NYANYIAN PERDAMAIAN DARI KLENTENG KWAN SING BIO, TUBAN
Live in merupakan program Departemen Oikumene dan Kemasyarakatan  (Oikmas) GKI Klasis Madiun untuk memberikan sarana belajar jemaat GKI untuk mengenal komunitas dan penganut agama dan budaya yang berbeda.Â
Dengan mengetahui dan belajar langsung dari sumbernya, bahkan tinggal bersama di dalam komunitas tersebut maka diharapkan akan memunculkan semangat toleransi antar suku, budaya, dan agama yang lebih baik. Kegiatan ini juga sangat diminati jemaat dan merupakan program yang ditunggu-tunggu jemaat.
Tidak hanya sebatas jemaat GKI Klasis Madiun, tetapi juga jemaat Klasis lain, bahkan lintas sinode wilayah. Live in kali ini diadakan di komunitas Khonghucu, Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban.
Pertimbangan pemilihan Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban sebagai lokasi live inadalah organisasi pengelolaan yang mirip dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI). Klenteng ini memiliki kemajelisan yang disebut Locu dan diketua oleh Cia Locu. Di sisi lain, ada banyak hal yang dapat digali, bagaimana interaksi klenteng dengan masyarakat sekitar dan keberadaannya dapat diterima oleh  masyarakat sekitar.
Jumlah peserta sebanyak 50 orang, merupakan utusan dari GKI Sidoarjo, Darmo Permai, Kebonagung, Tulungagung, Diponegoro, Kutisari, Mojokerto, Blimbing, Gayungsari, Pregolan Bunder, Bromo, Batu dan Madiun.Â
Cukup banyak peserta yang baru pertama kali ikut Live in. Bapak Slamet Subandi, pengurus Seksi Pembinaan Ekumenis Departemen Oikmas GKI Klasis Madiun mengatakan bahwa Live in kali ini istimewa karena disamping peserta lebih banyak juga didukung oleh lebih banyak GKI. Antusiasme ini mungkin disebabkan oleh lokasi live in yang menarik dan tidak terlalu jauh.
Pdt. Simon Filantropha, Ketua Departemen Oikmas GKI Sinode Jatim menguraikan peran penting KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur, Presiden Republik Indonesia 1999-2001) dan Khonghucu dalam sesi diskusi internal. (Sabtu,4/11/2017). Dokumentasi Bapak Purnowo Junarso.
Jumat, 3 November 2017 pukul 11.00 wib peserta Live in tiba di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban yang berdiri megah di Jl.RE Martadinata 1. Sekitar pukul 12 siang, Bapak Bratayana Ongkowijaya,SE, XDS; Bapak Xue Shi Antonious Ong, Bapak Zl Bambang Djoko Santoso dan Bapak Liu Pramono, Â memandu peserta Live in keliling lokasi Klenteng dan menjelaskan tentang kesejarahan Klenteng Kwan Sing Bio Tuban.Â
Setelah makan siang, sesi Kelas Menulis bersama Bapak Purnowo Junarso, Pemimpin Redaksi Majalah Berkat. Pak John, panggilan akrab Bapak Purnowo Junarso, mengambil tema Workshop Menulis Untuk Merawat Kebhinnekaan.
Bapak Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS, Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) memberikan penjelasan yang sangat runut, detil dan menarik berkaitan dengan Khonghucu kepada seluruh peserta Live in. Penjelasan meliputi sejarah, ajaran Khonghucu, Nabi Kongzi.Â
Menurut beliau ajaran Khonghucu hingga hari ini sudah berusia lima ribu tahun. "Agama Khonghucu adalah bimbingan kemanusiaan, yang menjadikan manusia cerdas dan terpelajar dan bimbingan kepada manusia dalam memuliakan hubungan dengan manusia. 'Memuliakan hubungan' Terhadap Tian, Terhadap Bumi (alam), Terhadap sesama manusia".
Waktu satu jam terasa terlalu singkat. Setelah ibadah Khonghucu, sesi tanya jawab bersama Bapak Bratayana Ongkowijaya dilanjutkan hingga menjelang pukul sepuluh malam.
Jumat, 3 November 2017 pukul 19.30 peserta Live in diundang untuk hadir dalam ibadah umat Khonghucu di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban. Sembilan puluh delapan orang turut hadir dalam ibadah.Â
Dari umat Khonghucu dan peserta Live in berbaur menjadi satu. Khotbah oleh Bapak Xue Shi Antonious Ong, Pembina Umat Khonghucu. Bapak Liu Pramono, Wakil Ketua Umum Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban membaca Kitab Tengah Sempurna.Ibadah berlangsung sepanjang enam puluh menit.
JAGONGAN MUDA MUDI
Sambil menikmati kehangatan wedang ronde yang disajikan oleh GKI Tuban, sejumlah muda mudi peserta Live in mengadakan jagongan gayeng dengan muda mudi umat Khongucu dari Klenteng Tuban.Â
Seusai jagongan gayeng sejumlah muda mudi menuturkan catatannya. "Kesan saya waktu teman-teman GKI hadir di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, salut. Ini seperti merubah mindset paradigma masyarakat tentang Kristen dan Konghucu. Kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman GKI melalui Live in ini sangat menyentuh, dan memberikan kesan positif di tengah-tengah panasnya suasana politik negara yang menggunakan Agama sebagai salah satu cara.Â
Kegiatan ini, senantiasa bisa menjadikan suatu tambahan wawasan dan pembelajaran bagaimana mengetahui sesama umat manusia yang masing-masing memiliki keyakinan dan agama yang jauh berbeda," Meilia Wang, Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (PAKIN) Kwan Sing Bio.
"Saya sangat senang sekali dengan kehadiran peserta live ini dari Departemen Oikmas GKI Klasis Madiun di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban karena dapat mempererat kerukunan antar umat beragama dan menjalin persaudaraan, apalagi baru kali ini diadakan kebaktian bersama dengan umat yang berbeda agama.
Suatu kehormatan sekali bagi kita umat Khonghucu dan saya sangat mengapresiasi kegiatan live in ini karena dengan diadakannya kegiatan ini dapat lebih mengenal tentang agama Khonghucu khususnya dan mengenal sejarah-sejarah yang berada di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban pada umumnya," Maria Listra Fransisca dan Piony, muda mudi yang bekerja di sekretariat Khonghucu Tuban.
"Acara Live in di Klenteng Tuban menambah pengetahuan keragaman kepercayaan di Indonesia. Saya mulai mengerti tentang Ajaran Khonghucu. Pemateri menjelaskan dengan baik, sehingga memudahkan saya mengenal Ajaran tersebut. Makan yang disediakan saya rasa enak. Tempat tidur cukup nyaman. Kamar mandi nyaman. Perjalanan menyenangkan dengan didukung kendaraan dan sopir yang baik.
Sedikit masukan untuk panitia.Peserta acara masih di dominasi jemaat dewasa, mungkin sebaiknya target acara selanjutnya 70% jemaat muda, 30% jemaat dewasa. Hal ini dimaksudkan agar pemuda GKI lebih banyak belajar karena nantinya pemuda lah yang melanjutkan pelayanan jemaat dewasa. Saya senang mengikuti Live in di Klenteng Tuban. Harapan saya acara kedepannya lebih seru lagi," Notya Teguh Pratomo, jemaat GKI Bromo.
Ibu Lily Wibisono, jemaat GKI Diponegoro Surabaya telah 5 kali mengikuti Live in, menuturkan kesannya. "Dari beberapa acara live in yang pernah saya ikuti, di Tuban kali ini saya rasa dapat belajar paling banyak. Sebelum ini, pengetahuan saya tentang Konghucu amat minim. Mungkin karena pembicara utama, Bapak Bratayana Ongkowijaya, adalah seorang guru besar/cendekiawan agama Konghucu, sehingga beliau dapat membawakan materinya dengan baik dan jelas meskipun waktunya singkat.Â
Saya juga baru tahu bahwa pengikut Konghucu rutin melaksanakan ibadah dengan ritual tertentu, dengan nyanyian bahkan paduan suara termasuk dalam rangkaian ibadah tersebut.Â
Salah satu "plus point'" lain, adalah bahwa teman-teman dari kelenteng Kwan Sing Bio terasa amat ramah dan mau berbaur dengan rombongan GKI. Baru pertama kali juga dalam kegiatan live in ada sesi belajar menulis artikel dengan baik.
Selain belajar mengenal agama lain, manfaat yang tak kalah penting dari acara live in tentunya kesempatan untuk berkenalan dengan anggota-anggota GKI lain, dan makin akrab dengan yang sudah pernah bersama mengikuti live in ataupun acara Departemen Oikmas GKI Klasis Madiun yang lain."
Nyanyikan lagu tentang cinta/nyanyikan lagu tentang damai/nyanyikan lagu tentang kasih saying/saling menghormati antar umat beragama/mari ciptakan kedamaian dunia/Walau berbeda suku bangsa/dan berbagai macam agama/bagai taman Bhinneka Tunggal Ika/tetaplah berkasih saying di dalam kehidupan/surge neraka urusan Tuhan/Islam cinta kedamaian/Kristen penuh kasih saying/Khonghucu sabar pengertian/Hindu suka ketentraman/Budha sumber kebajikan/Mari kita hidup berdampingan/Bicara lintas agama di taman hati yang indah/Pancasila perekat hidup bangsa/pancasila dasar Negara/falsafah hidup bangsa/damailah negeriku/Indonesia Jaya
Lagu Nyanyian Perdamaian karya KH DR.Nurul Arifin Husein, MBA dilantunkan dengan syahdu di ruang Lithang Konfusian oleh Meilia, Tara, Piony, Nandha, Erni, Ninie, Liong, Benny, Yudi, Ary, Yongsen. Mereka muda mudi Khonghucu dari Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban dan Tjoe Ling Kiong, Tuban. Seluruh umat yang hadir pun turut bernyanyi bersama.(Jumat, 3/11/2017)
"Lagu Nyanyian Perdamaian karya Gus Nuril kami pilih setelah kami para pemuda berdiskusi bersama dengan Bapak Wawan, Bapak Liu Pramono, dan Xue Shi Antonious," kata Tara, salah satu muda mudi Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban.
Pdt. Simon Filantropha, Ketua Departemen Oikmas GKI Sinode Jatim menguraikan peran penting KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur, Presiden Republik Indonesia 1999-2001) dan Khonghucu dalam sesi diskusi internal. (Sabtu,4/11/2017).
Bagaimanakah kesan peserta, narasumber dan pengurus Klenteng Kwan Sing Bio selama mengikuti Live in di Kwan Sing Bio Tuban ? Berikut sebagian dari catatan yang dapat kami kumpulkan.
"Secara umum, kami merasakan kehangatan dalam suasana yang cair penuh rasa persaudaraan," kesan Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS, Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin).
"Selama saya mengikuti Live in banyak mendapat teman dan pengalaman hidup yang bermacam-macam. Pertemuan Live in membangun hubungan semakin erat satu sama yang lain.Melalui narasumber yang memberi pencerahan, orang-orang yang berpengalaman dan mampu memberi solusi iman. Wawasan semakin luas tentang kehidupan religi dan terbuka untuk menerima orang lain yang berbeda kepercayaannya. Kami mendapat pembelajaran tentang kehidupan.Membangun hubungan yang mulia terutama terhadap orang tua dan yang dituakan," ungkap Endang Suciawati, jemaat GKI Kebonagung.
"Bahwa adanya kegiatan membangun hubungan antar umat beragama dari saudara-saudari Departemen Oikmas GKI Klasis Madiun ke Klenteng Kwan Sing Bio Tuban pada tanggal 3 dan 4 November 2017, maka banyak manfaat dalam membangun komunikasi yang hangat dan bersahabat,Â
khususnya dalam mengenal tempat ibadah, budaya dan persembahyangan, serta kebaktian agama Khonghucu, yang menjadi bagian dari enam agama di Indonesia, tentunya memberi manfaat dan tambahan pengetahuan bagi saudara-saudari dari Departemen Oikmas GKI Klasis Madiun.Â
Dengan saling mengenal maka membuat kita saling mengerti sebagai umat Tuhan sesama manusia, yang saling memahami dan saling menghormati. Terlebih dalam menjaga harmonisnya taman kebhinekaan, karena kita adalah satu keluarga, keluarga Indonesia yang multi etnik multi keberagaman, dengan berlandaskan,
"Diempat penjuru lautan kita adalah saudara".
Dan saya sebagai rohaniwan pembina umat agama Khonghucu di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, sangat mengapresiasi atas kunjungannya. Semoga hubungan baik ini tetap berkelanjutan. Dari generasi ke generasi. Shanzai... !
Dan tentunya apresiasi ini, juga datang dari segenap jajaran pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma Kwan Sing Bio Tuban," catatanXue Shi Antonious Ong.
Abdul Malik
Kebonagung, 5 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H