Selanjutnya prinsip coaching yang kedua adalah coaching merupakan proses kreatif artinya bahwa dalam melakukan coaching hendaknya dapat memunculkan kreasi atau ide-ide. Kaitannya dalam pengambilan keputusan, pemimpin hendaknya mampu melakukan kreatifitas atau memunnculkan opsi trilemma yang merupakan pilihan kreatif selain pilihan-pilihan yang ada.
Sedangkan prinsip coaching yang ketiga yakni memaksimalkan potensi. Jika dikaitkan dengan kegiatan pengambilan keputusan adalah hendaknya keputusan yang diambil sebagai pemimpin dapat memaksimalkan potensi yang ada. Atau dalam kata lain pemimpin harus menggunakan paradigma berpikir aset dalam pengambilan keputusan sehinga keputusan yang diambil dapat lebih bermanfaat.
Pengaruh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya terhadap pengambilan keputusan
Guru merupakan pemimpin pembelajaran yang menjadi garda terdepan dalam pendidikan. Artinya guru lah yang setiap hari berhadapan dengan murid. Dalam menghadapi murid tentunya guru sering dihadapkan pada dilema-dilema yang membuat guru harus mengambil keputusan.
Untuk mengambil keputusn yang tepat, hendaknya guru dapat mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosionalnya. Guru yang mampu mengelola dan menyadari aspek sosial dan emosionalnya akan menjadi tahu titik kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga dia mengetahui kondisi dirinya sebelum mengambil keputuan. Misalnya guru yang menyadari bahwa dirinya sedang merasakan amarah maka dia akan mneggunakan kompetensi sosial dan emosionalnya untuk menetralkan dirinya dahulu sebelum mengambil keputusan. Terutama bila permasalahan-permasalahan tersebut berkaitan dengan murid-murid maka kesadaran diri dan kesadaran sosial guru perlu digunakan agar dalam mengambil keputusan dapat selalu berpihak pada murid.
Pembahasan  studi  kasus  yang fokus  pada  masalah moral  atau  etika akan kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Seperti yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya bahwa nilai-nilai yang dianut oleh seorang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Â Dalam hal ini nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik juga sangat berpengaruh pada pembahasan kasus-kasus yang focus pada masalah moral atau etika.
Misalnya pendidik yang meyakini nilai-nilai kebijakan universal keadilan dan empati maka dalam memandang suatu permaslahan maka ia cenderung akan menggunakan paradigma keadilan versus rasa kasihan pada permasalahn yang merupakan dilema etika. Â Seorang pendidik yang meyakini nilai-nilai kebajikan universal berprinsip dan integritas maka ia akan menggunakan prinsip berpikir berbasis peraturan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa nilai-nilai yang diyakini oleh seorang pendidik akan menjadi kecenderungan baginya dalam memutuskan maslah terutama yang terkait dnegan moral atau etika.
Pengambilan keputusan yang tepat  berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Keputusan yang diambil dengan paradigma, prinsip dan langkah yang tepat dapat menajdikan suatu keputusan menjadi minim risiko. Sehingga keputusan yang telah dihasilkan membawa dampak baik bagi lingkungan sehingga linkungan menjadi positif, kondusif, aman dan nyaman.
Namun sebaliknya bila keputusan diambil secara sembarangan atau tidak melalui empat paradigma , tiga prinsip dan Sembilan langkah dalam pengambilan keputusan maka keputusan itu akan membawa risiko besar yang dapat berdampak buruk pada ligkungan.