Namun dari kesemuanya itu , Saya menangkap pesan penting dalam pesan penutup dari acara ini. "Jangan berputus asa dalam hal menulis. Mari mewarnai dunia dengan memberitahukan , mewartakan dan mengabarkan. Tuhan kiranya memampukan kita. Ayo Menulis." Sebuah ajakan dan menguatkan bagi Saya untuk berani menulis. Satu hal yang paling penting bagi Saya adalah "MELAWAN LUPA". Melawan lupa dari peristiwa, pengalaman, dan dampak perbuatan baik yang sudah terjadi. Juga melawan lupa terhadap penuntasan ide, pikiran dan rencana tindakan baik sebagai bagian wujud syukur atas Cinta Kasih Tuhan. (Median Arsianto, GKI Sidoarjo)
Kelas Menulis itu penting diterapkan. Harus memaksa diri menulis. Bila tidak suatu ide akan berhenti dan kesempatan berliterasi terlalui dengan sia-sia (dr.Ratih Gunadi, GKI Tumapel)
Menulis bagi saya bagian dari perjuangan mencerdaskan bangsa, menulis juga menuntut saya untuk mampu membawa pikiran saya lebih kreatif dan inovatif. Saya secara pribadi sering menulis tentang pejuangan rakyat kecil dan ini menuntut saya untuk mampu meresapi semua unsur itu. Jadi menulis itu penting sekali. Menulislah dan jangan pernah berhenti.
(Ferderikus Ama Bili, Koordinator Kristen Hijau Malang)
Â
Bagi saya, menulis itu sarana untuk membebaskan seseorang dari sikap diam. Dengan menulis, kita bisa mengutarakan apa pun yang ada di dalam hati dan pikiran kita, seolah-olah kita ini sedang berdialog dan berkaca pada diri sendiri. Oleh karena itu, jangan ragu untuk menulis. Jangan bungkam dan diam, melainkan suarakan suara kenabian kita lewat tulisan. (Yohannes Augustha Bambang Sethiawan, Kader Pendeta GKI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H