Mohon tunggu...
Kukuh Darma Setiawan
Kukuh Darma Setiawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengabdian

25 November 2024   13:36 Diperbarui: 25 November 2024   13:45 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akankah pengabdianku sia sia karena hal seperti ini?

Hari itu, dinginnya udara malam hari menusuk perlahan tubuh. Kabut pun perlahan mulai turun dari perbukitan yang tak cukup jauh dengan. Seseorang dengan tatapan gelisah mulai menatap kabut yang perlahan turun itu sambil memegang secangkir kopi yang tak lama ia seduh dengan rekan rekannya. Seolah olah ada perasaan rindu, cemas, senang, terharu yang bercampur di tatapannya.

Ya, dia adalah David

David merupakan seorang tentara angkatan darat yang sedang menjalankan tugas pengabdiannya kepada negara. Sudah lama sekali ia tak berjumpa dengan keluarga dan saudara saudaranya yang jauh di kota. David mendapatkan tugas di tempat dataran tinggi yang jaraknya jauh dari rumahnya.

Tak terasa waktu yang dijalani David untuk pangabdiannya kurang 3 bulan. Perasaan David yang campur aduk mulai menyelimuti hatinya. Perasaan senang, sedih, terharu perlahan lahan mulai memenuhi hati David. Senang karena bisa berjumpa dengan keluarga dan saudaranya yang sudah lama sekali tak ia jumpai. Sedih karena ia pasti akan berpisah dengan orang orang di kampung tempat ia bertugas, yang mana sudah David anggap keluarga sendiri. Terharu karena ia sudah menjalankan tugas selama 1 tahun.

Keesokan paginya, seperti biasa David bangun lebih pagi dari teman temannya. Ia pun mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar "tok tok tok, Mas Daviddd", "iyaaa sebentar" saut David. David mulai melangkah membukakan pintu sembari tersenyum tipis. "Selamat pagi Mas David", ucap seorang anak kecil. "Pagi cill" saut Mas David.

Perkenalkan, anak kecil itu adalah Balde. Balde adalah seorang anak kecil yang memiliki kekuragan fisik dari lahir. Sejak kecil, Balde tidak memiliki kaki kiri, dikarenakan pada saat kecil Balde mengalami kecelakaan yang membuat kaki kirinya harus diamputasi.

Hampir setiap pagi Balde menghampiri tempat tinggal Balde. Tujuan Balde bermain di tempat tinggal David tak lain adalah untuk bermain. Balde sijauhi teman temannya karena kekurangan yang ada pada Balde. Akhirnya ada David yang siap untuk mengajak bermain Balde. Selepas sarapan, Balde biasanya bergegas menuju ke rumah David untuk bermain.

Waktu siang hari biasanya David dan Balde bermain di dekat sungai dekat tempat tinggal David. Di tengah tengah perjalanan, tak lupa Meraka mencari kayu kayu untuk dibakar. Mereka juga melewati jalan sempit yang mengharuskan David menggendong Balde. David tidak merasa keberatan, justru dengan itu, mereka sering bercanda canda satu sama lain. Setelah sampai di pinggir sungai, Balde pasti langsung menyusun kayu kayu sembari menunggu David yang sedang memancing ikan yang akan mereka makan pada saat makan siang hari nanti. Setelah mendapat cukup banyak ikan, mereka mulai membersihkan ikan ikan tersebut lalu membakarnya. Jika David tak kunjung dapat ikan, biasanya David dan Balde mencari buah buahan di hutan dekat tempat mereka bermain.

Ketika sore hari biasanya mereka melakukan aktivitas di pinggiran sungai, yaitu mandi sungai. Dengan suara tawa yang sangat keras, mereka bersenang senang mandi di pinggiran sungai. Setelah mandi sungai terasa cukup, mereka pun bergegas untuk pulang.

Namun tak setiap hari mereka melakukan aktivitas seperti ini. Biasanya kalau David ada waktu luang pasti mengajak Balde bermain. Meskipun Balde memiliki kekurangan, namun Balde kerao menjadi incaran para penjahat. Itu dikarenakan Balde selalu mengenakan kalung berlian tinggalan nenek moyang Balde yang bernilai ratusan juta. Kalung itulah yang menjadikan Balde diincar oleh banyak orang orang jahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun