Sebuah Sintesa Pemahaman
Oleh: Kusmadi
"Semua orang adalah jenius, namun jika anda memandang seekor ikan berdasarkan kemampuannya memanjat pohon maka selamanya ikan itu akan merasa bodoh " (Albert Einstein)
      Pernyataan Albert Einsten tersebut secara implisit menunjukan bahwa kodrat manusia terlahir sebagai individu yang unik, memiliki potensi dan bakatnya masing-masing sesuai dengan dimana dan bagaimana manusia tersebut memperoleh pengalaman dan kematangan berfikirnya. Hal tersebut senada dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya pendidikan sebagai upaya menuntun siswa untuk mengembangkan potensi mereka sesuai dengan kodratnya masing-masing.
      Setiap anak terlahir dengan kodratnya sendiri, memiliki keunikan dan karakteristik yang tidak sama satu dan lainnya. Sebagai guru tugas kita adalah melayani keberagaman murid dan menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan mereka dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya anak-anak tersebut mendapatkan pengalaman belajar terbaiknya sehingga merasa selamat dan bahagia. Berangkat dari pemikiran tersebut maka bentuk respon terbaik untuk melayani, menjembatani dan memfasilitasi keberagaman mereka adalah menghadirkan pembelajaran yang berdeferensiasi.
      Menurut Carol Ann Tomlinson seorang profesor pendidikan di University of Virginia dalam bukunya "The Differentiated Classroom: Responding to the Needs of All Learners" dan "How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms," pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah proses belajar mengajar yang memungkinkan setiap siswa untuk memahami materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, dan kebutuhannya masing-masing. Tujuannya adalah untuk mencegah rasa frustrasi dan kegagalan dalam proses belajar. Dalam istilah lain, pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan logis (common sense) yang dibuat oleh guru dengan fokus pada kebutuhan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas
Guru perlu memahami tujuan, prinsip, strategi, kebutuhan belajar murid dan peran guru dalam pembelajaran berdeferensiasi agar dapat menerapkan pembelajaran berdeferensiasi di dalam kelas, g. Kelima hal tersebut dapat diuraikan berikut ini;
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berdiferensiasi secara umum adalah untuk membantu setiap peserta didik tumbuh semaksimal mungkin sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Adapun tujuan secara khusus adalah; Untuk membantu semua siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh siswa, Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar agar siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai, Untuk meningkatkan relasi yang kuat antara guru dan siswa sehingga siswa semangat untuk belajar, Untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Jika siswa dibelajarkan secara mandiri, maka siswa terbiasa dan menghargai keberagaman.
Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi
Tomlinson and Moon (2013) menyatakan bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: a). Lingkungan belajar; Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas yang kondusif. Â b). Kurikulum yang berkualitas; Kurikulum yang berkualitas adalah kurikulum yang dikembangkan atau disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang dapat membantu meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengembangan karakter siswa, c). Asesmen berkelanjutan; Asesmen yang berkelanjutan yang bertujuan memperbaiki pengajarannya, d). Pengajaran yang responsif; Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran, guru dapat mengetahui kekurangan -- kekurangannya sehingga dapat memberikan respon terhadap hasil pembelajaran yang sudah dilakukan, e). Kepemimpinan dan rutinitas di kelas; Kepemimpinan di sini diartikan bagaimana guru dapat memimpin peserta didiknya agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sedangkan rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Terdapat tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi diantaranya diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Deferensiasi konten atau isi, Deferensiasi konten meliputi apa yang dipelajari siswa. Konten atau isi berkaitan dengan materi pembelajaran dan kurikulum. Pada aspek ini, guru memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi disabilitas yang dimiliki. Isi kurikulum disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa. Contoh diferensiasi isi atu konten adalah:
- Menyediakan bahan ajar dalam berbagai format,
- Menggunakan bahan bacaan dengan berbagai tingkat keter-bacaan,
- Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa,
- Menyajikan ide melalui sarana pendengaran dan penglihatan,
- Menggunakan teman bacaan,
- Menggunakan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau keterampilan pada siswa berkebutuhan khusus, serta memperluas keterampilan peserta didik yang sudah menguasai. Â
Diferensiasi Proses, Diferensiasi proses merupakan strategi pembelajaran yang dilakukan dengan menyesuaikan cara mengajar agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa bagaimana siswa mengolah ide dan informasi, berinteraksi dengan materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi bagian yang menentukan pilihan belajar siswa. Adapun cara melakukan diferensiasi proses antara lain :
- Kegiatan berjenjang. Dalam kegiatan berjenjang semua murid bekerja membangun pemahaman dan keterampilan yang sama tetapi dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan, atau kompleksitas yang berbeda-beda.
- Pertanyaan pemandu atau tantangan. Guru dapat menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan disudut-sudut minat. Sudut-sudut minat disiapkan di kelas untuk mendorong murid mengeksplorasi sub materi yang terkait dengan topik di kelas yang sedang dipelajari yang menarik minat murid.
- Membuat agenda individual. Guru dapat membuat daftar tugas yang berisi pekerjaan umum dan daftar pekerjaan terkait kebutuhan individual
- Memvariasikan lama waktu untuk murid menyelesaikan tugas. Memvariasikan lama waktu berutujuan untuk memeberikan dukungan tambahan murid-murid yang kesulitan atau mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam
- Mengembangkan kegiatan bervariasi. Hal ini bertujuan untuk mengakomodasi gaya belajar baik visual, auditorial dan kinestetik.
- Menggunakan pengelompokan yang fleksibel. Pengelompokan ini disesuaikan dengan kemampuan kesiapan dan minat.
 Diferensiasi Produk, Deferensiasi produk berkaitan dengan produk yang akan di hasilkan siswa seperti tulisan, hasil tes, karya siswa, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, gambar, diagram dan lain lain -- lain. Deferensiasi produk sebagai respon bagaimana siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai siswa dan memberikan materi berikutnya. Strategi ini dapat diterapkan dengan memberikan tantangan atau keragaman variasi, dan memilih produk apa yang diminati siswa.Â
Kebutuhan Belajar Murid
      Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid sehingga mengetahui kebutuhan belajar murid sangat penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dengan memahami keberagaman kebutuhan murid, guru dapat mendesain proses pembelajaran yang sesuai, sehingga setiap murid dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini juga membantu guru untuk memberikan dukungan yang tepat dan memotivasi murid dalam proses belajar.
      Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid dan Profil belajar murid. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Minat Murid; Sebagai sebuah kecenderungan individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu. Dengan kata lain minat murid adalah rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya paksaan. Minat belajar juga bisa diartikan sebagai penerimaan siswa terhadap proses belajar. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat murid diantaranya adalah dengan; menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb), Menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid, mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid dan menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan persoalan. Profil Belajar Murid; Profil belajar murid adalah gambaran lengkap tentang cara belajar terbaik bagi setiap siswa, termasuk preferensi, kekuatan, dan tantangan belajarnya. Profil belajar murid dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: Gaya belajar, Preferensi kecerdasan, Budaya, Gender dan lain sebagainya. Adapun cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid antara lain;
- Melakukan asesmen diagnostik;
- Mengamati perilaku murid-murid ;
- Melakukan survey atau wawancara kepada murid;
- Membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya;
- Berbicara dengan guru yang mengajar murid sebelumnya;
- Mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
- Mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri;
- Membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini
Peran Guru Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Peran Guru dalam Pembelajaran Diferensiasi Kelas yang berdiferensiasi menyediakan pembelajaran yang berbeda-beda untuk murid yang berbeda. Bagi beberapa guru, pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah paradigma baru dalam pembelajaran. Terjadi perubahan peran guru dalam kelas yang berdiferensiasi. Adapun peran guru di kelas berdiferensiasi adalah: Mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, Memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, Mengembangkan desain dan strategi pembelajaran yang berbeda. Memberikan umpan balik yang konstruktif kepada murid Memberikan dukungan kepada siswa yang membutuhkan, Menciptakan budaya kelas yang mendukung di mana murid menerima perbedaan, Mencari sumber daya tambahan yang sesuai dengan hasil survey kebutuhan murid dan Menyusun lingkungan belajar menyesuaikan dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid.
Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid
Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid, Kebutuhan belajar murid yang berusaha dipenuhi meliputi kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Usaha pemenuhan kebutuhan belajar tersebut melalui analisis data profiling kebutuhan belajar murid kemudian merancang dan menerapkan strategi pembelajaran berdeferensiasi yang meliputi Deferensiasi konten atau isi, Â Diferensiasi Proses dan Diferensiasi Produk. maka dengan menerapkan pembelajaran berdeferensiasi yang terencana dengan baik, konsisten dan berkesinambungan akan mampu memenuhi kebutuhan belajar murid untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Pembelajaran Berdiferensiasi
      Berangkat dari pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah menuntun segala kodrat anak-anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi -- tingginya maka peran guru sebagai Sang Penuntun selayaknya dapat handayani melalui "laku" Tut Wuri dengan cara memberikan kebebasan, dorongan dan bimbingan kepada murid - muridnya untuk belajar berdasarkan pengalamannya sendiri. Guru harus mampu menuntun murid dengan metode asah, asih dan asuh untuk menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memperhatikan keunikan dan karakteristik setiap individu. Pada sisi inilah pembelajaran berdeferensiasi hadir sebagai pendekatan yang mampu menjembatani dan memfasilitasi kebutuhan belajar murid yang beragam.
      Peran guru sebagai pendidik seyogyanya mampu mentrigger atau memantik proses aktualisasi potensi yang ada dalam diri murid muridnya, melalui sebuah pembelajaran bermakna. Maka dari itu seorang guru harus memiliki "lelaku" atau jalan yang menjadi pedoman dalam memainkan peran tersebut. Pedoman tersebut adalah semboyan Trilogi KHD yaitu "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Peran guru sebagai pendorong berkembangnya potensi, minat dan bakat peserta didik akan tercapai manakala guru memiliki bekal kompetensi yang mumpuni. Salah satu bekal kompetensi yang wajib dikuasai seorang guru adalah Nilai dan Peran Guru Penggerak. Berbekal penguasaan kompetensi Nilai dan Peran Guru Penggerak maka guru seyogyanya dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman dan kondusif dengan menciptakan Budaya Positif di sekolah melalui penerapan Disiplin Positif sebagai prasarat dan dukungan dalam mengimplementasikan Pembelajaran Berdeferensiasi.
      Thomas Aquinas mengatakan bahwa "Pengetahuan tidak akan memiliki nilai kecuali jika di praktikkan" maka, perubahan tidak akan terwujud manakala teori dan pengetahuan hanya berhenti sebatas wacana. Untuk itu diperlukan sebuah aksi nyata kolaboratif, konsisten dan berkesinambungan dalam upaya mewujudkan perubahan itu sendiri. Upaya mewujudkan perubahan dapat dimulai dengan penyusunan Visi Guru Penggerak kemudian dituangkan menjadi Prakarsa Perubahan dan disusun dengan metode BAGJA. untuk itu diperlukan sebuah Pendekatan Inkuiri Apresiatif guna memberikan panduan teknis, terstruktur dan sistematis sebagai bagian dari upaya mewujudkan visi. Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid merupakan bagian dari upaya mewujudkan visi dan Pembelajaran Berdeferensiasi adalah langkah konkret sebagai bentuk mengadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan makna dan filosofis pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara.
       Guru adalah Sang Penuntun yang harus mampu menjadi Pamong dalam meletakkan dasar dasar nilai moral kebajikan, pengetahuan dan ketrampilan dalam diri murid -- muridnya dalam upaya mewujudkan dirinya menjadi manusia yang merdeka lahir batin dan berbudaya. Demikianlah tugas dan tanggung jawab seorang guru agar makna Tut Wuri dapat benar benar Handayani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H