Berdasarkan hasil analisis faktor, Robert McCrae dan Paul Costa, menyatakan bahwa sebagian besar sifat-sifat kepribadian berasal dari hanya lima sifat tingkat tinggi yang telah muncul dan dikenal sebagai The Big Five (Weiten, 2017: 381). Sebutan lain untuk kelima sifat kepribadian adalah model lima faktor (five factors model) yang juga disingkat FFM. Model lima faktor  dihasilkan dari analisis data dan bukan dari eksplorasi teori (Maltby, Day, & Macaskill, 2017: 180). Biasanya peneliti yang menggunakan metode deduktif, memulai dengan hipotesis berbasis teori (deduksi teori ilmiah), kemudian mengumpulkan data untuk menguji hipotesis, dan hasilnya menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan.  Model lima faktor adalah hipotesis yang disusun berdasarkan data sebagai lawan dari model berbasis teori (Maltby, Day, & Macaskill, 2017: 180). Model ini  dirumuskan oleh Costa dan McCrae pada tahun 1992, dan instrumen penelitian yang mereka pergunakan  adalah Neuroticism, Extraversion, Openness Personality Inventory, yang sering disingkat dengan NEO-PI-R (Maltby, Day, & Macaskill, 2017: 180). Hasil dari analisis faktor adalah lima dimensi kepribadain yang mereka sebut Five Factors Model (FFM) atau the Big Five Factors:  Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness and Neuroticism. Ana Vital memvisualisasikan The Big Five Personality Traits Model dalam bentuk infografik sebagai berikut.
Maltby, Day, dan Macaskill (2017: 180) menyatakan bahwa setiap faktor kepribadian mewakili kontinum di mana individu dapat ditempatkan sesuai dengan skor mereka dan penjelasan lebih rinci dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut.
1. OpennessÂ
Openness (keterbukaan) mengacu pada sikap keterbukaan terhadap pengalaman baru. Keterbukaan mencakup karakteristik yang ditunjukkan dengan keingin tahuan intelektual, pemikiran divergen dan kemauan untuk mempertimbangkan ide-ide baru dan imajinasi aktif. Individu yang mendapat nilai tinggi pada keterbukaan adalah pemikir yang mandiri dan tidak konvensional. Individu dengan skor rendah lebih konvensional dan lebih menyukai yang familiar dari pada yang baru.
2. Conscientiousness
Conscientiousness (kehati-hatian) Â menggambarkan derajat disiplin diri dan kontrol. Individu dengan skor tinggi pada faktor ini ditentukan, diatur oleh, dan merencanakan acara dalam hidup mereka. Individu dengan skor rendah cenderung ceroboh, mudah teralihkan dari tujuan atau tugas yang mereka jalani dan tidak dapat diandalkan. Jika seseorang melihat lebih dekat pada deskriptor sifat yang termasuk dalam conscientiousness, ia akan melihat bahwa semuanya adalah atribut yang mungkin terlihat dalam situasi kerja.
3. ExtraversionÂ
Extraversion (ekstraversi) merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam bersosialisasi. Ekstraversi adalah faktor yang sama seperti yang dijelaskan oleh psikoanalis Carl Gustav Jung. Individu yang mendapat skor tinggi pada ekstraversi adalah orang yang sangat ramah, energik, optimis, dan tegas. Individu dengan skor tinggi diberi label ekstravert. Seperti deskripsi Eysenck dan Jung, individu dengan skor rendah diberi label introvert. Introvert dideskripsikan sebagai orang yang pendiam dan mandiri, daripada pengikut secara sosial.
4. AgreeablenessÂ
Agreeableness (persetujuan) merupakan faktor yang berkaitan dengan karakteristik individu yang relevan untuk interasi sosial. Individu dengan skor tinggi pada faktor ini adalah orang yang penuh kepercayaan, suka menolong, berhati lembut dan simpatik. Mereka yang memiliki skor rendah memiliki sifat-sifat: mudah curiga, antagonis, tidak membantu, skeptis dan tidak kooperatif.