Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis untuk Kebaikan

16 Januari 2018   21:59 Diperbarui: 17 Januari 2018   00:44 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Purnowo Junarso,Pemimpin Redaksi Majalah Berkat (kiri) dan Bapak Asa Wahyu Setyawan Muchtar , Ketua 1 Eklesia Prodaksen Kebonagung (sebelah kanan, berkaca mata). Dokumentasi Eklesia Prodaksen.

Namun dari kesemuanya itu , Saya menangkap pesan penting dalam pesan penutup dari acara ini. "Jangan berputus asa dalam hal menulis. Mari mewarnai dunia dengan memberitahukan , mewartakan dan mengabarkan. Tuhan kiranya memampukan kita. Ayo Menulis." Sebuah ajakan dan menguatkan bagi Saya untuk berani menulis. Satu hal yang paling penting bagi Saya adalah "MELAWAN LUPA". Melawan lupa dari peristiwa, pengalaman, dan dampak perbuatan baik yang sudah terjadi. Juga melawan lupa terhadap penuntasan ide, pikiran dan rencana tindakan baik sebagai bagian wujud syukur atas Cinta Kasih Tuhan. (Median Arsianto, GKI Sidoarjo)

Kelas Menulis itu penting diterapkan. Harus memaksa diri menulis. Bila tidak suatu ide akan berhenti dan kesempatan berliterasi terlalui dengan sia-sia (dr.Ratih Gunadi, GKI Tumapel)

Menulis bagi saya bagian dari perjuangan mencerdaskan bangsa, menulis juga menuntut saya untuk mampu membawa pikiran saya lebih kreatif dan inovatif. Saya secara pribadi sering menulis tentang pejuangan rakyat kecil dan ini menuntut saya untuk mampu meresapi semua unsur itu. Jadi menulis itu penting sekali. Menulislah dan jangan pernah berhenti.

(Ferderikus Ama Bili, Koordinator Kristen Hijau Malang)

 

Bagi saya, menulis itu sarana untuk membebaskan seseorang dari sikap diam. Dengan menulis, kita bisa mengutarakan apa pun yang ada di dalam hati dan pikiran kita, seolah-olah kita ini sedang berdialog dan berkaca pada diri sendiri. Oleh karena itu, jangan ragu untuk menulis. Jangan bungkam dan diam, melainkan suarakan suara kenabian kita lewat tulisan. (Yohannes Augustha Bambang Sethiawan, Kader Pendeta GKI)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun