Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dinamika Hubungan Mahasiswa-Dosen dalam Pembelajaran Online

13 Desember 2023   09:55 Diperbarui: 14 Desember 2023   02:02 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, teori dissonansi kognitif ini bukan hanya teori belaka, tapi sesuatu yang sangat nyata dan bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari kita, termasuk dalam situasi kelas online. Mari kita simpan pemahaman ini dan gunakan untuk memperbaiki cara kita berkomunikasi dan berinteraksi, ya, Sobat Pembaca! Sekarang, kita lanjut ke pembahasan teori lain yang juga nggak kalah menarik!

Konsep Penghargaan dan Pengakuan

Sobat Pembaca, setelah kita mengulik tentang dissonansi kognitif, sekarang kita beralih ke konsep yang sama pentingnya dalam memahami perilaku manusia, khususnya dalam konteks akademis kita: penghargaan dan pengakuan. Ini adalah dua hal yang, percaya atau tidak, sangat mempengaruhi bagaimana kita berperilaku, termasuk para dosen di dunia pendidikan.

Penghargaan dan pengakuan ini sebenarnya kebutuhan dasar manusia, Sobat. Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang hierarki kebutuhan, penghargaan ini berada di tingkat yang cukup tinggi, yang mencakup kebutuhan akan rasa percaya diri, pengakuan dari orang lain, serta rasa dihargai dan dihormati.

Nah, dalam setting akademis, dosen seringkali mendapatkan penghargaan dan pengakuan ini melalui rasa hormat dari mahasiswanya, prestasi akademik, atau kontribusi mereka dalam pendidikan. Jadi, bisa dibayangkan, ketika ada situasi di mana mereka merasa tidak dihargai atau diakui, misalnya saat mahasiswa mengingatkan mereka tentang waktu, ini bisa mempengaruhi bagaimana mereka merespons.

Ini bukan berarti dosen kita egois atau hanya mencari pengakuan, lho. Tapi, ini menunjukkan bahwa seperti kita semua, mereka juga manusia yang memiliki kebutuhan emosional. Saat kebutuhan ini tidak terpenuhi, atau bahkan terancam, mungkin mereka akan merespons dengan cara yang tidak kita harapkan, seperti menjadi defensif atau tersinggung.

Dari sini, kita bisa belajar untuk lebih peka terhadap kebutuhan emosional orang lain, termasuk dosen kita. Mungkin, dengan pendekatan yang lebih menghargai dan mengakui usaha mereka, kita bisa membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih harmonis dan saling mendukung.

Misalnya, ketika perlu mengingatkan dosen tentang waktu, kita bisa menyampaikannya dengan cara yang lebih menghormati dan mengakui usaha mereka. Kata-kata seperti, "Terima kasih atas materi yang menarik hari ini, Pak/Bu. Kami hanya ingin mengingatkan bahwa waktu sudah hampir habis untuk menghormati sesi berikutnya," bisa jadi cara yang lebih baik dibandingkan dengan peringatan langsung yang mungkin terdengar kurang menghormati.

Dengan memahami pentingnya penghargaan dan pengakuan dalam perilaku manusia, kita bisa membuka pintu untuk komunikasi yang lebih baik dan hubungan yang lebih positif, baik dalam dunia akademis maupun di luar sana. Sekarang, mari kita lanjutkan perjalanan kita ke pembahasan berikutnya, Sobat Pembaca!

Studi Kasus dan Contoh Nyata

Mari kita kembali ke situasi yang kita hadapi di kelas online. Di sini, kita punya seorang dosen yang terlambat masuk Zoom dan reaksi yang timbul ketika mahasiswa mencoba mengingatkan. Menggunakan teori dissonansi kognitif dan konsep penghargaan serta pengakuan, kita bisa menganalisis ini lebih dalam.

Saat dosen kita terlambat dan akhirnya masuk ke kelas, mereka mungkin mengalami dissonansi kognitif. Sebagai akademisi, mereka tahu pentingnya waktu dan disiplin, tetapi pada saat yang sama, mereka terlambat. Ketika diingatkan oleh mahasiswa, dissonansi ini menjadi lebih nyata. Mereka mungkin merasa, "Saya sebagai dosen seharusnya memberi contoh yang baik, tapi saya malah terlambat." Saat ego dan gengsi mereka terguncang, reaksi defensif muncul sebagai cara untuk mengurangi ketidaknyamanan internal tersebut.

Selanjutnya, konsep penghargaan dan pengakuan juga berperan. Sebagai dosen, mereka biasa mendapatkan rasa hormat dan pengakuan dari mahasiswa. Ketika mahasiswa, yang biasanya berperan sebagai penerima dalam dinamika kekuasaan ini, mengambil inisiatif untuk mengingatkan, ini bisa dirasakan sebagai pengurangan penghargaan yang biasa mereka terima. Ini bukan soal mereka tidak ingin diingatkan, tapi lebih kepada bagaimana mereka diingatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun