Mohon tunggu...
Kurnia Agathan Cahya
Kurnia Agathan Cahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

Saya Kurnia Agathan Cahya Pratama, Mahasiswa Universitas Muhammdiyah Yogyakarta, Hobi saya bermacam-macam seperti menggambar, olahraga, menulis, dan lain lain

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pluralisme dan Toleransi dalam Perspektif Politik Islam: Hubungan Mayoritas dan Minoritas di Indonesia

5 Juli 2024   08:37 Diperbarui: 5 Juli 2024   08:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia, dengan keindahan alamnya yang memukau dan kekayaan budaya yang beragam, merupakan sebuah mozaik yang penuh warna. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat dinamika yang kompleks antara mayoritas Muslim dan minoritas agama lainnya yang terus berlanjut sepanjang sejarah bangsa ini. Dalam konteks politik Islam, konsep pluralisme dan toleransi tidak hanya menjadi nilai-nilai teoretis semata, tetapi juga fondasi bagi terciptanya harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bagaimana prinsip-prinsip pluralisme dan toleransi dalam Islam dapat diterapkan di Indonesia? Bagaimana mayoritas Muslim mempengaruhi kebijakan publik dan interaksi sosial dengan minoritas agama lainnya? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi semakin relevan dalam era modern saat kita menghadapi tantangan globalisasi dan peningkatan politisasi identitas agama. Artikel ini akan mengupas bagaimana teori-teori politik Islam tentang pluralisme dan toleransi diterapkan di Indonesia, serta dampaknya terhadap kebijakan publik dan hubungan antaragama. Dengan menyelami lebih dalam, kita akan menemukan bahwa pluralisme dan toleransi bukan hanya cita-cita, tetapi juga kunci bagi masa depan Indonesia yang lebih inklusif dan harmonis.

Teori Politik Islam tentang Pluralisme dan Toleransi

Dalam politik Islam, pluralisme dan toleransi merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Pluralisme dalam Islam berarti pengakuan terhadap keberagaman agama dan pandangan, serta hidup berdampingan dalam harmoni. Sementara itu, toleransi adalah sikap saling menghormati perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan agama.

Beberapa teori penting dalam politik Islam yang mendukung konsep pluralisme dan toleransi antara lain:

Teori Al-Maqasid Al-Shariah: Teori ini menekankan tujuan-tujuan syariah yang meliputi perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Prinsip ini mendukung keberadaan kerukunan antaragama karena perlindungan terhadap agama termasuk perlindungan terhadap keberagaman agama.

Teori Dar Al-Ahd: Teori ini mengacu pada wilayah perjanjian di mana umat Islam dan non-Muslim hidup berdampingan dalam keadaan damai dan saling menghormati perjanjian yang dibuat. Indonesia dapat dilihat sebagai Dar Al-Ahd karena adanya kesepakatan bersama untuk hidup rukun di tengah keberagaman.

Teori Al-Hisbah: Teori ini mengatur tentang tanggung jawab sosial dalam menjaga moral dan ketertiban umum, yang mencakup perlindungan terhadap minoritas dan pencegahan diskriminasi.

Pluralisme dan Toleransi dalam Kebijakan Publik Indonesia

Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, Indonesia memiliki tantangan dalam menerapkan konsep pluralisme dan toleransi dalam kebijakan publiknya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memastikan bahwa hak-hak minoritas terlindungi dan hubungan antaragama terjaga harmonis.

Konstitusi dan Perlindungan Hak Asasi: UUD 1945 menjamin kebebasan beragama dan perlindungan hak-hak minoritas. Pasal 28E dan 29 UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya masing-masing.

Undang-Undang tentang Kerukunan Beragama: Pemerintah Indonesia telah mengesahkan berbagai peraturan yang mendukung kerukunan beragama, seperti UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang melindungi hak-hak minoritas.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB): FKUB dibentuk untuk memfasilitasi dialog antaragama dan menyelesaikan konflik yang muncul. FKUB berperan penting dalam menciptakan suasana toleransi dan kerukunan di tingkat lokal.

Dampak Mayoritas Islam terhadap Kebijakan Publik

Mayoritas Muslim di Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.

Pendidikan dan Kurikulum: Pendidikan agama Islam menjadi bagian integral dari kurikulum nasional, yang mencerminkan mayoritas populasi Muslim. Namun, pemerintah juga berupaya untuk memasukkan pendidikan tentang agama lain guna mendukung pluralisme.

Hari Libur Nasional: Kebijakan penetapan hari libur nasional di Indonesia banyak dipengaruhi oleh mayoritas Muslim, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Meski demikian, pemerintah juga mengakui dan menetapkan hari-hari besar agama lain sebagai hari libur nasional, seperti Natal, Waisak, dan Nyepi.

Kebijakan Ekonomi Syariah: Perkembangan ekonomi syariah, seperti perbankan syariah dan pasar modal syariah, juga mencerminkan pengaruh mayoritas Muslim. Pemerintah mendukung perkembangan sektor ini sebagai bagian dari sistem ekonomi nasional.

Hubungan Mayoritas Muslim dengan Minoritas Agama

Hubungan antara mayoritas Muslim dan minoritas agama di Indonesia berjalan cukup dinamis. Meski ada banyak contoh positif dari kerukunan antaragama, tantangan dan konflik tetap ada.

Kerjasama Antaragama: Banyak inisiatif yang dilakukan untuk memperkuat kerjasama antaragama, seperti dialog antaragama, kegiatan sosial bersama, dan upaya kolaboratif untuk menanggulangi isu-isu sosial.

Tantangan Diskriminasi: Meski pemerintah berupaya keras untuk mencegah diskriminasi, kasus-kasus intoleransi dan diskriminasi terhadap minoritas agama masih terjadi. Beberapa tempat ibadah minoritas menghadapi kesulitan dalam mendapatkan izin pembangunan.

Pengaruh Politik Identitas: Politik identitas sering kali mempengaruhi dinamika hubungan mayoritas dan minoritas. Peningkatan politisasi agama dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bagaimana identitas agama digunakan untuk tujuan politik, yang kadang memicu ketegangan antaragama.

Pluralisme dan toleransi dalam perspektif politik Islam merupakan fondasi penting dalam membangun hubungan yang harmonis antara mayoritas dan minoritas di Indonesia. Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk melindungi hak-hak minoritas dan mempromosikan kerukunan antaragama. Meskipun ada tantangan, upaya untuk memperkuat pluralisme dan toleransi terus dilakukan demi menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis. Dalam konteks ini, peran pemerintah, masyarakat, dan pemimpin agama sangat krusial dalam menjaga keseimbangan dan harmoni dalam keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun