Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Natal, Penolakan, dan Toleransi Beragama: Belajar Dari Leuwayan

13 Januari 2023   08:58 Diperbarui: 13 Januari 2023   09:08 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada perayaan Paskah tingkat Paroki Salib Suci Hoelea, Kedang, yang berpusat di stasi Santu Petrus Leuwayan, ketua panitianya adalah seorang Muslim, Ibrahim Reha Apenobe. Sebaliknya pada hari raya Maulud Nabi tingkat kecamatan Omesuri yang berpusat di desa Leuwayan, ketua panitianya dari kalangan Katolik, Antonius Tua Amuntoda.

Di Leuwayan, tidak ada sekat berlabel agama. Karena agama yang kami peluk adalah agama kemanusiaan. Di Leuwayan, tidak perbedaan atas dasar agama. Karena agama yang kami anut adalah agama cinta. Di Leuwayan, perbedaan dalam keyakinan tidak menjadi penghalang untuk merajut persaudaraan. Perbedaan keyakinan, sebaliknya, adalah tali untuk mempererat persaudaraan. Perbedaan bagi kami adalah benang untuk menyulam perdamaian.

Intoleransi keagamaan yang terjadi di negeri ini bukan karena kita tidak cinta damai. Tetapi karena diamnya orang-orang toleran. Negara kita sesungguhnya sangat toleran. Sikap toleransi sudah lama tumbuh dan terajut di tengah masyarakat. Benih-benih toleransi sudah lama tertaman dalam kehidupan masyarakat. Sebagai negara yang cinta damai, sikap intoleransi keagamaan harus dilawan dengan menyebarkan praktek baik toleransi di daerah kita. Jangan ada toleransi terhadap tindakan intoleransi keagamaan di negeri ini.

Catatan: Artikel ini telah dipublikasikan di media online floresnews.com tanggal 03 Januari 2023. Saya publikasikan kembali di Kompasiana agar dapat dibaca lebih banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun