Garis Tangan dan Kamera yang Melekat Selama 13 Tahun.
Saya percaya bahwa milyaran manusia di Bumi punya garis tangan yang benar-benar sama. Semua menjalani waktu dan jalan kehidupannya masing-masing.
Sehingga sesuatu yang bermakna itu terlalu banyak, tentu cukup susah untuk mencari mana yang penting penting, mana yang sudah terlupakan. Namun pada dasarnya, pekerjaan adalah jalan pertama saya memahami pola kehidupan.Â
Sebagai kamerawan dan jurnalis di sebuah stasiun televisi, saya menyimpulkan bahwa kamera menjadi sesuatu yang sudah melekat dengan garis tangan saya 13 tahun terakhir. Kamera saya gunakan untuk bekerja merekam ribuan orang, ribuan peristiwa, ribuan skenario kehidupan yang dijalani dan dimaknai orang-orang lain. Hal itu saya lakukan hampir setiap hari.
Pekerjaan itu justru membawa saya kemanapun, ke tempat dan peristiwa yang tidak pernah terpikirkan. Mungkin hampir 200 kota baik yang besar maupun yang kecil. Banyak kota  metropolis maupun kota kecil yang dekat dengan alam liar pernah saya jelajahi. Namun, saya juga kerapkali tidak diberi penugasan liputan karena telah membuat kesalahan ataupun pertimbangan lain.
Semua manusia harus menjalani kehidupan dan menghayati perannya masing-masing. Shakespeare menuliskan 'all the world's a stage'. Dunia ini panggung sandiwara. Manusia hanya lakon. Ketika saya ditugaskan untuk meliput kegiatan kepala negara di tahun 2016-2018. Saya hanya menjalankan lakon saya. Waktu itu politik dan kebangsaan sedang diuji. Sejumlah peristiwa besar membawa saya dan kepala negara dalam satu ruang yang sama, dengan sedikit orang, seperti tenda di Monas dan ruang kerja Soekarno di Istana Bogor. Bahkan, saya dan kepala negara itu pernah bersekolah di SMP dan SMA yang sama, saya anggap itu hanya kesamaan alur saja. Saya merefleksi diri, namun kembali ke pemahaman bahwa hidup ini lakon yang harus melewati setiap babak cerita. Garis tangan itu skenario kehidupan.
Memilih dan memahami sebuah pekerjaan dengan baik bisa memberi pengalaman positif bagi seseorang.Â
Hal ini juga akan bermanfaat dalam kepemimpinan. Peran setiap orang harus dipahami dengan baik, latar belakang dan juga pengalamannya. Hal itu akan menentukan apakah peran seseorang bisa berlanjut, berhenti atau harus dikembangkan.
Transparency Camp
Saat itu musim gugur di Cleveland. Aktivitas warga dan lalu lintas cukup lengang, namun perpustakaan kota itu cukup sibuk dengan kegiatan Transparency Camp. Anak-anak muda dengan latar belakang berbagai bidang turut berpartisipasi. Kalau tak salah hitung, mungkin ada sekitar seratus anak muda terlibat. Saya dan rekan saya juga ada disitu. Namun, kami ikut separuh dari kegiatan yang dijadwalkan. Kurang lebih selama dua hari, kami mondar-mandir dari hotel ke perpustakaan kota ditemani seorang produser perempuan warga Amerika Serikat tetapi berdarah Jerman.