Pengaruh Pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan Filosofi Pratap Triloka terhadap Pengambilan Keputusan sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran.
Filosofi Pratap Triloka Ki Hadjar Dewantara yang berbunyi “Ingarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani” hendaknya menjadi pertimbangan yang penting dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin.
Ing ngarsa sung tulodho berarti bahwa sebagai pemimpin harus bisa menjadi contoh orang-orang yang dipimpinnya. Begitu juga dalam mengambil sebuah keputusan. Keputuan-keputusan yang diambil harus bisa menjadi sesuatu yang dapat diteladani. Oleh karena itu pemimpin harus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Agar keputusan keputusan itu menajdi keputusan yang benar maka harus mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal.
Selanjutnya “Ing madyo mangun karsa” yang berarti bahwa jika di tengah harus bisa membangun ide-ide atau gagasan. Bila dikaitkan dalam pengambilan keputusan hendaknya seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan yang dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan gagasan baru untuk menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Karena pimpinan yang mau melakukan perubahan kea rah ayng lebih baiklah yang dapat disebut sebagai pemimpin.
Sedangkan “Tutwuri handayani” yang berarti bahwa jika kita berada di belakang maka harus dapat memberikan dorongan atau motivasi. Bila diakitkan dengan pengambilan keputusan adalah bahwa keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin hendaknya dapat memotivasi orang-orang yang dipimpinnya.
Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan
Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa perilaku merupakan cerminan hati, maka nilai-nilai yang tertanam dalam diri seseorang juga tercermin dalam tindakannya. Salah satunya yaitu dalam pengambilan keputusan. Atau dengan kata lain, dalam mengambil keputusan seseorang sangat terpengaruh dengan nilai-niai yang selama ini diyakini oleh orang tersebut.
Sebagai pemimpin perlu menjadikan nilai-nilai kebajikan universal sebagai sebuah keyakinan sebab nilai-nilai kebajikan universal merupakan nilai-nilai yang disepakati bersama terlepas dari agama, suku, ras, latar belakang, bahasa, dan agama seseorang. Sehingga bila nilai-nilai kebajikan universal sudah menjadi keyakinan diri maka keputusan yang kita mabil akan berdampak baik dan minim risiko.
Kaitan kegiatan terbimbing pada materi pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil
Coaching meurpakan kegaitan yang berprinsip pada (1) kemitraan, (2) proses kreatif, dan (3) memaksimalkan potensi. Dalam pengambilan keputusan yang ideal hendaknya juga mengkombinasikan prinsip-prinsip coaching.
Prinsip kemitraan dalam coaching berarti bahwa antara coach dan coachee merupakan mitra yang setara artinya tidak berat sebelah atau seimbang. Dalam pengambilan keputusan pun hendaknya pemimpin mampu menjaga keseimbangan atau tidak hanya mementingkan diri sendiri saja tetapi mampu bersikap adil dalam mendengarkan dan menerima masukan-masukan dari pihak lain.
Selanjutnya prinsip coaching yang kedua adalah coaching merupakan proses kreatif artinya bahwa dalam melakukan coaching hendaknya dapat memunculkan kreasi atau ide-ide. Kaitannya dalam pengambilan keputusan, pemimpin hendaknya mampu melakukan kreatifitas atau memunnculkan opsi trilemma yang merupakan pilihan kreatif selain pilihan-pilihan yang ada.
Sedangkan prinsip coaching yang ketiga yakni memaksimalkan potensi. Jika dikaitkan dengan kegiatan pengambilan keputusan adalah hendaknya keputusan yang diambil sebagai pemimpin dapat memaksimalkan potensi yang ada. Atau dalam kata lain pemimpin harus menggunakan paradigma berpikir aset dalam pengambilan keputusan sehinga keputusan yang diambil dapat lebih bermanfaat.
Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya terhadap pengambilan keputusan
Guru merupakan pemimpin pembelajaran yang menjadi garda terdepan dalam pendidikan. Artinya guru lah yang setiap hari berhadapan dengan murid. Dalam menghadapi murid tentunya guru sering dihadapkan pada dilema-dilema yang membuat guru harus mengambil keputusan.
Untuk mengambil keputusn yang tepat, hendaknya guru dapat mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosionalnya. Guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosionalnya akan menjadi tahu titik kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga dia mengetahui kondisi dirinya sebelum mengambil keputuan. Misalnya guru yang menyadari bahwa dirinya sedang merasakan amarah maka dia akan mneggunakan kompetensi sosial dan emosionalnya untuk menetralkan dirinya dahulu sebelum mengambil keputusan. Terutama bila permasalahan-permasalahan tersebut berkaitan dengan murid-murid maka kesadaran diri dan kesadaran sosial guru perlu digunakan agar dalam mengambil keputusan dapat selalu berpihak pada murid.
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Seperti yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya bahwa nilai-nilai yang dianut oleh seorang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Dalam hal ini nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik juga sangat berpengaruh pada pembahasan kasus-kasus yang focus pada masalah moral atau etika.
Misalnya pendidik yang meyakini nilai-nilai kebijakan universal keadilan dan empati maka dalam memandang suatu permaslahan maka ia cenderung akan menggunakan paradigma keadilan versus rasa kasihan pada permasalahn yang merupakan dilema etika. Seorang pendidik yang meyakini nilai-nilai kebajikan universal berprinsip dan integritas maka ia akan menggunakan prinsip berpikir berbasis peraturan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa nilai-nilai yang diyakini oleh seorang pendidik akan menjadi kecenderungan baginya dalam memutuskan maslah terutama yang terkait dnegan moral atau etika.
Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Keputusan yang diambil dengan paradigma, prinsip dan langkah yang tepat dapat menajdikan suatu keputusan menjadi minim risiko. Sehingga keputusan yang telah dihasilkan membawa dampak baik bagi lingkungan sehingga linkungan menjadi positif, kondusif, aman dan nyaman.
Namun sebaliknya bila keputusan diambil secara sembarangan atau tidak melalui empat paradigma , tiga prinsip dan Sembilan langkah dalam pengambilan keputusan maka keputusan itu akan membawa risiko besar yang dapat berdampak buruk pada ligkungan.
Oleh karena itu saya sependapat jika 4-3-9 menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan. Dan sebelum memutuskan tengoklah kembali apakah keptuusan tersebut sudah mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal, dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak kepada murid. Jika hal itu sudah dilakukan maka keputusan tersebut dapat berdampak baik bagi lingkungan.
Kesulitan-kesulitan di lingkungan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika dan pengaruhnya terhadap perubahan paradigma di lingkungan
Hal yang sulit dalam emngambil keputusan terkait kasus-kasus dilemma etika adalah karena dua keptusan tersebut merupakan hal yang benar melawan benar, sehingga terjadi pertentangan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu kita harus kembali pada paradigma yang kita ambil dalam menyelesaikan masalah. Mungkin saja dalam membuat keputusan dari kasus yang merupakan dilema etika akan berubah paradigmanya. Namun demikian saya akan kembali pada tiga hal sebelum mengambil keputusan (1) memiliki nilai-nilai kebajikan, (2) dapat dipertanggungjawabkan, (3) berpihak pada murid.
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid dan kaitannya degan cara memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda
Keputusan yang kita ambil hendaknya mampu berpihak kepada murid karena sebagai pemimpin pembelajaran tujuan keputusan yang kita ambil haruslah mampu mendukung tujuan pendidikan yakni membawa murid menuju keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.
Keputusan yang kita mabil pun hendaknya dapat mengakomodir pembelajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda. Artinya dalam keputusam tersebut memberikan keleluasaan untuk memberikan pembelajaran yang berdeferensiasi dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan murid yang berbeda-beda. Sebelum mengambil keputusan hendaknya guru mampu mengetahui profil, karakteristik, dan kebutuhan-kebutuhan muridnya yang dapat dilakukan melalui penilaian awal pembelajaran secara kognitif dan nonkognitif.
Pengaruh seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan terhadap kehidupan atau masa depan murid-muridnya
Guru sebagai pempimpin pembelajaran yang senantiasa bersinggungan dengan murid hendaknya mampu membuat keputusan yang memrdekakan dan berpihak kepada murid. Jika keputusan-keputusan yang kita ambil sudah memerdekakan dan berpihak kepada murid maka keputusan-keputusan tersebut berdampak baik kepada murid. Artinya keputusan yang meemrdekakan dan berdampak pada murid memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat memiliki karakter profil pelajar Pancasila yang dapat membawa murid menuju tercapainya tujaun pendidikan yakni membawa murid menuju keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya
Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya kita dihadapakan pada kasus-kasus yang membuat kita harus dapat mengambil keputusan. Tentunya dalam pengambilan keputusan memiliki tantangan-tantangan misalnya kasus-kasus yang merupakan dilema etika.
Dalam pengambilan keputusan ini kita sebagai guru penggerak harus mempertimbangkan hal-hal yang kita pelajari di modul 1 yakni filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Pratap trilokoa Ki Hadjar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani hendaknya menjadi dasar kita dalam mengambil keputusan. Dan keputusan yang kita ambil haruslah berpihak kepada murid.
Selanjutnya sebagai guru penggerak yang memiliki nilai-nilai harus sadar akan perannya sehingga mampu mengambil keputusan yang dapat mendukung visi dan misi dalam upaya mencapai tujaun pendidikan. Dan keputusan yang kita mabil pun hendaknya dapat membangun budaya positif di sekolah.
Selanjutnya dalam pengambilan keputusan hendaknya kita dapat mengakomodir pembelajaran yang berdeferensiasi. Keputusan yang kita ambil pun hendaknya dapat mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid dan juga rekan kerja di sekolah. Dan sebagai tindak lanjut terhadap keputusan itu dalam rangka pengembangan potensi murid, kita dapat melakukan coaching untuk membantu murid dalam menggali potensinya sehingga mereka dapat menemukan cara untuk menyelesaikan permaslahannya sendiri.
Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang telah dipelajari di modul ini tentang dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
Dilema etika merupakan kasus dimana seseoran harus memilih dua opsi yang secara moral benar tetapi saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan kasus dimana sesorang harus membaut keputusan antara sesuatu yang benar dan yang salah.
Dalam menghadapi kasus yang merupakan dilemma etika kita harus memperhatikan empat paradigma dalam pengambilan keputusan yakni (1) individu lawan kelompok , (2) kebenaran lawan kesetiaan, (3) keadilan lawan belas kasihan, (4) jangka Panjang lawan jangka pendek.
Untuk menghadapi kasus yang merupakan dilemma etika, kita juga perlu memperhatikan tiga prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan. Prinisp tersebut yaitu (1) prinsip berpikir berdasarkan hasil akhir, (2) berpikir berdasarkan peraturan, (3) berpikir berbasis rasa peduli.
Dan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat maka kita perlu mengujinya dengan Sembilan langkah pengambilan keputusan yaitu (1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, (2) menentukan siapa yang terlibat, (3) kumpulkan fakta-fakta, (4) pengujian benar atau salah melalui uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan, (5) pengujian benar atau salah, (6)melakukan prinisp resolusi, (7) invetigasi opsi trilemma, (8) buat keputusan, (9) lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Pengalaman saya sebelum mempelajari modul 3.1 terkait penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah dihadapkan pada pengalaman dimana saya harus mengambil keputusan dari kasus-kasus dalam situasi moral dilema. Tentunya saya sangat kesulitan dalam membuat keputusan terutama aksus-kasus yang terkait dengan dilemma etika. Waktu itu saya sering melakukan musyawarah dengan guru-guru lainnya untuk dapat mengambil keputusan terhadap kasus-kasus tersebut.
Dampak mempelajari konsep dalam modul 3.1 dan perubahan yang terjadi pada cara saya dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul 3.1
Konsep yang saya pelajari dalam modul 3.1 ini membawa dampak baik bagi saya terutama dalam pengambilan keputusan. Sebelum mempelajari modul ini saya sempat merasakan kebingungan jika dihadapkan pada kasus-kasus dilemma etika sehingga saya memerlukan waktu yang lama dan perlu bermusyawarah dulu sebelum mengambil keputusan.
Namun setelah mempelajari modul 3.1 ini saya menjadi tahu tentang bagaimana saya jika menghadapi aksus-kasus yang terkait dengan dilemma etika yakni dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Hal ini sangat bermanfaat karena saya menjadi lebih fokus dalam membuat keputusan.
Arti penting topik modul 3.1 bagi saya sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan
Topik dalam modul 3.1 ini sangat penting bagi saya sebagai individu dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan karena dalam menjalani kehidupan ini kita harus membuat keputusan diantara pilihan-pilihan yang ada.
Sebagai individu, materi dalam mdoul 3.1 membuat saya lebih matang dalam menyikapi permasalahan-permasalahan dan menjadikan saya yakin dalam mengambil keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, topik modul 3.1 ini mengingatkan saya bahwa keputusan yang kita ambil haruslah mengadung (1) nilai nilai kebajikan universal , (2) dapat dipertanggungjawabkan dan (3) berpihak kepada murid. Sehingga saya dapat menghadirkan keputusan-keputusan yang dapat membantu murid dalam mencapai tujuan pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H