Kalau diperhatikan dokumen rilis Sekretariat Wakil Presiden RI tentang Perbaikan Metodologi Perhitungan Produksi Beras, ada empat faktor pokok yang menjadi dasar perhitungan produksi dan surplus beras kita yaitu:Â
- luas lahan baku sawah,Â
- luas panen,Â
- Â produktivitas danÂ
- angka konversi gabah-beras. Â
Dengan metode KSA ke empat tahapan tersebut telah disempurnakan. Â Hal ini menggembirakan, karena berarti akurasi data kita semakin tinggi sehingga kebijakan yang dirumuskan berdasarkan data tersebut akan semakin mengena ke sasaran dan tujuannya.Â
Ketika perhitungan tingkat produksi kemudian dihubungkan dengan angka perkiraan konsumsi masyarakat yang besarnya adalah 111,58 Kg/Kapita/Tahun, hal inilah yang selanjutnya memberikan kepada kita tingkat surplus atau defisit pangan kita. Â
Kerangka logika seperti ini sesungguhnya berpotensi melenceng dari realita. Â Kita menganggap produksi yang dihasilkan oleh usahatani padi kita tetap seperti ketika kita perhitungkan tingkat produksinya. Â
Padahal dengan berjalannya waktu, produk yang dihasilkan itu ada pergerakannya, bisa di jual keluar batas wilayah analisis kita, dan tentu bisa juga ada yang masuk ke wilayah kita. Â
BPS sendiri dalam rilisnya di bagian penutup anta lain menyebutkan bahwa: 1) jumlah stok perlu diamati dari waktu ke waktu, dan 2) perlu diteliti pergerakan produksi beras antar provinsi dan kabupaten/kota (provinsi surplus dan provinsi defisit).
Memperhatikan uraian di atas, cukup terang terlihat bagi kita bahwa untuk perhitungkan surplus atau defisit konsumsi beras kita, data tingkat produksi tidak sesuai bila langsung digunakan.Â
 Ada dua faktor lagi yang seharusnya ditambahkan kepada empat faktor perhitungan produksi terdahulu.  Kedua faktor tambahan ini adalah variabel 5) waktu dan 6) pergerakan produk. Â
Variabel waktu untuk merepresentasikan berapa lama semenjak produk dihasilkan dari usahatani, sampai saat kita memperhitungkan surplus atau defisit konsumsi kita.Â
 Sedangkan variabel pergerakan produk akan merefleksikan pengurangan atau tambahan produk kita, akibat adanya pergerakan (perdagangan, transfer dsb) produk tersebut melintasi wilayah analisis.
Dengan demikian berbeda dengan perhitungan produksi, untuk memperhitungkan kebutuhan konsumsi kita, ketersediaan stok yang kita lihat harus memperhatikan: Â 1) luas lahan baku sawah, 2) luas panen, 3) produktivitas, 4) angka konversi gabah-beras, 5) waktu sejak produksi dan 6) pergerakan produk.