Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Belajar Sosial

26 Desember 2022   08:08 Diperbarui: 28 Desember 2022   20:32 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konsep efikasi-diri (self-efficacy) dikembangkan oleh Albert Bandura sebagai bagian dari teori belajar sosial, yang kemudian berkembang menjadi Teori Kognitif Sosial.  Efikasi-diri mengacu pada keyakinan pada kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mengelola situasi prospektif.  Bandura mengemukakan bahwa prediksi tentang kemungkinan hasil perilaku sangat penting dalam belajar karena mempengaruhi tujuan, usaha, ketekunan, strategi, dan ketahanan (Woolfolk, 2016: 444).  Beberapa pernyataan yang berisi prediksi keberhasilan, misalnya: "Saya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas ini dan saya optimis berhasil". Prediksi tersebut dipengaruhi oleh efikasi-diri, yang merupakan suatu keyakinan  tentang kompetensi atau efektivitas pribadinya dalam bidang tertentu.

Efikasi-diri adalah apa yang individu yakini dapat dia capai dengan menggunakan keterampilannya dalam keadaan tertentu. Efikasi-diri mempengaruhi kemampuan sesorang untuk belajar, motivasi dan kinerjanya, karena seseorang akan berusaha untuk belajar dan melakukan tugas-tugas yang diyakini akan berhasil dilakukanya. Ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa efikasi-diri berkorelasi positif dengan keberhasilan belajar.

Teori efikasi-diri Bandura telah diterapkan dalam berbagai upaya pemberdayaan. Efikasi-diri telah digunakan untuk meningkatkan keterampilan akademik anak-anak yang mengalami ketidakmampuan belajar; untuk menghasilkan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan; untuk melatih individu dalam manajemen diri; untuk mencapai prediksi dalam pemasaran; untuk meningkatkan kepercayaan diri pada atlet; untuk memperluas pilihan dan pengembangan karir dan perilaku adiktif; dan di banyak aplikasi lain yang terlalu banyak untuk disebutkan di sini   (Taylor & McKenney, 2008: 67).

3. REGULASI-DIRI

Berdasarkan model determinisme timbal balik terjadi interaksi dinamis antara tiga jenis pengaruh: pribadi, lingkungan, dan perilaku. Itu berarti bahwa perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga terjadi karena kendali dirinya.  Asumsi utama teori kognitif sosial adalah bahwa orang ingin mengontrol peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka dan untuk mempersepsikan diri mereka sebagai agen (Schunk, 2012: 122).  Kesadaran seseorang bahwa dirinya sebagai inisiator atau agen dari keinginan atau tindakannya  dimanisfestasikan dalam berbagai tindakan yang dipilih karena alasan tertentu, dengan cara tertentu, dan dalam waktu tertentu; yang melibatkan proses kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Zimmerman dan Schunk, inti dari konsepsi agensi pribadi ini adalah regulasi-diri (self-regulation), atau proses di mana individu mengaktifkan dan mempertahankan perilaku, kognisi, dan pengaruh, yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan (Schunk, 2012: 122).

Regulasi-diri dalam belajar, menghadapkan peserta didik pada berbagai pilihan. Misalnya, dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, siswa dihadapkan pada pilihan, mengerjakan tugas pekerjaan matematika dulu, atau bahasa Inggris dulu, dikerjakan sekarang atau nanti, dikerjakan dengan belajar kelompok atau sendiri. Dalam menentukan pilihan, pengalaman, kreativitas, dan kemampuan mengantisifasi berbagai kemungkinan yang muncul ikut memegang peran. Ketika berhadapan dengan situasi tertentu peserta didik terkadang dihadapkan dengan banyak, sedikit, atau tidak ada pilihan lain. Dalam situasi yang demikian peserta didik harus belajar untuk menyesuaian regulasi-diri dengan regulasi eksternal. Misalnya ketika seorang mahasiswa bermaksud menambahkan uraian Bab II karya tulis ilmiahnya yang tentunya membutuhkan waktu, dia harus mempertimbangkan dia harus mempertimbangkan batas akhir penyelesaian tugasnya. 

C. Penerapan Teori Kognitif Sosial dalam Proses Belajar dan Pembelajaran

Banyak ide dalam teori kognitif sosial cocok untuk diterapkan dalam proses belajar dan pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang melibatkan model, efikasi-diri, contoh kerja, dan bimbingan dan pendampingan mencerminkan prinsip-prinsip kognitif sosial (Schunk, 2012: 156-158).

1. Model

Siswa yang mengamati guru yang sedang menjelaskan dan mendemonstrasikan konsep dan keterampilan, cenderung untuk belajar dan percaya bahwa mereka mampu untuk belajar lebih lanjut. Guru juga memberikan informasi efikasi-diri yang persuasif kepada siswa. Guru yang memperkenalkan materi pembelajaran dengan menyatakan bahwa semua siswa dapat belajar dan dengan rajin sehingga mereka akan menguasai keterampilan baru. 

Dengan cara yang sama, model yang berasal dari teman sebaya   (peer models) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Keberhasilan teman sebaya dapat meningkatkan efikasi-diri siswa-siswa lainya, bahwa mereka juga dapat melakukan hal-hal yang sama dengan model teman sebayanya.  Model teman sebaya hendaknya lebih dari satu dan dapat mewakili berbagai jenis kemampuan yang diperagakan dan diobservasi oleh siswa-siswa yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun