Mohon tunggu...
Kurnia Nur Permatasari
Kurnia Nur Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Surakarta

Saya adalah Mahasiswa akhir yang sedang dikejar skripsi. Menyebarkan pengetahuan yang saya dapat dari pengalaman selama menjadi mahasiswa adalah tujuan utama saya membuat blog ini. Membaca tentu menjadi hobi saya, tetapi menulis adalah kelehaman saya. Kendati demikian, saya tetap mencoba untuk menulis karena tujuan saya menulis adalah untuk menyebarkan pengetahuan saya. Seperti halnya tujuan tulus seorang guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Siswa Kesulitan Membaca, Terapi Bermaian Solusinya

15 Januari 2024   10:00 Diperbarui: 15 Januari 2024   10:32 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kurnia Nur Permatasari

“ Bu, anak ini susah untuk diajarin Bu,” ucap siswa lain

“Bu, anak ini tidak bisa membaca,” sahut siswi yang lain

Sering kali buliying verbal tidak disadari oleh peserta didik. Artinya, ketika peserta didik berkata bahwa anak disleksia tidak bisa membaca atau memandangnya rendah,maka secara tidak sadar peserta didik tersebut telah malakukan buliying verbal. 

Tingginya intensitas aksi buliying dapat membuat peserta didik trauma hingga tidak ingin berangkat sekolah. Seperti halnya yang terjadi di salah satu sekolah dasar Indoensia. Terdapat kasus peserta didik kelas atas tidak dapat membaca bahkan terindikasi mengalami slowlearning. 

Setiap hari, dia harus menahan buliying verbal dari temannya hingga dia memilih tidak berangkat sekola. Bahkan saat UTS berlangsung, dia tidak berangkat 1-2 kali. 

Hingga suatu hari saat guru meminta untuk mengerjakan tugas pengganti, anak disleksia tersebut terpaksa mengerjakannya tetapi besoknya dia tidak berangkat sekolah lagi. 

Dia dijauhin oleh teman sekelasnya hingga saat jam istirahat di mulai, dia hanya main dengan adik kelasnya. Kasus lainnya terjadi di sekolah yang sama tetapi di kelas yang berbeda. Terdapat beberapa siswi kelas 3 dan kelas 2 yang tidak bisa membaca dan sama halnya dengan kakak kelasnya, siswa tersebut dijauhin oleh temannya.  

Berdasarkan dua kasus tersebut, dapat dibuktikan bahwa disleksia dapat menjadi petaka yang besar jika tidak segera ditangani. Terkhususnya bagi peserta didik kelas 6. 

Kelas 6 harus melewati rangkaian ujian agar bisa lulus dengan nilai bagus dan mendapatkan sekolah favorit. Setiap peserta didik berlomba-lomba belajar mengahdapi ujian kelulus. 

Namun hal itu menjadi tantangan sendiri bagi peserta didik disleksia. Peserta didik disleksia harus berlatih membaca dahulu agar bisa memahami semua pelajaran dan dapat membaca soal. 

Padahal membaca adalah kemampuan dasar, artinya peserta didik disleksia harus berjuang lebih keras agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Dr Matthew mengatakan bahwa anak diusia 6 tahun harus memperlihatkan kemampuan membacanya. Oleh karena itu, penting bagi guru memastikan peserta didik dapat membaca sejak kelas 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun