3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.
4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Konsep-konsep di atas sebenarnya merupakan aspek-aspek atau komponen-komponen kepribadian karena pembicaraan mengenai kepribadian senantiasa mencakup apa saja yang ada di dalamnya, seperti karakter, sifat-sifat, dst. Â Interaksi antara berbagai aspek tersebut kemudian terwujud sebagai kepribadian.
Temperamen didasarkan pada aspek biologis seseorang, baik melalui pengaruh genetik, pengaruh prenatal, atau kombinasi dari pengaruh-pengaruh tersebut, dan membentuk dasar di mana kepribadian seseorang dibangun, temperamen dan karakter adalah bagian penting dari kepribadian (Ciccarelli & White, 2015: 502).
C. Teori-teori Kepribadian
 Ada banyak teori kepribadian dan untuk memudahkan mempelajari, para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu : Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigma yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai "kekuatan pertama"; Behavioristik yang dipandang sebagai "kekuatan kedua"; dan Humanistik,  yang dinyatakan sebagai "kekuatan ketiga". Selain ketiga teori tersebut, ada teori lain tentang kepribadian yaitu teori sifat (traits theory) yang belakangan ini sering dijadikan landasan teori untuk penelitian. Â
1. Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis merupakan karya Sigmund Freud.  Psikoanalisis  berfokus pada peran pikiran bawah sadar dalam perkembangan kepribadian. Perspektif ini juga sangat terfokus pada penyebab biologis dari perbedaan kepribadian. Beberapa pokok pikiran berhubungan dengan kepribadian menurut perspektif psikodinamika, dideskripsikan oleh Coon dan Mitterrer (2010: 424) sebagai berikut.  Â
- Menurut teori psikoanalisis Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga sistem mental: id, ego, dan superego.
- Libido, yang berasal dari naluri hidup, adalah sumber energi utama dalam kepribadian.
- Konflik internal dapat menyebabkan kecemasan neurotik atau kecemasan moral dan mengarah pada penggunaan mekanisme pertahanan ego.
- Kesadaran pribadi beroperasi pada tiga tingkatan: sadar, prasadar, dan tidak sadar.
- Menurut Freud, perkembangan kepribadian terjadi dalam empat tahap psikoseksual: oral, anal, phallic, dan genital.
- Fiksasi pada setiap tahap perkembangan psikoseksual dapat meninggalkan jejak abadi pada kepribadian orang dewasa.
- Ahli teori Neo-Freudian menerima fitur-fitur luas dari Psikologi Freudian, tetapi mengembangkan pandangan mereka sendiri. Tiga perwakilan neo-Freudian adalah Alfred Adler, Karen Horney, dan Carl Jung.
2. Teori Behaviorisme
 Teori behaviorisme sering disebut sebagai teori perilaku.  Menurut teori ini kepribadian merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungannya. Ahli teori perilaku hanya mempelajari perilaku yang dapat diamati dan diukur, serta menolak teori yang mengambil peran pikiran, suasana hati, dan perasaan internal karena ini tidak dapat diukur.  Beberapa tokoh teori behaviorisme adalah J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner. Menurut ahli teori perilaku, pengkondisian (respon perilaku yang dapat diprediksi) terjadi melalui interaksi dengan lingkungan kita yang pada akhirnya membentuk kepribadian.