Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Scroll, Tertawa, Lupa Waktu

8 November 2023   08:22 Diperbarui: 8 November 2023   08:28 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita semua tau dong, ya, zaman sekarang ini, scroll-scroll di media sosial udah jadi kayak makan pagi. Rutinitas! Apalagi sama yang namanya video pendek. Mau di YouTube, Instagram, TikTok, mana aja ada. Kita buka aja app-nya, eh, tahu-tahu udah ketawa ngakak sama video kucing yang lagi joget-joget.

Tapi, pernah nggak sih, kita tiba-tiba ngeh, "Duh, kok gini ya? Dulu bisa loh, duduk manis nonton video tutorial masak selama setengah jam. Sekarang? Lima menit aja udah bosen." Nah, di sinilah masalahnya. Kita semua udah terbiasa sama yang cepat dan singkat, sampai-sampai yang panjang dan mendalam jadi terasa kayak ngantre di bank.

Jadi, gimana dong? Apakah video pendek ini udah bikin kita jadi 'manusia fokus mikro' yang cuma bisa nahan perhatian beberapa detik doang?

Si Ikan Mas dan Misteri Fokus yang Hilang

Cerita kita kali ini dimulai dari sebuah fakta yang bikin alis naik. Tau nggak, menurut studi dari Microsoft, span fokus manusia itu menurun dari 12 detik jadi cuma 8 detik aja, loh! Bayangin, lebih pendek dari waktu nunggu micin larut di air panas!

Ada yang bilang, kita kalah sama ikan mas. Iya, ikan mas! Katanya sih, ikan mas bisa fokus sampai 9 detik. Jadi, kalau ada lomba fokus antara kita sama ikan mas, kita bakal kalah dong. Lucu ya, tapi ini serius.

Sekarang, kita coba renungkan deh. Apa sih yang bikin kita jadi kayak gini? Salah satunya ya, tentu saja, video-video pendek yang kita scroll tiap hari. Dari yang lucu-lucuan sampai yang serius, semuanya cepat dan singkat. Kita jadi terbiasa dengan informasi yang datang cepat dan hilang cepat. Kayak mie instan, cepat dimasak, cepat juga dimakan.

Kita nggak sadar, kebiasaan ini perlahan-lahan menggerus kemampuan kita untuk fokus dalam waktu yang lama. Dulu, nonton film satu jam tuh kayak nggak ada apa-apanya. Sekarang? Lima menit pertama aja udah mulai cek ponsel. Ironis, kan?

Si Ikan Mas dan Durasi Video yang Bikin Lupa Diri

Cerita kita sebelumnya udah ngomongin soal ikan mas yang bisa fokus lebih lama dari kita. Sekarang, kita bahas lebih dalam lagi nih, tentang gimana sih video pendek itu pengaruhnya ke fokus kita dalam jangka panjang.

Jadi gini, kita tuh kayaknya udah terprogram deh, buat nyari hal-hal yang cepat dan singkat. Setiap hari, kita disuguhi video-video yang durasinya cuman hitungan detik. Efeknya? Otak kita jadi terbiasa dengan gratifikasi instan. Mau info? Scroll, dapet. Mau hiburan? Scroll lagi, dapet lagi.

Lama-lama, tanpa kita sadari, hal ini berdampak ke kemampuan kita untuk fokus dalam waktu yang lebih lama. Mau belajar atau kerja yang butuh konsentrasi lebih? Eh, tiba-tiba kok ya rasanya berat. Kita jadi kayak kehilangan stamina untuk fokus. Kalau nggak percaya, coba deh, hitung berapa kali kita cek ponsel saat lagi nonton film atau belajar. Pasti lebih sering daripada yang kita kira.

Nah, ini ironis banget sama si ikan mas. Ikan kecil di aquarium, yang mungkin kita anggap nggak terlalu spesial, tapi dia bisa fokus lebih lama dari kita, manusia dengan segala teknologi canggihnya. Lucu ya, tapi ini kenyataan.

Scroll Cepat, Sabar Menipis

Kita lanjutkan cerita seru kita. Sekarang, kita ngomongin soal dampak sosial dan psikologis dari kebiasaan nonton video pendek. Ini serius tapi santai, lho.

Pernah nggak sih, kita merasa kayak "Ah, kok internet lemot sih, lama banget ngeload!" padahal baru nunggu beberapa detik? Atau, saat kita pesan makanan online, rasanya kayak setahun nunggu makanan datang. Nah, ini semua ada hubungannya sama kebiasaan kita nonton video pendek yang bikin kita terbiasa dengan gratifikasi instan.

Kita jadi kayak orang yang selalu pengen semuanya cepat. Mau informasi, hiburan, semuanya instant. Kayak mie instan yang langsung jadi. Tapi, efek sampingnya? Kita jadi kurang sabar dalam banyak hal. Sabar itu kayak baterai hp, lama-lama menipis kalau terus-terusan di-charge terus-menerus.

Nah, dari sisi psikologis, kebiasaan ini juga bisa bikin kita kecanduan, loh. Kita jadi kayak zombie, tangan kita otomatis scroll tanpa henti. Pernah nggak sih, niatnya cuman mau liat sebentar, eh tahu-tahu udah berjam-jam? Itu tanda-tanda kecanduan itu sudah mulai nongol.

Video Panjang? Ah, Skip Dulu Deh!

Sekarang, kita bahas tentang dampak dari kebiasaan menonton video pendek terhadap cara kita menerima konten yang lebih panjang dan mendalam, seperti video motivasi atau edukatif.

Pernah nggak sih, saat kita mencoba nonton video tutorial atau webinar yang durasinya lebih dari 10 menit, tiba-tiba tangan ini gatel pengen scroll lainnya? Atau, saat nonton video motivasi, di menit ke-3 kita udah mikir, "Hmm, ada yang lebih singkat nggak ya?" Ini nih, efek dari kebiasaan menikmati yang cepat dan singkat.

Kita jadi kayak kehilangan 'muscle memory' untuk duduk dan menikmati sesuatu yang membutuhkan waktu lebih lama. Pikiran kita jadi kayak anak kecil yang susah diem. Duduk lima menit aja rasanya kayak duduk lima jam. Padahal, banyak loh, pelajaran berharga di video-video panjang itu.

Lalu, gimana dengan apresiasi kita terhadap konten yang butuh pemikiran mendalam? Kayaknya, ini juga ikut menurun, deh. Kita jadi susah untuk terkoneksi dengan ide-ide atau pesan yang butuh waktu lebih lama untuk dicerna. Semuanya mau yang instant, yang cepat masuk, cepat paham.

Ini tantangan besar, lho, terutama buat kita yang pengen terus belajar dan berkembang. Kita butuh cara untuk bisa 'slow down', menikmati proses belajar yang lebih panjang dan mendalam.

Kisah Si Ani dan Maraton Media Sosial

Cerita kita kali ini datang dari kisah nyata. Ada seorang kawan, namanya Si Ani. Ani ini pengguna media sosial yang aktif banget. Dari pagi sampai pagi lagi, timeline-nya nggak pernah sepi dari scroll-scroll tak berujung.

Suatu hari, Ani mendapat tugas dari kampusnya untuk nonton video kuliah online yang durasinya hampir satu jam. "Satu jam? Bisa nonton berapa video TikTok tuh," batinku sambil mulai memutar video. Tapi apa yang terjadi? Lima menit pertama, Ani udah mulai gelisah. Lima menit berikutnya, ponselnya udah di tangan, dan mata ini sudah melirik notifikasi yang berdering.

Ini contoh nyata gimana media sosial dan video pendeknya bisa bikin kita susah fokus. Ani, kayak banyak dari kita, udah terbiasa dengan konten cepat yang langsung ngasih kita hiburan atau informasi dalam hitungan detik. Jadi, ketika harus fokus pada satu hal dalam waktu yang lama, Ani jadi kayak ikan kecil yang terlempar ke lautan terbuka. Kebingungan!

Nah, kalau kita analisis tren konten di media sosial, kita bisa lihat nih, semuanya berlomba-lomba buat ngasih konten yang semakin singkat dan cepat. Kenapa? Karena itulah yang seringnya kita tonton, itu yang bikin kita betah di aplikasi mereka lebih lama lagi.

Tapi, jangan salah, cerita kita nggak berakhir di sini. Ada sisi lain dari koin ini. Ada harapan dan cara untuk mengatasi godaan scroll yang tak terhindarkan itu. Di bagian selanjutnya, kita bakal ngulik gimana caranya Ani dan kita semua bisa mengambil kembali kendali atas fokus kita. Jadi, jangan kemana-mana. Sambil ngunyah snack, kita lanjutkan petualangan kita melawan 'monster distraction' ini.

Scrolling Santai, Fokus Kembali

Cerita kita belum selesai, teman-teman. Sekarang, kita ngomongin soal strategi dan trik jitu buat ngebantu kita fokus lagi dan kurangin ketergantungan sama video-video pendek itu. Tenang aja, nggak pakai istilah yang rumit, kita pake bahasa sehari-hari yang mudah dicerna.

Daftar Gangguan: Jurus Jitu Tetap Fokus

Pertama, ada yang namanya 'Daftar Gangguan' sebuah teknik simpel tapi ampuh buat menjaga fokus kita. Kita semua pasti pernah mengalami momen saat sedang asyik mengerjakan sesuatu, tiba-tiba pikiran kita terbang ke hal lain. Bisa jadi itu ide untuk projek baru, ingatan tentang film yang belum selesai ditonton, atau bahkan rasa penasaran, "Udah ada yang like foto terbaru gue belum ya?"

Nah, di saat seperti ini, 'Daftar Gangguan' ini bisa jadi penyelamat. Caranya gampang banget. Siapkan kertas kosong atau buka aplikasi notes di hp. Setiap kali ada pikiran atau keinginan yang mengganggu, tulis aja di daftar itu. Misalnya, "Pengen cek Instagram", atau "Ingat belum nonton episode terakhir serial favorit". Tulis apa pun yang mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan utama.

Manfaat dari teknik ini? Pertama, kita nggak langsung meladeni hasrat untuk terdistraksi. Kita mengakui keberadaan mereka, tapi kita juga memberi batasan. Ini kayak ngasih sinyal ke otak kita, "Oke, aku dengar kamu, tapi sekarang bukan waktunya."

Kedua, ini membantu kita untuk lebih mengenal pola distraksi kita sendiri. Setelah beberapa hari, coba lihat daftar itu dan analisis. Apa sih yang paling sering mengalihkan perhatian? Dengan tahu polanya, kita bisa cari solusi lebih spesifik. Misalnya, kalau kita sering terganggu karena ingin cek media sosial, mungkin kita bisa atur waktu khusus untuk itu, di luar jam kerja atau belajar.

Ketiga, ini bikin kita lebih terorganisir. Dengan menuliskan, kita secara tidak langsung 'mengeluarkan' distraksi itu dari pikiran kita dan memindahkannya ke tempat lain. Ini memberikan efek lega dan membebaskan ruang mental kita untuk fokus pada tugas yang sedang dikerjakan.

Jadi, itu dia 'Daftar Gangguan', cara mudah untuk mengelola distraksi. Dengan menerapkan teknik ini, kita bisa lebih mengontrol waktu dan pikiran kita, serta meningkatkan produktivitas.

Aturan 10 Menit: Sabar Sejenak, Fokus Kembali

Kedua, kita coba trik 'Aturan 10 Menit' trik sederhana yang bisa membantu kita mengelola keinginan tiba-tiba untuk terdistraksi. Bayangkan kita sedang di pantai, melihat ombak yang datang dan pergi. Kita tidak langsung terjun ke air saat ombak besar datang, melainkan menunggu sampai ombak itu reda. Nah, 'Aturan 10 Menit' ini mirip dengan itu.

Kita seringkali mendapat godaan untuk memeriksa ponsel, entah itu karena notifikasi yang muncul atau sekedar keinginan spontan untuk scrolling media sosial. Di saat seperti itu, kita coba terapkan 'Aturan 10 Menit'. Kita beri diri kita tantangan untuk tidak memenuhi keinginan tersebut selama 10 menit.

Manfaat dari aturan ini banyak loh. Pertama, kita belajar untuk menunda kepuasan sesaat. Ini membantu kita mengembangkan kontrol diri yang lebih baik. Kedua, seringkali setelah 10 menit, kita akan merasa keinginan itu tidak lagi sekuat sebelumnya. Ombak keinginan itu sudah reda. Ini membantu kita mengurangi kebiasaan bereaksi impulsif terhadap distraksi.

Ketiga, aturan ini memberikan kita waktu untuk refleksi. Dalam 10 menit tersebut, kita bisa bertanya pada diri sendiri, "Apakah benar-benar penting untuk saya melakukan ini sekarang?" Atau "Apakah ini akan membantu saya dalam mencapai tujuan hari ini?" Seringkali, jawabannya akan membuat kita memutuskan untuk tetap fokus pada tugas utama.

Keempat, 'Aturan 10 Menit' ini juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesadaran diri kita. Kita jadi lebih paham tentang apa yang sering mengganggu kita dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya. Dengan mengenali pola ini, kita bisa lebih mudah mengontrolnya.

Kelima, aturan ini juga memberikan kita kesempatan untuk beristirahat sejenak dari tugas yang sedang dikerjakan. Ini penting untuk mencegah kelelahan mental. Jadi, bukan hanya menghindari distraksi, tapi kita juga memberi otak kesempatan untuk bernapas sejenak.

Jadi, 'Aturan 10 Menit' bukan hanya tentang menahan diri dari distraksi, tapi juga tentang membangun kebiasaan yang lebih baik dalam mengelola waktu dan pikiran kita. Yuk, kita coba terapkan aturan ini. Mungkin awalnya terasa sulit, tapi seiring waktu, kita akan merasakan manfaat besar dari kebiasaan ini!

Buat Konten yang Ngena di Hati, Bukan Cuma di Mata

Nah, sekarang kita ngomongin soal saran buat para pencipta konten. Kalian, yang setiap hari buat konten di media sosial, ini penting nih. Gimana sih caranya bikin video yang nggak cuma menarik, tapi juga edukatif dan bisa memotivasi orang lain?

Pertama, ingat, "Kualitas itu Raja". Konten yang bagus nggak cuma soal lucu atau viral aja, tapi juga harus punya isi yang bermakna. Jadi, pas bikin konten, pikirkan pesan apa yang mau disampaikan. Apakah ini bisa memberi nilai tambah bagi yang nonton?

Kedua, "Jadilah Unik dan Otentik". Orang tuh suka dengan sesuatu yang baru dan asli. Jadi, coba deh, tunjukin ciri khas atau gaya kamu yang membedakan dengan yang lain. Ini bisa jadi magnet yang kuat buat menarik perhatian penonton.

Ketiga, "Kemas dengan Cara yang Menarik". Ini penting nih. Walaupun kontennya bagus, tapi kalau penyajiannya biasa aja, bisa-bisa penonton skip. Gunakan cara penyajian yang kreatif, bisa dengan storytelling, humor, atau visual yang menarik. Bikin penonton penasaran dan ingin tau lebih.

Terakhir, "Buat Konten yang Interaktif". Kasih kesempatan buat penonton untuk ikut berpartisipasi. Bisa dengan minta mereka komen, jawab pertanyaan, atau buat polling. Ini bisa bikin penonton lebih terlibat dan merasa jadi bagian dari konten kamu.

Santai Tapi Fokus: Mengambil Pelajaran dari Media Sosial

Nah, kita sudah sampai di akhir cerita kita yang asyik dan penuh pelajaran ini. Mari kita simpulkan apa yang kita pelajari soal dampak negatif dari tren media sosial dan pentingnya kesadaran serta kontrol diri dalam mengonsumsi media.

Pertama, kita udah ngomongin gimana video pendek di media sosial bisa mengganggu kemampuan kita untuk fokus dan menghargai konten yang lebih panjang dan mendalam. Ini bukan soal nggak suka atau males, tapi otak kita udah terbiasa dengan gratifikasi instan yang diberikan oleh konten cepat dan singkat. Akibatnya, saat kita harus menghadapi konten yang membutuhkan konsentrasi lebih lama, kita jadi kesulitan.

Kedua, kita juga ngomongin tentang pentingnya mengembangkan kesadaran diri dan kontrol diri dalam mengonsumsi media. Ini penting banget, karena di era serba digital ini, kita harus bisa jadi 'kapten' yang baik untuk 'kapal' pikiran kita. Kita perlu belajar untuk tidak terbawa arus informasi yang tak ada habisnya dan memilih dengan bijak apa yang benar-benar bermanfaat bagi kita.

Kesadaran diri ini bisa kita bangun dengan menerapkan strategi seperti 'Daftar Gangguan' dan 'Aturan 10 Menit', yang kita udah bahas sebelumnya. Kedua strategi ini bukan cuma membantu kita untuk fokus, tapi juga mengajarkan kita untuk lebih menghargai waktu dan pikiran kita.

Jadi, di akhir cerita ini, kita bisa ambil pelajaran bahwa meskipun media sosial memberikan banyak manfaat, kita harus tetap waspada dan bijak dalam menggunakannya. Jangan biarkan media sosial menguasai kita, tapi gunakanlah media sosial sebagai alat untuk mendukung tujuan dan kebutuhan kita.

Ingat, di dunia yang penuh distraksi ini, memiliki kemampuan untuk fokus dan mengontrol diri adalah kunci untuk sukses dan kebahagiaan. Jadi, yuk, kita mulai lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan menjaga agar pikiran kita tetap santai tapi fokus!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun