Robert Bala dalam bukunya Menjadi Guru Hebat Zaman Now menjelaskan secara prinsip, ada tiga kriteri yang mewakili tiga kompetensi guru dalam mengajar, yakni memahami konsep (written curriculum), metodologi mengajar (taught curriculum), dan evaluasi (assessed curriculum).
Konsep adalah hal yang dimiliki guru dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Artinya pengetahuan yang diperoleh selama masa pendidikan dan terus dibarui dalam proses belajar. Lewat kemampuan membaca, menganalisis, tidak terkecuali menonton berita berkualitas melalui media eletronik mematangkan guru dalam pemahaman konsep.
Tidak hanya objek pengetahuan, pemahaman tentang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan juga sangat urgen. Pengetahuan psikologis menjadi sangat penting agar guru dapat membantu anak didik mencapai kesempurnaan pada etape hidupnya.
Pemahaman konsep tidak bisa dipisahkan dari kurikulum tertulis. Kurikulum adalah sebuah bantuan. Seorang guru harus memahami materi yang harus diajarkan untuk periode tertentu dengan siswa tertentu.Â
Dari hal ini dapat terlukis tujuan yang dapat dicapai dalam periode tersebut. Artinya seorang guru sudah mengetahui rambu-rambu sehingga dalam periode itu ia bisa menyiapkan diri dan memantaskan diri agar dapat memenuhi jangkauan pengetahuan itu.
Proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan atau disebut konsep akan disampaikan oleh guru kepada siswa. Di sinilah dibutuhkan alat, metode, cara yang memungkinkan agar pengetahuan konseptual yang telah terbentuk dapat sampai kepada siswa secara tepat.Â
Metode adalah jembatan yang mengantar pengetahuan kepada siswa sehingga konsep dapat disampaikan dengan baik dan benar. Untuk sampai pada tahap ini guru harus memahami realitas siswa dengan mengenali karakter kelas, memberikan kesempatan kepada siswa menyampaikan pendapat dan memberikan materi yang mereka harapkan.
Penggunaan metode yang tepat akan membuat pembelajaran menjadi menarik. Untuk itu ada empat hal sederhana yang bisa dilakukan yaitu, case method yaitu menyiapkan bahan ajar yang menggunakan contoh kasus yang pernah terjadi terkait dengan pelajaran dan topic yang diajarkan; pembelajaran melalui permainan; pengajaran menggunakan media sosial; dan penerapan self learning.
Kebenaran akan konsep dan ketepatan metode akan diuji dari hasil yang diperoleh dari ujian. Di sini, ujian bagi siswa mestinya menjadi ujian juga bagi guru. Ujian dilihat sebagai evaluasi tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru. Guru harus menjadikan hasil ujian siswa sebagai evaluasi diri guru.
Evaluasi diarahkan kepada pencapaian siswa, baik berupa kemampuan praktis dan nyata maupun kemampuan intelektual melalui ujian. Evaluasi atas siswa menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana konsep keilmuan diterima oleh siswa.Â
Sementara bagi guru, evaluasi perlu dilakukan setiap hari melalui jurnal pengajaran. Sebagaimana tukang kayu yang harus rutin mengasah gergajinya agar hasil yang diharapkan tidak berkurang, guru juga harus menjadikan evaluasi diri untuk melihat keberhasilan dan kegagalan sebagai masukan dalam merancang kembali proses pembelajaran.