Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Nasib Jakarta di Tahun 2030 Vs Ibu Kota Ternyaman

19 September 2019   22:37 Diperbarui: 24 September 2019   23:45 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jepang, Norwegia, Polandia, Pakistan, Australia juga pernah memindahkan ibu kotanya. Lalu, apakah kota atau ibu kota idaman yang diinginkan banyak orang, sama dengan kriteria Menteri PPN? Bagaimana selanjutnya Jakarta nanti bila tidak jadi ibu kota Indonesia?

Fungsi Sebuah Ibu kota Negara

Sebuah ibu kota seperti Jakarta adalah jantung sebuah negara, pusat perpolitikan, pusat pemerintahan, tempat di mana parlemen, badan tertinggi yudikatif juga berada dan bahkan terkadang juga merupakan nadi perekonomian sebuah negara.

Namun, pemilihan ibu kota sebuah negara sangatlah bervariasi alasannya. Belanda misalnya ibu kota resmi negeri Belanda adalah Amsterdam, tapi pusat pemerintahan dan istananya ada di Denhaag. 

Afrika Selatan memiliki 3 ibu kota, pusat pemerintahannya di Pretoria, tempat bekerjanya parlemen di Kapstadt dan Mahkamah Agung berada di Bloemfontein. 

Ada juga negara yang tidak memiliki ibu kota, seperti Vatikan, Monaco atau pun Swiss. Walaupun banyak yang mengira Bern adalah ibu kota Swiss, tapi sebetulnya secara Undang-Undang, Bern tidak disebut sebagai ibu kota. Secara fungsional Bern merupakan pusat parlemen, pemerintahan dan kementerian-kementerian berada. 

Tahun 1848 walaupun Zürich sudah merupakan pusat perekonomian Swiss, tapi saat pemilihan, mayoritas tidak memilih Zürich menjadi pusat pemerintahan. Mayoritas di tahun 1848 memilih Bern sebagai pusat pemerintahan yang mereka sebut bukan ibu kota (Hauptstadt), tapi Bundesstadt atau bila diterjemahkan bebas adalah Kota Federal.

Tokyo seperti Jakarta, ibu kota dengan jumlah penduduk yang luar biasa banyak dan padat. Luas kota Tokyo hampir mirip dengan Jakarta, jumlah penduduknya juga menurut Wikipedia di kisaran 10 juta jiwa ditambah kota metropolitan di sekelilingnya menjadi hampir 30 hingga 37 juta jiwa. 

Kepadatan penduduknya pun sekitar 15 ribu per km persegi. Saat ini Tokyo masih memegang rekor sebagai kota metropolitan terbesar dan terpadat, namun menurut www.bloomberg.com tahun 2030 Jakarta akan melewati Tokyo dan memegang rekor dunia sebagai kota terpadat dunia. 

Sementara Tokyo, di tahun 2030 diperkirakan berkurang jumlah penduduknya, sebaliknya Jakarta akan bertambah. Pertambahan penduduk ini tentu akan berhubungan langsung dengan kemacetan kota. 

Padahal sekarang ini saja Jakarta disebut sebagai kota terburuk ke-3 lalu lintasnya sedunia. Bila dalam 10 tahun perubahan Jakata tidak besar, bisa dibayangkan dampak negatif dengan pertambahan penduduk ini. Belum lagi bila menghitung dampak lingkungan dan penurunan kualitas hidup yang diakibatkan hanya dari kemacetan ini saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun