Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Scroll, Tertawa, Lupa Waktu

8 November 2023   08:22 Diperbarui: 8 November 2023   08:28 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, ini ironis banget sama si ikan mas. Ikan kecil di aquarium, yang mungkin kita anggap nggak terlalu spesial, tapi dia bisa fokus lebih lama dari kita, manusia dengan segala teknologi canggihnya. Lucu ya, tapi ini kenyataan.

Scroll Cepat, Sabar Menipis

Kita lanjutkan cerita seru kita. Sekarang, kita ngomongin soal dampak sosial dan psikologis dari kebiasaan nonton video pendek. Ini serius tapi santai, lho.

Pernah nggak sih, kita merasa kayak "Ah, kok internet lemot sih, lama banget ngeload!" padahal baru nunggu beberapa detik? Atau, saat kita pesan makanan online, rasanya kayak setahun nunggu makanan datang. Nah, ini semua ada hubungannya sama kebiasaan kita nonton video pendek yang bikin kita terbiasa dengan gratifikasi instan.

Kita jadi kayak orang yang selalu pengen semuanya cepat. Mau informasi, hiburan, semuanya instant. Kayak mie instan yang langsung jadi. Tapi, efek sampingnya? Kita jadi kurang sabar dalam banyak hal. Sabar itu kayak baterai hp, lama-lama menipis kalau terus-terusan di-charge terus-menerus.

Nah, dari sisi psikologis, kebiasaan ini juga bisa bikin kita kecanduan, loh. Kita jadi kayak zombie, tangan kita otomatis scroll tanpa henti. Pernah nggak sih, niatnya cuman mau liat sebentar, eh tahu-tahu udah berjam-jam? Itu tanda-tanda kecanduan itu sudah mulai nongol.

Video Panjang? Ah, Skip Dulu Deh!

Sekarang, kita bahas tentang dampak dari kebiasaan menonton video pendek terhadap cara kita menerima konten yang lebih panjang dan mendalam, seperti video motivasi atau edukatif.

Pernah nggak sih, saat kita mencoba nonton video tutorial atau webinar yang durasinya lebih dari 10 menit, tiba-tiba tangan ini gatel pengen scroll lainnya? Atau, saat nonton video motivasi, di menit ke-3 kita udah mikir, "Hmm, ada yang lebih singkat nggak ya?" Ini nih, efek dari kebiasaan menikmati yang cepat dan singkat.

Kita jadi kayak kehilangan 'muscle memory' untuk duduk dan menikmati sesuatu yang membutuhkan waktu lebih lama. Pikiran kita jadi kayak anak kecil yang susah diem. Duduk lima menit aja rasanya kayak duduk lima jam. Padahal, banyak loh, pelajaran berharga di video-video panjang itu.

Lalu, gimana dengan apresiasi kita terhadap konten yang butuh pemikiran mendalam? Kayaknya, ini juga ikut menurun, deh. Kita jadi susah untuk terkoneksi dengan ide-ide atau pesan yang butuh waktu lebih lama untuk dicerna. Semuanya mau yang instant, yang cepat masuk, cepat paham.

Ini tantangan besar, lho, terutama buat kita yang pengen terus belajar dan berkembang. Kita butuh cara untuk bisa 'slow down', menikmati proses belajar yang lebih panjang dan mendalam.

Kisah Si Ani dan Maraton Media Sosial

Cerita kita kali ini datang dari kisah nyata. Ada seorang kawan, namanya Si Ani. Ani ini pengguna media sosial yang aktif banget. Dari pagi sampai pagi lagi, timeline-nya nggak pernah sepi dari scroll-scroll tak berujung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun