam bangun mengerjakan
             karena siang susah konsentrasinya
    Itu rahasia saya mengerjakan tugas-tugas yang sring tidak nuntut bila dikerjakan siang hari. Tapi sampai saat ini saya merasa senang karena waktu saya menjdi sangat berharga.
    Kalau minggu sebelum LK 2 saya melakukan sosialisasi mengenai kegiatan saya mengikuti PGP dan materi mengenai Paradigma dan visi Guru Penggerak, setelah LK 2 saya mendapat tugas membuat komunitas praktisi di sekolah yang saya beri nama Komunitas Praktisi SABA, yaitu saya bentuk seminggu setelah LK 2. Pada Komunitas Praktisi SABA inilah saya berbagi materi yang saya dapat di PGP selama 2 minggu ini. Kami juga melakukan diskusi terkait pembelajaran di kelas dan penerapan beberapa materi yang sudah saya dapatkan dari PGP, yaitu pembelajaran yang berpusat pada anak.
    Sekarang saya sudah belajar pada modul 2.B. pemebelajaran sosial emosional, masih pada modul 2 pemeblajaran yang berpusat pada anak.
    Penulisan jurnal kali ini saya menggunakan 4 F, FACT, FEELING, FINDING dan FUTURE. mODEL 4F dikembangkan oleh dr. Greenaway. Dalam Bahasa Indonesua dikembangkan dalam 4 pertanyaan yaitu fakta, perasaan, pembelajaran dan penerapan.
berikut langkah-langkah 4 F :
A. FACT (FAKTA)
Setelah melakukan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan membuat RPP bediferensiasi dengan terlebih dulu melakukan pemetaan terhadap siswa. Pada minggu ini kami mulai masuk pada materi 2.B. yaitu PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL. Pada meteri ini SEPERTI BIASA KAMI MULAI DARI KONSEP PEMAHAMAN MULAI DARI DIRI, belajar secara mendiri. Mengerjakan tes awal secara mandiri.
Melihat tayangan di vidio yang ada di LMS untuk memperkuat pemahaman dan pengetahuan. Di sini terdapat teknik STOP.
B. FEELING (PERASAAN)
Tentu saja perasaanku semakin senang walaupun turun naik semangat itu hal yang wajar. Namun rasa bangga menjadi bagian dari agen perubahan. Perubahan untuk pendidikan yang lebih baik. Dengan mengembangkan diri maka guru akan memiliki kemampuan dalam mengolah kelas dan melaksanakan pemeblajaran yang sesuia dengan perkembangan zaman dan karakter anak-anak.Â
Sampai detik ini saya PUAS mendapat pengalaman-pengalaman baru dalam belajar. Memiliki kesempatan lebih besar untuk menggali materi mengenai pembelajaran sosial emosional.
C. FINDING (PEMBELAJARAN)
Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari minggu ini, di LMS yaitu bagaimana mengontrol diri, bagaimana melakukan teknik STOP. Beberapa contoh mengenai emosi positif dan emosi negatif. Paparan materi  disertai dengan contoh dalam vidio. Kami disuguhi kasus-kasus yang berkaitan dengan sosial emosial sebagai literasi pemahaman materi. Saya juga belajar mengenai mindfillness yaitu kesadaran penuh.Â
Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran di sekalah saya belajar mengendalikan komunitas yang sudah saya bentuk. Saya berusaha menjadi moderator. Karakter guru-guru di sekolah saya yang sangat variatif membuat saya harus mengambil langkah pendekatan baik personal maupun klasikal. Ada guru yang enggan belajar, acuh, tidak mau ribet. Ada pula yang menganggap bahwa kebijakan mengenai kegiatan guru penggerak sangat tidak penting dan tidak memiliki masa depan karena regulasi yang sebentar lagi akan berganti. Namun banyak guru-guru yang sangat antusias dan ingin belajar. Beberapa rekan guru memberikan pengalaman belajarnya di kelas dalam menerapkan pembelajaran yang berpusat pada anak dan hasilnya luar biasa bagus namun juga melelahkan.
D. FUTURE (PENERAPAN)
Belajar menerapkan teknik STOP pada diri sendiri dengan dibimbing oleh fasilitator. menerapkan cara mengenali diri sendiri dan emosi yang dimiliki, baik emosi positif maupun emosi begatif. Menjadi guru memiliki kewajiban untuk mengelola emosi agar mampu menuntun anak dengan baik. Dan menjalankan kehidupannya dengan baik adalah usaha untuk menerapakan mindfulnes atau kesadaran penuh. berdamai dengan diri sendiri dan semua masalah pribadi agar mampu menjadi guru yang profesional secara kepribadian.
Teknik STOP dapat digunakan dalam menangani self healing yaitu konsep penyembuhan luka batin, trauma dsb. Kata self healing sendiri saat ini sedang populer dikalangan milenial sebagai kegiatan bersenang-senang melepaskan beban batin dan kejenuhan aktifitas sehari-hari. Tidak dipungkiri menjadi guru kadang dihadapkan pada beban moral dan batin, agar maindset kita tidak jauh dari konteks awal maka kita bisa menerapkan STOP agar semangat dan komitmet kembali. Ketika kita dalam masalah dan bingung bagaimana menghadapi masalah itu maka menggunkakan teknik STOP secara teratur dan berkomitmen dapat dijadikan sebagai langkah sederhana untuk melakukan healing yang sesungguhnya bukan hanya bersenang-senang saja.
Baik, demikian catatan jurnal saya pada minggu ini. TERUS BELAJAR, JANGAN MENYERAH, CERAHKAN DUNIA DENGAN SEMANGAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H