Mohon tunggu...
Sekundus Septo Pigang Ton
Sekundus Septo Pigang Ton Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

SEORANG MUSIKAL

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebahagiaan Sejati sebagai Tujuan Peziarahan Manusia

4 April 2022   10:12 Diperbarui: 4 April 2022   11:58 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption:istockphoto.com 

 Penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Militer (Jampidmil) Kejaksaan Agung mengatakan bahwa Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI berinisial YAK sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Tabungan Wajib Perumahan Angkatan Darat (TWP AD) periode 2013-2020. Jumat (10/11/2021). Terjadinya kasus tersebut negara terbebani. "Perbuatan kedua tersangka telah memberi dampak kerugian keuangan negara sebesar Rp127,73 miliar, perhitungan kerugian negara oleh BPKP."[7]

 Dilihat dari kasus tersebut bisa dijelaskan bahwa mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak milik pribadi merupakan perilaku yang buruk, dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Mengenai kasus di atas, hal itu merupakan sebuah tindakan memaknai kebahagiaan masih dalam arti sempit. Dalam arti mengambil hak orang lain untuk kepentingan pribadinya dan hanya mengutamakan harta duniawi dan mementingkan diri sendiri.

Dari kasus ini, bisa dijelaskan bahwa orang tidak lagi menggunakan akal sehatnya, memilih untuk menikmati sebuah kesenangan yang sifatnya hanya sementara dan semata pada saat ini, daripada harus memilih untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan yang sangat besar ketika suatu hari nanti. Sehingga yang dilihatnya ialah sesuatu yang mengikat pancaindra itulah yang dikejarnya yang sebenarnya bukanlah suatu kebahagiaan yang sesungguhnya.

 Menganai ilustrasi di atas Armada Riyanto dalam bukunya menjadi mencintai menuliskan demikian. Kerinduan Jiwa manusia tidak bisa dipenuhi oleh apa yang ada dalam realitas dunia di ini.[8]  Melalui pemahaman ini bisa diartikan bahwa kebahagiaan itu bukanlah semata-mata kebahagiaan fana atau terletak pada materi yang ada di dunia ini. Kebahagiaan di dunia ini tidaklah membawa kepada kebahagian sejati dan sempurna tetapi selalu membawa kepada kebinasaan apabila selalu dituruti.

Dalam hal ini bukan berarti maumengatakan supaya manusia jangan mencari kebahagian itu, tidak melainkan bagaimana setiap orang supaya tidak memaknai kebahagian tersebut hanya dalam pengertian yang sempit, tetapi harus memaknai kebahagiaan yang bersifat batiniah bisa membuat dirinya, nyaman, tenang dan sukses menjalankan hidupnya.  

 Kebahagiaan Batiniah

 Bagi Socrates kebahagian itu berkait erat dengan dunia batin, penyempurnaan dimensi spiritual lewat keutamaan-keutamaan atau ilmu dan pengetahuan.[9] Dalam hal ini berarti kebahagiaan itu tidak terletak pada materi, pada kekayan yang sifatnya binasa tetapi terletak pada dunia batiniah dan spiritual. 

Dunia spiritual ini sebanarnya mau mengajarkan bahwa bagaimana setiap orang menggunakan keutamaan ilmu pengetahuan untuk memakai kebahagiaan di dalam batinnya. Ketika setiap orang sudah merasakan kebahagiaan itu di dalam batinnya, maka dorongan dari dalam diri itu akan terasa membuatnya terus memaknai kebahagiaan sejati. Kebahagiaan itu akan menjadi miliknya dan tidak lagi memaknai kebahagian secara sempit.

 Kriteria untuk hidup bahagia adalah selalu mendidik diri untuk bertekun dalam arte (keutamaan) mengasah mata batin, mempertajam hati atau menyempurnakan jiwa dengan keutamaan yang berarti mewujudkan kodrat hakiki manusia.[10] Bertolak dari konsep Socrates maka bisa dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia adalah makluk yang berakal budi, memiliki rasio untuk mengatur dirinya, namun apa yang dicari tiada lain ialah kebahagiaan. 

Bagi Socrates kebahagiaan itu ada dalam jiwa manusia, dalam arti ia memiliki kekuasaan sepenuhnya, dan kekuasaan itulah yang harus dilakukan dengan menggunakan akal budi untuk mengelola tata hidup batin agar dapat mencapai kebahagiaan sejati.

 Merasakan Kebahagiaan bersama Liyan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun