Mohon tunggu...
Kuncoro Maskuri
Kuncoro Maskuri Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Linguistik Pragmatik

Pembelajar Bahasa/Linguistik, Sosial Budaya, Pendidikan, dan Keagamaan. (email: dibyomaskuri@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Amerika di Tempe Goreng

19 Februari 2018   23:08 Diperbarui: 22 Februari 2018   07:34 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan baku untuk membuat tempe adalah kedelai ,  tanaman kedelai tumbuh subur di negeri katuliswa ini. Sehingga pengrajin tempe, baik yang tradisional maupun modern, sacara relatif  tidak  menjumpai kesulitan untuk memproduksinya. Walaupun pernah dalam beberapa tahun belakangan ini, para pengrajin tempe mengalami kesulitan memperoleh kedelai, sehingga pemerintah harus mengimpor kedelai dari negara tetangga.

Kesulitan tersebut bisa jadi disebabkan oleh konsumsi kedelai yang sangat tinggi di masyarakat atau adanya gagal panen di banyak tempat penghasil kedelai di tanah air, sehingga suplai kedelai di tanah air tidak tercukupi.

Pengimporan kedelai dari negara tetangga seperti Thailand atau Vietnam tidak mengubah eksistensi ‘tempe’ sebagai produk budaya asli Indonesia. Justru dengan adanya pengimporan kedelai dari Thailand atau Vietnam, ‘tempe’ sebagai sebagai sebuah produk budaya Indonesia dipeekenalkan secara tidak langsung ke Thailand dan Vietnam_ meskipun mungkin masih dalam tataran ‘tempe’ sebagai sebuah gagasan/konsep budaya.

Sebagai pengekspor kedelai Thailand atau Vietnam kecil kemungkinannya tidak mengetahui untuk apa Indonesia mengimpor kedelai. Fakta lain yang menarik dan membanggakan adalah tempe menjadi salah satu makanan favorit bagi sebagian masyarakat Jepang, tempe sudah cukup popular bagi orang  Jepang.

Tempe di Jepang  dikenalkan oleh orang Indonesia bernama Rustono, berasal dari Grobogan dan beristri orang Jepang, Jawa Tengah pada tahun 1997/1998 (kompas.com/21 Pebruari 2010). Karena usaha tempenya di Jepang termasuk sukses, Rustono dijuluki ‘King of  Tempe’ Jepang , dia sudah memiliki satu pabrik tempe di Jepang dan penyebaran tempenya sudah di 490 kota/tempat di Jepang. Sebagai orang Indonesia (mestinya) kita merasa bangga dengan apa yang telah dilakukan oleh Rustono.

Ketika kedelai dibuat menjadi tempe dan kemudian tempe dimasak secara digoreng maka jadilah makanan siap santap  yang dinamakan ‘tempe goreng’.  Tempe goreng sebagai sebuah  produk budaya Indonesia ternyata juga mengalami proses akulturasi dengan budaya lain, budaya asing.

Kenapa  bisa begitu? Kita bisa melihatnya dari jenis tempe goreng yang sehari-hari bisa kita jumpai di warung-warung makan, rumah makan, ataupun di rumah kita sendiri.

Ada dua jenis tempe goreng, yang pertama murni tempe goreng Indonesia yaitu tempe yang digoreng tanpa diselimuti dengan tepung dan yang kedua  tempe yang digoreng dengan diselimuti tepung, tempe goreng akulturasi. Tempe goreng akulturasi itu menggunakan tepung yang berasal dari gandum, gandum diimpor dari negara Amerika. Oleh karena itu, tempe goreng yang berselimut tepung mengalami akulturasi budaya_ budaya Indonesia dan budaya Amerika.   Jadi tidak salah kan, kalau kita nyatakan bahwa pada tempe goreng berselimut tepung ini ada unsur Amerikanya. 

Tempe goreng yang berselimut tepung ini sekarang sangat mudah dijumpai dimana-mana, penjual makanan gorengan di kota-kota ataupun di desa-desa di Indonesia bisa dipastikan menyediakan tempe goreng berselimut tepung ini selain makanan gorengan lainnya.

Tempe goreng bertepung inipun akhirnya juga mengalami perluasan pola konsumsi, dari yang hanya untuk lauk pauk (makanan pendamping nasi) untuk makan pagi, makan siang ataupun makan malam meluas menjadi makanan ringan (snack) yang dikonsumsi oleh masyarakat luas di segala waktu.

Sebagai buktinya, bila kita berkunjung ke rumah kerabat/teman ataupun kita kedatangan tamu kerabat/teman, tempe goreng  bertepung tidak jarang disajikan sebagai suguhan ringan, bukan tempe goreng tanpa tepung (akan dianggap aneh lauk pauk kok dijadikan sebagai snack ‘suguhan ringan’_ padahal sebetulnya tidak apa-apa juga ya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun