Kamu sudah menikmati dampaknya, bukan? Pada akhirnya kamu akan mengerti bahwa perjuanganmu sebagai mahasiswa tidak dibayar dengan bayang-bayang kematian yang telah kamu reka sendiri.
***
Hari yang dinantikan itu telah tiba, 21 Mei 1998.
Aku senang kamu sudah kembali sehat dan bisa berangkat ke kampus menyapa teman-teman seperjuanganmu untuk menanyakan perkembangan selama kamu istirahat di rumah. Kabar gembira itu datang dari sebuah siaran berita televisi. Soeharto akan membacakan pidato pengunduran dirinya. Itu sebuah berita besar yang telah lama sekali dinanti-nantikan. Akhirnya pemerintahan otoriter dan bengis itu jatuh juga, pikirnya dalam hati.
Pesawat televisi di aula kampus dinyalakan. Siaran RCTI yang me-relay siaran resmi TVRI. Pidato pengunduran diri Soeharto. Dengan seksama, para mahasiswa menyimak apa yang disampaikan pemimpin berusia 76 tahun itu.
Semula raut wajahnya suam-suam kuku, namun ketika Soeharto membacakan inti pidato itu yang aku tak ingat isi dan alinea berapa, yang berbunyi begini: "...saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini, pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998...", suasana aula itu penuh dengan sorak-sorai kebahagiaan. Ada yang mengucap syukurnya kepada Ilahi, dan ada juga yang meluapkan ekspresi kegembiraannya dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Sedetik demi detik sudah dihabisi, waktu terus berjalan, hidup dan mati pun dihadapi dengan sigap. Kepakan sayap sang penentu kehidupan juga terbang dengan indahnya. Inilah kemenangan mahasiswa dan rakyat yang menginginkan perubahan menuju perbaikan. Kamis, 21 Mei 1998 pukul 09:30, adalah saksi. Perpindahan kekuasaan yang otoriter dan kejam dalam menghabisi lawan politik itu pun terjadi. Tidak ada yang merencanakan, dan ada juga yang menginginkan perpindahan itu. Mengalir dengan indah tanpa batasan.
Semua sudah menjadi takdir dari sang pemilik kehidupan. Soeharto sudah jatuh. Inilah babak baru yang harus dimasuki dan dijalani. Bukannya apa-apa, tetapi Indonesia sudah saatnya memasuki lembaran baru yang diharapkan akan menambah kesadaran kita, bahwa people power does exist. Tidak ada yang bisa menghalangi gerakan itu.
Aku dan kamu sudah berhasil merayakan reformasi. Ibarat ulang tahun, reformasi harus dijaga. Umurnya pun tidak ada batasan. Menunggu generasi berikutnya merasakan, pastinya akan merasakan, tetapi hanya mendengarnya sebagai sejarah. Terukir abadi.
"Selamat merayakan reformasi. Semoga sehat selalu."
Â