“ Bu, anak ini susah untuk diajarin Bu,” ucap siswa lain
“Bu, anak ini tidak bisa membaca,” sahut siswi yang lain
Sering kali buliying verbal tidak disadari oleh peserta didik. Artinya, ketika peserta didik berkata bahwa anak disleksia tidak bisa membaca atau memandangnya rendah,maka secara tidak sadar peserta didik tersebut telah malakukan buliying verbal.
Tingginya intensitas aksi buliying dapat membuat peserta didik trauma hingga tidak ingin berangkat sekolah. Seperti halnya yang terjadi di salah satu sekolah dasar Indoensia. Terdapat kasus peserta didik kelas atas tidak dapat membaca bahkan terindikasi mengalami slowlearning.
Setiap hari, dia harus menahan buliying verbal dari temannya hingga dia memilih tidak berangkat sekola. Bahkan saat UTS berlangsung, dia tidak berangkat 1-2 kali.
Hingga suatu hari saat guru meminta untuk mengerjakan tugas pengganti, anak disleksia tersebut terpaksa mengerjakannya tetapi besoknya dia tidak berangkat sekolah lagi.
Dia dijauhin oleh teman sekelasnya hingga saat jam istirahat di mulai, dia hanya main dengan adik kelasnya. Kasus lainnya terjadi di sekolah yang sama tetapi di kelas yang berbeda. Terdapat beberapa siswi kelas 3 dan kelas 2 yang tidak bisa membaca dan sama halnya dengan kakak kelasnya, siswa tersebut dijauhin oleh temannya.
Berdasarkan dua kasus tersebut, dapat dibuktikan bahwa disleksia dapat menjadi petaka yang besar jika tidak segera ditangani. Terkhususnya bagi peserta didik kelas 6.
Kelas 6 harus melewati rangkaian ujian agar bisa lulus dengan nilai bagus dan mendapatkan sekolah favorit. Setiap peserta didik berlomba-lomba belajar mengahdapi ujian kelulus.
Namun hal itu menjadi tantangan sendiri bagi peserta didik disleksia. Peserta didik disleksia harus berlatih membaca dahulu agar bisa memahami semua pelajaran dan dapat membaca soal.
Padahal membaca adalah kemampuan dasar, artinya peserta didik disleksia harus berjuang lebih keras agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Dr Matthew mengatakan bahwa anak diusia 6 tahun harus memperlihatkan kemampuan membacanya. Oleh karena itu, penting bagi guru memastikan peserta didik dapat membaca sejak kelas 1.