Ya sudah aku bela-belain untuk pakai uang dua ratus itu karena uang segitu nanti bakal aku lunasi dan kalau sudah ada aku kembalikan, keluhnya.Â
Hanya sekedar dua ratus. Sehari-hari memang keluarga ku tidak harmonis. Aku sebenarnya tidak ingin menceritakan hal tersebut tapi ya sudah karena sudah kejadian.
Lalu aku rasa pabila terjadi pada sahabatku si adik. Aku harus turun dan pasang badan terkait perihal lelucon gila atau fitnah atau bahkan pencemaran nama baik ini.Â
Aku sama sekali tidak menyebutkan subjek terkait barang haram terebut. Pabila ibunya kekeh dan tetap kekeh dengan pendapat itu. Ya sudah perang adalah perang. Ini hanya korban fitnah yang disampaikan oleh pengkhianat. Ini pelajaran dan ilmu yang ku dapati di Univeristas Kera Cokil. Semua ada hikmahnya dan sama sekali tidak suka dengan sifatnya.
Hari setelah kejadian itu aku tahu. Jangan sekali-kali mutlak percaya pada omongan orang lain sekalipun dengan seorang ibu. Aku lebih memuliakan ibu sendiri ketimbang percaya pada ibunya orang lain. Adakah permohonan maaf dari kekasihnya ? tunggu saja sampai kiamat tiba. Pendengki di masa pendemi. Ah lu, candanya.
Kamis, 11 Juni 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H