Ibu kota Ternyaman dan Terlayak Dunia
Sebuah ibu kota di Eropa, walaupun menjadi pusat pemerintahan, dapat juga terpilih sebagai kota ternyaman dan terlayak dunia. Hasil studi ini dikeluarkan oleh MERCER, sebuah Konsultan Internasional, yang mengevaluasi Kualitas Hidup Ekspatriat di kota-kota besar dunia. Ibu kota negara manakah itu? Ibu kota dari Austria, yakni kota Wina.Â
Wina terpilih sebagai kota dengan kualitas hidup paling baik, tidak hanya untuk tahun 2019 tapi sudah 10 tahun berturut-turut. Infrastruktur jaringan lalu lintas, perumahan, fasilitas air bersih dan kesehatan, tawaran ajang budaya serta fasilitas pendidikan Wina memang sangat baik.Â
Menurut wali kota Wina, prestasi ini bukan sesuatu yang datang begitu saja, tapi dari hasil usaha luar biasa pengelola kota. Salut untuk Wina.
Lebih dari 70% penduduk Wina menggunakan fasilitas jaringan lalu lintasnya. Dengan kartu langganan tahunan, biayanya kurang dari 1 Euro per hari (kurang lebih 15 ribu Rupiah sehari).Â
Untuk kelas Jakarta saja ini ini sangat murah. Tol saja mungkin per hari sudah lebih dari 15 ribu Rupiah, belum dihitung bensin dan biaya perawatan kendaraan. Dengan 15 ribu Rupiah, penduduk Wina dapat menggunakan fasilitas lalu lintas Wina yang ada dalam satu hari.Â
Kota Wina dengan penduduk hampir 2 juta jiwa dan luas 2/3 dari kota Jakarta, memiliki 450 bus, 500 KRL bawah tanah dan 150 KRL atas tanah. Dan lebih hebat lagi, di Wina itu lebih banyak terdaftar kartu tahunan lalu lintas daripada mobil, karena memang kartu tahunan ini murah dan cakupannya sangat lebar. Bahkan, kartu tahunan di kota besar seperti Muenchen di Jerman jauh lebih mahal dari Wina.
Demikian juga fasilitas tempat tinggal di Wina sangat baik bahkan pernah dengan kebijakannya ini, kota Wina mendapat penghargaan dari UN-HABITATs.Â
Pemerintah Kota Wina memiliki banyak Gemeindebauten, atau tempat tinggal sosial, yang disewakan dengan murah kepada penduduknya. Dari uang sewa, yang rendah ini, uangnya dibuat untuk membuat lebih banyak lagi tempat tinggal murah, sehingga tempat tinggal terjamin dan murah tersedia selalu untuk warganya.Â
Kembali ke Jakarta, Jakarta memang bukan Wina, yang berpenduduk hanya 2 juta jiwa atau bukan pula Tokyo, yang memiliki kepadatan penduduk hampir sama, tapi dengan fasilitas infrastruktur dari mulai lalu lintas, air minum, perumahan yang seperti jauh panggang dari api. Tapi Jakarta bila mampu menjerit, adalah kota dengan jeritan memilukan.Â
Sudah waktunya dilakukan tindakan serius, konsekuen dan konsisten untuk perbaikannya. Meringankan beban kepadatan Jakarta, yang selama ini menjadi pusat pemerintahan, perpolitikan, pusat parlemen, yudikatif dan bahkan pusat perekonomian Indonesia, dengan memindahkan pusat-pusat ini, tentu akan meningkatkan kualitas hidup warganya.Â