Jumlah tersebut tidak terpaut jauh dengan total kekayaan 18 konglomerat Indonesia lainnya, yang jika digabungkan mencapai 43 miliar dollar AS, atau Rp 623,300 triliun (asumsi Rp 14.500,-/dollar AS).
Lalu, berapa nilainnya kalau kekayaan 20 orang konglomerat Indonesia itu digabungkan? Â Angkanya bisa bikin pingsan karyawati pabrik tekstil yang terkena PHK akibat pandemi Covid. Karena sangat fantastis. Mencapai 80,4 miliar dolar AS, atau Rp 1.165,800 triliun (seribu seratus enam puluh lima triliun delapan ratus miliar rupiah).
Yang menarik juga adalah, ketika banyak perusahaan ambruk dan terjadi gelombang PHK --akibat pandemi covid berkepanjangan sejak awal 2020, jumlah orang kaya dan super kaya di Indonesia justru meningkat.
Data lembaga keuangan Credit Suisse menunjukkan, orang Indonesia dengan kekayaan bersih 1 juta dollar AS atau lebih, sekitar Rp 14,5 miliar (kurs Rp 14.500,-/dollar AS), jumlahnya mencapai 171.740 (tahun 2020). Kenaikannya mencapai --61,69 persen-- year on year dari tahun 2019, seperti diberitakan Kompas.com 17 Juli 2021 lalu.
Sedangkan jumlah orang Indonesia super kaya, dengan nilai kekayaan lebih dari 100 juta dollar AS atau senilai Rp 1,45 triliun,- (asumsi Rp 14.500,- per dollar AS) mencapai 417 orang pada tahun 2020. Jumlah ini naik 22,29 persen dibanding tahun 2019.
Ironinya, di tengah pemberitaan majalah Forbes tentang 20 orang terkaya Indonesia dan jumlah orang kaya Indonesia yang bertambah banyak di tengah Pandemi Covid itu, beberapa kepala daerah di Indonesia justru jujur mengungkapkan, bahwa mereka sudah tidak punya dana cadangan lagi untuk menangani pandemi Covid 19. Mereka akhirnya "beteriak", "butuh social capital". Butuh kepedulian sosial. Butuh bantuan dari mereka yang mampu kepada yang tidak mampu.
"Saya garis bawahi, kita ini financial capital kita lemah, political capital juga semrawut sekarang, tapi dari dulu kita punya social capital yang luar biasa, luar biasa yang membuat negara ini merdeka dan bertahan maju adalah social capital," ujar Walikota Bogor Bima Arya dalam diskusi virtual 'Cegah Korupsi di Tengah Pandemi, Sabtu (9/5), seperti diberitakan Republika.co.id.
Melalui program Keluarga Asuh, Bima Arya akhirnya mendapatkan beberapa donatur. Meski sumbangannya mencapai ratusan juta rupiah, jauh dari donasi keluarga Akidi Tio yang mencapai Rp 2 triliun, tetapi Bima Arya telah menyiapkan sistemnya. Sehingga para donatur bisa menentukan titik bantuannya kepada masyarakat. Karena, dengan transfer Rp 1 juta, para donatur bisa pilih RT atau RW mana, untuk membiaya hidup keluarga yang terkena dampak Covid selama dua bulan.
Selain Bima Arya, Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, juga melakukan hal yang sama. Memanfaatkan social capital untuk mengatasi krisis keuangan daerah dalam penanganan kesehatan dan dampak pandemic Covid 19. Ganjar Pranowo antara lain mengandalkan Rumah Zakat serta dana CSR perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah.
Pemda DKI Jakarta di bawah komando Anies Baswedan, bahkan sampai menyurati para Dubes negara sahabat untuk meminta bantuan dalam menangani pandemi Covid 19 di DKI Jakarta. Hal yang membuat --Anies yang namanya diperhitungkan sebagai Capres 2024 ini-- di-bully habis oleh netizen di media sosial.  Boleh jadi, karena netizen melihat masa sih dengan  APBD DKI Jakarta 2021 sebesar Rp 84,196 triliun, masih minta-minta juga ke para Dubes negara sahabat. Memalukan sekali.
Namun, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, menepis anggapan tersebut, sekaligus mengklarifikasi perihal surat yang bocor ke wartawan. "Jadi kita ini kota kolaborasi, tentu kita mengajak semua masyarakat berkolaborasi bersama untuk saling membantu, satu sama lain, tidak hanya Dubes, tapi semua elemen masyarakat," kata Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (1/7/2021), seperti diberitakan Tribunews.com.