Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Darlan Bukan Dilan 1990

28 Januari 2018   06:42 Diperbarui: 28 Januari 2018   08:12 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak cukup sampai di situ saja. Saat malam Minggu aku sedang bertamu di rumahnya. Rupanya ia tidak senang dengan keberadaanku.

"Kamu kenapa datang?" Tanyanya. Aku dibuat heran. 

"Ya karena kamu pacarku dan aku rindu."

"Aku juga rindu," katanya. Raut wajahnya seketika senang. Aku hanya diam. 

"Kok kamu diam?"

"Aku mau ngomong apa lagi?"

"Padahal Dilan bilang begini lho ke Milea, 'jangan rindu, ini berat. Kau takkan kuat. Biar aku saja' seharusnya kamu juga bilang begitu dong." Aku menggaruk kepala melihat sikap pacarku jadi berubah seperti itu.

Puncak keanehan Dahlia hingga membuatku tak tahan lagi. Saat novel itu diangkat ke layar lebar. Jauh-jauh hari ia harap-harap cemas, jangan sampai film itu tidak sesuai dengan ekspektasinya. Aku dibuat bosan sendiri selalu diperdengarkan tentang novel itu yang akan di filmkan. Giliran filmnya sudah ditayangkan. Dahlia memilih tidak masuk kerja dan aku menemaninya nonton di bioskop. Duduk di barisan tengah. Sepanjang pemutaran film ia senyum-senyum. Aku turut senang melihat Dahlia girang seperti itu.      

 Usai menonton. Dahlia memintaku untuk mengganti sepeda motorku seperti sepeda motor yang dipakai Dilan. Kalau soal itu tidaklah masalah. Aku masih bisa menurutinya. Tapi ada satu permintaan Dahlia padaku yang sampai kapan pun tidak akan bisa kupenuhi.

"Kamu sudah tahu kan. Kalau Milea amat dekat dengan bundanya Dilan. Maka dari itu aku mau juga dekat dengan mamamu. Terus aku panggil Bunda kayak Milea. Masak aku mau kalah sama dia," ucap Dahlia memegang tanganku. 

"Dahlia, Aku Darlan bukan Dilan. Dan mamaku sudah lama mati," kataku setelah sempat sesak nafas mendengar ucapannya.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun