Mohon tunggu...
Kuncoro Maskuri
Kuncoro Maskuri Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Linguistik Pragmatik

Pembelajar Bahasa/Linguistik, Sosial Budaya, Pendidikan, dan Keagamaan. (email: dibyomaskuri@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Amerika di Tempe Goreng

19 Februari 2018   23:08 Diperbarui: 22 Februari 2018   07:34 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun pada jenis tempe goreng bertepung ini ada unsur Amerikanya, ini tidak mengurangi eksistensi tempe goreng sebagai produk budaya asli Indonesia tetapi justru menguatkannya. Ketika dia berada di tempat makan yang mewah, bahkan paling mewah sekalipun, namanya tetap ‘tempe goreng’, bukan ‘fried tempe’, ya kan? Berbeda halnya dengan ‘ayam goreng’,  masyarakat kita akan menyebutnya atau  menggantinya dengan sebutan ‘fried chicken’ ketika menginginkan makanan dari daging ayam yang digoreng berselimut tepung.

Lebih-lebih kalau anak-anak yang menginginkan ‘fried chicken’, mereka akan menolak bila yang diberikan adalah ayam goreng yang tidak diselimuti tepung. Bisa jadi anak-anak akan bertutur kepada ibunya:

”Bunda, adik mintanya ‘fried chicken’ bukan ‘ayam goreng’ atau ‘Bunda, adik kok dibeliin ‘ayam goreng’ bukan ‘fried chicken?"

Jadi jelas bahwa  secara sosio-kultural, ‘tempe goreng’ berselimut tepung, meskipun ada unsur Amerikanya, memiliki hegemoni budaya yang lebih kuat daripada ‘ayam goreng’ dan oleh karenanya tetap merupakan produk budaya Indonesia. 

Tempe goreng tanpa selimut tepung menunjukkan budaya asli Indonesia sedangkan tempe goreng berselimut tepung menunjukkan budaya akulturasi antara Indonesia dan Amerika, namun nama dan esensi kultur keduanya  adalah tetap satu  Indonesia: TEMPE GORENG.

Maka sudah seharusnya kita orang Indonesia bangga dengan produk budaya negeri sendiri dan memberi apresiasi yang tinggi, apapun jenis produk budaya itu, apakah makanan (tempe goreng, rendang, dll), minuman (jamu, dll), pakaian (peci, batik, dll), seni budaya (reog, tari kecak, dll), ataupun yang lainnya.

Kalau di jaman pra-kemerdekaan Indonesia dahulu, kata kakek nenek kita, pernah ada semacam slogan/istilah ‘bangsa tempe’ yang maksudnya adalah menggambarkan bangsa berkarakter lemah, maka di jaman sekarang  itu berubah total.

‘Bangsa tempe/tempe goreng’ di zaman now menunjukkan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas,  kuat dan cerdas menghadapi permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara, kuat dan cerdas menghadapi pengaruh budaya asing, kuat dan cerdas menggolarakan semangat keberagaman secara beradab dan berkemajuan, kuat dan cerdas delam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan secara berkeadilan, kuat dan cerdas menghadapi berita/informasi hoaks dan berunsur SARA, dan lain-lain. TEMPE GORENG produk budaya asli negeri tercinta INDONESIA.

(Solo819022018)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun