Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Greta Thunberg dan Upaya Penerapan Netral Iklim Sebuah Kota

30 Januari 2020   20:33 Diperbarui: 23 Maret 2021   07:34 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut dia, orang Jerman bisa sangat fanatik bicara dan bertindak untuk kebaikan lingkungan hidup dan iklim, sementara mereka tidak tertarik melakukan ritual agama. 

Saya pernah melihat bagaimana seorang ibu di Indonesia, sangat keras memarahi putranya yang masih SD karena tidak beranjak shalat (padahal adzan baru selesai dialunkan). 

Sedangkan saat putranya main smartphone berjam-jam dan membuang sampah sembarangan, si anak tidak ditegur sama sekali.

Suasana demonstrasi Freitags for Future di salah satu kota di Jerman| Sumber: Dokumentasi pribadi
Suasana demonstrasi Freitags for Future di salah satu kota di Jerman| Sumber: Dokumentasi pribadi
Sementara di Jerman, bila seorang anak membuang sampah sembarangan, misalnya sampah kertas dimasukkan ke dalam kantong sampah daur ulang dan bukan dilempar di jalan. Si anak tidak hanya kena tegur oleh guru atau orangtuanya tapi bisa terkena sanksi dari instansi terkait.

Sanksi yang diberikan apabila hal tersebut dilihat oleh Instansi Pengangkut Sampah Daur Ulang adalah dengan tidak mengangkut kantong sampah daur ulang itu, tempat si anak membuang sampahnya.

Jadi bisa terlihat ya bagaimana sebuah karakter ramah lingkungan terbentuk, sangat tergantung dari domain anak tumbuh kembang. Dari anak, kemudian menjadi kelompok lalu melebar menjadi tipe masyarakat. 

Tapi saya bersyukur, di Indonesia banyak juga bermunculan para aktivis lingkungan seperti misalnya Melati dan Isabel Wijsen dari Bali. 

Saya kira, mereka juga dapat memberikan contoh positif bagi masyarakat Indonesia yang haus pendidikan.

Itu contoh sampah, yang menurut saya bisa lebih terlihat dampaknya dari bersikap netral iklim. Seperti apakah itu netral iklim?

Netral Iklim dan CO2
Netral iklim ini sebetulnya bukan isu kemarin sore, para ahli iklim sudah khawatir mengenai perubahan iklim ini sejak terindikasi suhu bumi naik terus. 

Hal tersebut yang membuat pada tahun 2015 di KTT Perubahan Iklim ke-21 di Paris, negara-negara bersepakat untuk menekan kenaikan suhu bumi maksimal 1,5°C / 2°C saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun